November 06, 2012

[FanFict] The Endless Love



Title: The Endless Love

Author: Choi Ye Joon/ Yunn Wahyunee/ yunsurya_elf

Genre: Romance, Friendship, Sad

Length: one shoot

Rating: T-15

Words: 8.787

Casts:  Park Hye Rae (imajinated)
            Taemin a.k.a Lee Tae Min
            Jonghyun a.k.a Kim Jong Hyun


Other casts: Leeteuk a.k.a Angel Leeteuk
                       Sulli a.k.a Choi Jin Ri
                       Kai a.k.a Kim Jong In
                       Krystal a.k.a Jung Soo Jung

Summary: Aku akan terus mencoba hidup sampai aku menemukan cintaku yang sesungguhnya. Cinta yang sejati. Cinta yang hanya untukku. My endless love.

Prolog
“lama sekali sih?” kata yoeja itu sambil melihat terus jam tangan yang ia kenakan.

Park Hye Rae segera berlari ketika pintu lift terbuka. Ia mencoba mengingat dimana ia memarkirkan mobilnya. Beberapa kali ia menekan remote yang mengantung dikunci mobilnya. Tetapi tidak ada jawaban dari sang mobil.

“Aish…. Rusak lagi?” kesalnya

Ia mencoba mencari secara manual. Seharusnya ia dapat menemukan mobil kesayangnnya itu dengan mudah di basemen apartemen yang tidak terlalu luas ini. Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil BMW berwarna biru, sudah pasti itu miliknya.

“Ternyata kamu disini!” ia memasukkan kunci mobilnya ke dalam lubang kunci.

Dalam hitungan detik ia sudah bersiap untuk melaju dijalanan dengan mobilnya itu. Malam ini adalah malam istimewa baginya. Ia akan membuat kejutan untuk namjachingunya dihari jadi mereka yang ke-1. Sebuah hadiah special sudah ia pesan sejak jauh hari, dan ia harus mengambilnya sekarang sebelum benda special itu diambil orang. Tibalah ia disebuah mall ternama di Seoul, Coex Mall.

“Ini barangnya nona” pelayan toko itu memberi hye rae sebuah bingkisan. “Terima kasih sudah berbelanja disini”

Hye rae hanya tersenyum. “Ne…” ia berlalu pergi.

Sebelum keluar dari toko itu, ponselnya berbunyi. Dengan susah payah ia mengambil ponselnya di dalam tas yang terselempang di bahu kirinya. Beberapa kali ia hampir terjatuh karena high heelsnya. Ia memang tidak biasa menggunakan benda itu. Tetapi untuk malam ini, ia harus tampil sempurna.

“Yumseo?” hye rae berhasil menemukan ponselnya. “Ne… aku sudah mendapatkannya. Gomawo sudah menyarankan toko ini.”

“………..”

“Arassoe… choi jin ri-ssi!” hye rae tertawa kecil. “Tunggu… aku taruh dompetku dulu”

“…………….”

Sekali lagi hye rae berusaha menaruh dompetnya di dalam tas. Tepat beberapa langkah dari pintu masuk toko itu, hye rae ditabrak seseorang. Ia kehilangan keseimbangannya dan hendak terjatuh. Kebetulan seseorang menopang badannya sebelum terjatuh.

“Oh….” Hye rae segera berdiri dengan tegak. “Gomapsumnida…”

“Ne….” orang itu tersenyum padanya.

~xXx~

“Aku mau menukar barang ini. Kemarin aku sudah menelepon, katanya aku bisa menukarnya.” Tae min  -Lee  Tae Min- menyerahkan sebuah kantung dari karton yang bertuliskan nama toko itu kepada pelayan toko.

Pelayan toko menunduk hormat. “Maafkan pelayanan kami yang tidak memuaskan. Kami tidak memperhatikan kalau barangnya tertukar”

“ne…kwaenchana!” tae min tersenyum.

Pelayan itu mengecek kembali struk dan barang itu. “mianhae… ini dompet anda tertinggal”

“dompet?” tae min mengeryitkan dahi. “bukan punyaku!”

“tetapi saya menemukannya di dalam sini!” pelayan toko menunjukkan dompet itu. “dompet ini ada didalam kantung bersama barang yang ingin anda tukar.”

“begitukah?” dengan ragu tae min mengambil dompet itu. “ini kan  dompet yoeja?” katanya dalam hati.

Tae min mencoba mengingat kenapa dompet itu bisa ada bersama barang miliknya di dalam satu kantung. Setelah berpikir cukup lama, ia mulai mengingat.

“ini barang anda tuan… mohon dicek kembali” kata pelayan itu sambil menyodorkan barang milik tae min.

“oh…gomawo!” ia meninggalkan toko itu. “apakah ini milik yoeja yang hampir jatuh tadi?”

Tae min membuka  dompert itu perlahan. Hal pertama yang ia temukan adalah foto sepasang kekasih. Yoeja dalam foto itu tidak lain adalah yoeja yang ia tolong tadi –Park Hye Rae-. Entah kenapa tae min senang  melihat  hye rae yang tersenyum didalam foto itu.

Prolog END
~xXx~

Hye rae tidak henti-hentinya tersenyum sepanjang perjalanan menuju apartement namjachingunya –Kim  Jong Hyun-. Ini adalah pertama kalinya ia ke apartement jong hyun. Sebelumnya ia tidak pernah kesana, karena jong hyun melarangnya. Jong hyun selalu bilang, ‘jangan ke apartementku…berantakan! Kapan-kapan saja ya? Kalau aku sudah membereskannya’. Hye rae percaya itu, karena ia menghargai apapun keinginan jong hyun.

Harap-harap cemas hye rae bersabar menunggu lift.  Ia tidak bisa membayangankan bagaimana ekspresi jong hyun saat melihatnya datang dengan kejutan ini. Ia yakin jong hyun akan terpesona dengan penampilannya hari ini. Jong hyun juga akan sangat suka menerima hadiah special darinya.

#tinggg# tiba sudah hye rae dilantai 9, tempat apartement jong hyun. Hye rae menarik napas dan merapikan dirinya sebelum  keluar dari lift. Dengan pasti hye rae melangkahkan kakinya keluar dari lift itu.

“oppa…” rengek seorang yoeja. Hye rae terdiam, tidak melanjutkan langkahnya.

“ara… masuklah!” suara jong hyun. Hye rae  sangat kenal suara jong hyun.

Perlahan hye rae menjulurkan kepalanya untuk sedikit mengintip. Sudah tidak ada orang lagi disana. hye rae akhirnya menepis anggapan buruk yang sempat terlintas dikepalanya. Ia kembali memantapkan langkahnya menuju pintu apartement jong hyun. Hye rae bersiap menekan bel, tetapi ternyata pintunya sudah terbuka. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk menekan bel dan langsung masuk saja.

“sampai kapan kita harus begini oppa? Oppa tidak mencintaiku?” lagi-lagi hye rae mendengar suara yoeja. Hye  rae menendap-endap masuk.

“chagiya… bersabarlah oeh? Oppa sangat mencintaimu. Kamu segalanya bagi oppa, tidak ada yang lain.” Kata jong hyun.

Hye rae mendekati ruangan tempat jong hyun dan seorang yoeja berada. “oppa bersama yoeja?nugu? apa hubungan mereka?” kata hye rae dalam hati.

“lalu kapan oppa akan memutuskan hubungan oppa dengan  hye rae?” suara yoeja  itu terdengar lagi.

“soo jung-a… oppa tidak mungkin meninggalkan hye rae. Kamu tahu sendiri  kan?”

“apa karena uang? Aku tahu hye rae kaya, tetapi….” Soo  jung –suara yoeja yang didengar hye rae- merengek manja.

Hye rae masih mengintip dari sudut ruang tamu itu. ia hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Apakah ini alasan jong hyun tidak mengizinkannya mengunjungi apartementnya. Jong hyun selalu bertemu yoeja itu di sini? Jung soo jung, sepupu jong hyun, begitu yang diketahui hye rae.

Soo jung mulai menangis. “aku tidak rela oppa bersama dia. Aku sangat mencintai oppa!”

“oppa juga sangat mencintaimu.” Jong hyun memeluk soo jung. “ Mohon tunggu sebentar saja. Oppa melakukan ini demi kamu juga kan? Kalau nanti oppa sudah bekerja, oppa janji akan memutuskan hye rae. Tetapi sekarang oppa tidak bisa.”

“seandainya aku sekaya dia.. aku pasti akan membantu oppa. Aku tidak akan membiarkan oppa terus mengemis padanya.”

“ne…arayoe!” jong hyun mengecup bibir soo jung lembut dan memeluknya lagi.

Hye rae yang melihat semuanya mulai menitikkan airmata. Dadanya terasa begitu sesak. Apakah ini semuanya kenyataan? Selama ini jong hyun hanya memanfaatkannya. Padahal bantuan-bantuan yang ia berikan kepada jong hyun selama ini tulus dari hatinya. Ia tahu jong hyun tidak seberuntung dirinya. dan ia tidak pernah memaksa jong hyun untuk manjadi namjachingunya sebagai balasan akan semua bantuannya. Hye rae mulai meneteskan airmata.

“jadi… selama ini oppa mencintaiku karena terpaksa?”  tanya hye rae lirih, pada dirinya sendiri. “aku sungguh-sungguh mencintai oppa. Aku melakukan ini semua karena aku mencintai oppa dan ingin oppa bahagia. Tetapi kenapa oppa mengartikannya lain?” hye rae berjalan perlahan menuju pintu dan hendak pulang.

Hye rae menaruh bingkisan yang ia beli tadi didepan pintu apartement jong hyun. Tangisnya sudah tidak terbendung. Ia merasa dihianati, cintanya telah dihianati. Kenapa ia harus terlahir sebagai orang kaya? Selama ini yang ia tahu jong hyun sangat menyayanginya bahkan melebihi orang taunya. itu yang sejauh ini ia rasakan.

Sebenarnya hye rae adalah yatim piatu. Ibunya meninggal ketika ia berumur 12 tahun dan ayahnya meninggal saat ia akan menginjak kelas 3 SMA. Selama ini ia diurus oleh ibu tirinya, tetapi hanya materi, tidak lebih. Sejak ayahnya meninggal, ibu tirinya mengelola semua harta ayahnya dan pindah ke inggris. Hye rae belum bisa mengurus kekayaan ayahnya sebelum ia berusia 24 tahun.  Sekarang ia adalah mahasiswi semester 3 disuatu universitas negeri di Seoul.

~xXx~

Hye rae mengemudikan mobilnya tanpa arah. Ia terus saja menangis. Kejadian yang ia lihat di apartement jong hyun tadi terus terlintas dibenaknya.  Jong hyun yang menyayanginya dan mencintainya selama ini ternyata hanyalah kebohongan.  Didunia  ini tidak ada yang mencintainya, tidak ada satu pun.

#rrrrrrttttt# ponsel hye rae bergetar. Sebuah panggilan masuk tertera dilayar. Hye rae mengambil ponselnya. Nama jong hyun muncul dengan bangganya dilayar ponsel. hye rae segera melempar ponsel itu ke kursi belakang mobil. Untuk saat ini ia tidak ingin mendengar suara jong hyun.

“nappenum…” tangisnya semakin tidak terkontrol. “kenapa oppa lakukan ini padaku?” teriaknya. “kenapa oppa memanfaatkanku? Kenapa oppa tidak jujur saja padaku? walaupun oppa tidak menerima cintaku saat itu, aku akan tetap membantu oppa. Kenapa oppa membohongiku…..”

Hye rae semakin mempererat genggamanya pada stir mobil. Ia menginjak gas mobil semakin dalam. Jarum speedometer mobil menunjuk angka 100 dan semakin naik. Hye rae mengebut dijalanan yang memang cukup sepi. Ia tuangkan semua amarahnya pada pedal gas yang berada di bawah kakinya.

#jedarrrr…duarrr..chiiiiiiiiiiit# mobil hye rae tidak terkontrol. Beberapa detik kemudian semaunya berubah gelap.

~xXx~

Disebuah kompleks apartement mewah, tepat dilantai 5 nomor 303, seorang yoeja tertidur pulas. Kamar yoeja itu dipenuhi warna biru langit. Semua lukisan yang ada didinding kamarnya adalah lukisan wajahnya. Tubuh yoeja yang mungil itu tergeletak di atas sebuah kasur empuk berwarna putih. Disudut ruangan terdapat sebuah pintu yang langsung menuju  ruang lemari pakaian. Dan disisi lainnya ada pintu menuju kamar mandi. Jendela besar tepat berada di atas kepala   yoeja itu.

“aaaaah….” Yoeja itu membuka mata. “dimana aku?” ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa ia ada dikamarnya sendiri.

Terdengar suara telepon berdering dari arah ruang televisi. Dengan malas ia menuju ke sana untuk menjawab telepon yang masuk.

“yumseo…” katanya malas sambil menempelkan gagang telepon ke telinga kirinya.

“irona… hye rae-a!” teriak seseorang dari seberang telepon.

“aishhh…” hye rae menjauhkan gagang telepon itu dari telinganya. “kamu mau memecahkan gendang telingaku? Aku sudah bangun nona jin ri.”

“aku ada didepan pintu. Bukalah!!!”

“kamu tahu sendiri passwordnya apa. buka sendiri…” hye rae balik membentak.

Jin rin mendengus. “aku tidak bisa…tanganku cuma dua! Pallie…berat nih”

“arayoe…tunggu!” hye rae menaruh kembali gagang telepon itu ke tempatnya.

Malas-malasan hye rae menuju  pintu. Ketika pintu terbuka, jin rin langsung menerobos masuk. Hye rae hanya tersenyum dan menutup pintu kembali.

“kamu kemana saja? Kenapa 3 hari tidak masuk kuliah? Jong hyun oppa mencarimu terus. Katanya kamu juga tidak ada dirumah” jin ri langsung nyerocos setelah membanting buku-buku yang ia bawa ke sofa.

Hye rae merebahkan diri disofa. “aku rasa, aku tertidur selama tiga hari.”

“mwo?” jin ri melempar bantal sofa ke arah muka hye rae. “kalo mau bercanda yang masuk akal sedikit dong.”

“oh ya… aku akan mengganti password kunci pintu.”

“weo? Bukannya kamu bilang tidak akan menggantinya? Itu kan tanggal jadimu dengan jong hyun oppa” hye rae mengambil minum didapur.

Hye rae tersenyum. “aku bosan dengan password itu. pingin coba yang lain, seperti katamu juga kan…susah diingat”

“kamu sakit?” jin ri mendekati hey rae. “kamu terlihat pucat”

“ania…kwaenchana”

“kamu bertengkar dengan jong hyun oppa?”

“ania”

“lalu?” jin ri mengeryitkan dahi.

“mollayoe!” hye rae berdiri dan menuju kamarnya. “aku mandi dulu. Kita akan kuliah kan?”

“oh…tentu saja! Pallie”

~xXx~

“bagaimana bisa?” jin ri melotot tidak percaya. “mobil, ponsel dan dompetmu kenapa bisa hilang?”

“mollayoe!”jawab hye rae santai. “aku tidak ingat”

“kamu mabuk 3 hari yang lalu? Kenapa bisa tidak ingat apa-apa?”

“aku memang sama sekali tidak ingat” hye rae mulai kesal.

“3 hari yang lalu kamu ke rumah jong hyun oppa untuk memberi kejutan kan?” jin ri tidak sabaran

Hye rae mencoba mengingat. “ne… tetapi aku hanya ingat ketika ada ditoko. Aku menabrak seseorang dan seorang namja yang baik menolongku.  Aku hanya ingat sampai situ”

“sepertinya kamu sedang sakit. Kaja…kita ke dokter setelah kuliah selesai.”

“shiroe…aku benci dokter!” hye rae segera meninggalkan jin ri yang masih duduk di taman kampus.

“hye rae-a…!!!” jin ri segera mengikuti dibelakang.

~xXx~

Hye rae sedang mencoba sabar menunggu jin ri ditempat parkir. Hari ini mereka  ada janji untuk berbelanja bersama, begitulah kegiatan wajib mereka setiap bulan. Sekali lagi hye rae berusaha mengirimi jin ri pesan –dengan ponsel barunya-, dan balasannya selalu sama ‘tunggu sebentar’.

“chagiya…” panggil seseorang

Hye rae menoleh ke arah suara. “oppa….jong hyun oppa!” hye rae melambaikan tangannya.

“bogoshipoe..” jong hyun merentangkan tangannya hendak memeluk.

Hye rae menatap dengan heran. “apa yang mau oppa lakukan?”

“memelukmu? Bukannya kamu suka?” jong hyun berusaha memeluk hye rae.

“andwae.. shiroe!” jawab hye rae ketus.

“ada apa denganmu? Kamu sedang sakit? Kenapa pucat sekali?” jong hyun memperhatikan hye rae. “kenapa kamu berdandan seperti ini lagi? Oppa sudah bilang jangan berdandan tomboy seperti ini. Kamu terlihat lebih cantik kalau menggunakan dress dan high heels”

“sudah selesai?” hye rae malas menatap jong hyun.

“kamu kenapa?” jong hyun mengangkat alisnya sebelah. “kamu marah pada oppa? Mianhae…”

Hye rae segera menyadari ada yang aneh dengannya. Ia tidak pernah cuek dengan jong hyun. “emmm…mianhae oppa! Aku juga tidak tahu kenapa aku begini” hye rae menatap jong hyun dengan mata sayunya.

“kwaenchana… sepertinya kamu sedang tidak enak badan.” Jong hyun menyium kening hye rae.

“oppa… sepatu itu? oppa dapatkan dimana?” hye rae menunjuk sepatu yang dipakai jong hyun.

Jong hyun tersenyum bangga. “oh…bukankah kamu yang memberikannya? Oppa menemukannya didepan apartement oppa.”

“chinca?” hye rae mencoba mengingat.

“ne… oppa langsung meneleponmu malam itu. tetapi kamu tidak menjawab. Paginya oppa kerumahmu, tetapi kamu tidak ada. Kata security, kamu belum kembali. Kemarin oppa juga kesana, tetapi kamu belum ada. Kamu kemana? ponselmu juga tidak bisa dihubungi”

Sekali lagi hye rae mencoba mengingat. “aku ke apartement oppa? Seingatku aku tidur di kamarku. Aku tidak kemana-mana. Dan aku tidak pernah ke apartemen oppa”

“nde?” jong hyun jadi bingung.

“kenapa aku tidak ingat apa-apa?” hye rae memegangi kepalanya.

“mungkin karena kamu tidak enak badan saja…lihat kamu sangat pucat. Lupakan masalah itu.” jong hyun melirik ke tempat parkir. “mobilmu mana?”

“sepertinya hilang… aku tidak ingat”

“mwo?” jong hyun kaget. “baiklah…biar oppa lapor polisi. Mungkin kamu dirampok malam itu. dan karena shock mau tidak ingat apa-apa. serahkan pada oppa eoh?”

“ne…oppa” jawab hye rae datar.

~xXx~

Tae min memastikan bahwa alamat yang ia cari adalah benar. Ia cukup tercengang ketika mengetahui bahwa alamat itu merujuk ke sebuah apartement mewah.

#tingtong# tae min menekan bel apartemen bernomor 303. Cukup lama ia menunggu hingga akhirnya pintu apartement itu terbuka. Seorang yoeja membukakan pintu.

“ne…mencari siapa?” suara yoeja itu mengalun indah ditelinganya.

“emm… apa benar ini rumah park hye rae?” katanya ragu.

Yeoja itu hanya tersenyum kecil. “ne… saya sendiri”

“emmm…” tae min bingung harus memulai dari mana.

“masuklah… sepertinya lebih enak kalau berbicara didalam” hye rae mempersilahkan masuk, tetapi tae min masih berdiri terpaku. “kaja…” hye rae menarik tangan tae min dan memaksanya masuk.

Hye rae mempersilahkan tae min duduk disofa ruang tamu berwarnya coklat. Kemudian hye rae duduk tepat didepan tae min. Tae min hanya diam dan tidak melepaskan pandangnnya dari hye rae. Hye rae juga diam, memberikan waktu pada tae min untuk sadar sendiri.

“baiklah… aku buatkan minum dulu. Kamu mau apa?” hye rae beranjak dari tempat duduknya. Tidak ada jawaban. “baiklah… sepertinya jus jeruk” tebaknya asal-asalan.

Hye rae berjalan ke  arah dapur dan tae min masih diam membisu. Ia benar-benar terpesona oleh hye rae. Walapun hanya mengenakan kaos oblong berwarna biru gelap dan celana pendek sepaha berwarna putih dengan rambut pendek sebahu, ia terlihat sangat manis. Jantung tae min berdetak sangat cepat.

“silahkan diminum!” hye rae menaruh segelas jus jeruk didepan tae min. “hey… sampai kapan mau diam? Ada perlu apa mencariku?”

“oh…” tae min segera membuyarkan lamunannya. “aku hanya mau mengembalikan ini” ucapnya terbata sambil memberikan sebuah dompet kepada hye rae.

Hye rae mengambil dompet itu,  bingung. “ini milikku?”

“aku rasa ia… alamat di kartu identitasmu mengarah kesini. Dan disana jelas-jelas ada fotomu” tae min kembali dapat mengontrol dirinya.

“benarkah? Lalu bagaimana bisa ada padamu?” hye rae memeriksa dompet itu.

“aku rasa saat di Coex mall… di sebuah toko. Saat itu kamu hampir terjatuh karena seorang menabrakmu. Dan….”

“oh…ara” hye rae memotong. “iruemi mwoyeyoe (siapa namamu)?”

“Lee Tae Min imnida”

“gomawo…tae min-ssi” hye rae tersenyum lembut ke arah tae min. “sebagai ucapan terima kasih, maukah menerima ajakan makan siangku besok?”

“nde?”

Dengan wajah sedih “tidak mau ya? Baiklah….kwaenchana”

“ania…aku mau!” kata tae min terbata.

“gomawo!”

~xXx~

Sejak saat itu tae min dan hye rae menjadi teman yang baik. Tae min adalah pendengar yang baik, ia selalu mau mendengarkan keluh kesah hye rae, begitu juga sebaliknya.

“ne…arasoe! Nanti aku hubungi kalau aku ada waktu…” kata tae min pada seseorang didalam telepon.

“……….”

“mianhae…aku janji, sesegera mungkin akan mengambulkan permintaanmu” tae min tertawa kecil.

“…………..”

“etabayoe (sampai jumpa)!”

Dari arah belakang tae min seorang namja berjalan mengendap-endap. Ia hendak mengagetkan tae min yang sedang memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

“heeeey…” katanya mengagetkan.

Tae min datar saja. Tidak bereaksi. “yakkk…kim jong in, apa yang kamu lakukan?”

“aaah…” jong in kecewa. “hyung tidak asyik! Susah sekali membuat hyung kaget dan sejenisnya.”

Tae min hanya mendengus. “baiklah… lain kali hyung akan terkejut dan sejenisnya seperti maumu”

“emmmm…” tatapan jong in menyeledik. “hyung belakangan ini terlihat sangat senang. Ada apa? hyung sudah punya yoejachingu sekarang?”

“ania…” tae min segela mengelak

“lalu siapa yang hyung telpon tadi? Pasti yoeja”

“ne…yoeja. Di hanya hye rae,  chingu”

“hye rae? Yepposoe?” jong in ingin tahu.

Tae min tersenyum sendiri. “lumayan…dia manis”

“aaaa…….” Jong in tertawa. “kenapa pipi hyung memerah?”

“ania….  Hanya…. Aku merasa senang saat bersamanya” tutur tae min.

“berarti hyung sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada hye rae. Chukkae!”

“mwo? Ania…”tae min tetap membantah.

~xXx~

Tepat didepan pintu masuk gedung perkuliahan tempat jong hyun kuliah, soo jung menunggu. Jong hyun telah melarang untuk mencarinya ke kampus, tetapi ia mengabaikannya sekarang. Ia sudah tidak tahan lagi harus diam dan melihat jong hyun menjalin hubungan dengan yoeja lain –hye rae- lagi.  30 menit kemudian jong hyun keluar dari gedung itu dan bersiap menemui hye rae.

“oppa…” panggil soo jung sambil berlari menghampiri jong hyun.

Jong hyun tidak percaya dengan apa yang ia lihat. “soo jung-ah…apa yang…?”

“bogoshiposoe..oppa!” soo jung langsung memeluk jong hyun.

“lepaskan…nanti dilihat orang” jong hyun memaksa melepaskan pelukan soo jung.

Soo jung mempererat pelukannya. “ania…shiroe. Biarkan mereka melihat dan melapor pada hye rae, aku tidak peduli”

“yakkk…lep…” kata-kata jong hyun tertahan.

Jin rin mengepalkan tangannya erat. “Kim jong hyun?...apa yang kamu lakukan?”

“jin ri-a… hye rae-ya…” melepaskan pelukan soo jung dengan paksa.

“apa yang oppa lakukan? Siapa yoeja centil itu?” jin ri menunjuk soo jung

Hye rae hanya diam dan tatapannya kosong. Ia sama sekali tidak peduli. Entah apa yang ia pikirkan.

“hye rae-a…” jong hyun mencoba menjelaskan. “dia…sepupuku…kamu tahu sendiri kan?”

Jin rin mencolek hye rae. “hye rae-a… apa benar?” hye rae tidak merespon. “hye rae-ya…”

“nde?” hye rae baru menjawab dengan terburu. “oh…dia memang sepupu jong hyun oppa” jawabnya sambil tersenyum, dibuat-buat. “annyeong…soo jung-ssi”

Soo jung memalingkan wajahnya. Enggan melihat hye rae. “ne…”

“soo jung-ah…kamu…” jong hyun kesal.

“jin ri-a… kaja kita pulang.” Hye rae menarik tangan jin ri yang masih kesal.

“hye rae-a… bagaimana dengan janji kita malam ini?” tanya jong hyun sebelum hye rae terlalu jauh meninggalkannya.

Hye rae berbalik. “mianhae oppa… aku kurang enak badan. Sepertinya soo jung juga ada perlu dengan oppa. Jadi lain kali saja.”

~xXx~

Sejak mobilnya hilang, jin ri siap sedia mengantar jemput hye rae ke kampus. Kebetulan rumah mereka searah. Selain itu, jin ri juga tahu bagaimana kehidupan hye rae. Ia selalu hidup sendiri, ia membutuhkan seorang teman. Jin ri dan hye rae telah berteman sejak lama. Sebelum oemma hye rae meninggal dunia karena kecelakaan.

“kwaenchanayoe?” jin ri menatap hye rae khawatir.

Hye rae hanya mengangguk, mengiayakan.

“apa kamu mau ke rumahku saja? Sepertinya oemma memasakkan masakan kesukaanmu eoh?”

“kwaenchana… jin ri-ah!” hye rae tersenyum ke arah jin ri. “gomawo… aku sebaiknya pulang”

Jin ri masih menatap hye rae khawatir. “chinca? Kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat pucat?  Katakan padaku, apa kamu ada masalah?”

“ania… kwaencahana!Kamu tidak perlu khawatir… aku janji ini yang terakhir, kamu tidak perlu khawatir lagi.”

“ara…” kata-kata hye rae semakin membuat jin ri khawatir.

Lama mereka terdiam. Hye rae hanya tertunduk. Sekali-kali jin ri melirik ke arahnya. Melihat bagaimana kondisi hye rae, sahabat dekatnya. Ia yakin ada yang tidak beres dengan hye rae. Ia sudah mengenalnya sangat lama. Ia tahu semua tentang hye rae.

“jin ri-ah…. Apakah aku ini tidak pantas dicintai?” kata hye rae tiba-tiba.

“morago?”

“aku rasa tidak ada yang mencintaiku didunia ini. Apakah aku tidak pantas dicintai? Kenapa orang yang mencintaiku dengan tulus selalu meninggalkanku sendiri didunia ini?”

Jin ri segera memberhentikan mobilnya dan menepi. “park hye rae….apa yang kamu bicarakan?”

“haruskah aku  menyusul mereka? appa dan oemma?” hye rae mulai menitikkan airmata.

Jin ri segera melepas sabuk pengamannya dan memeluk hye rae. “uljima….jangan berkata seperti itu. disini ada aku. Aku sangat mencintaimu. Jangan pernah katakan itu lagi. Oemma dan appaku juga sangat mencintaimu. Kamu masih memiliki kami disini.”

Hye rae membenamkan wajahnya dalam pelukan sahabatnya itu. “mianhae…mianhae” tangisnya menjadi.

“uljima…. Berjanjilah. Jangan pernah katakan itu lagi. Ceritalah padaku semua yang mengganjal dihatimu”

“emmmm….”

~xXx~

Di Taman Hangang, tae min dan hye rae terlihat sedang bersepeda bersama. hari minggu yang cerah ini tidak akan mereka sia-siakan hanya dengan tidur-tiduran dirumah. Setelah lelah bersepeda, mereka beristirahat disebuah kursi taman yang dinaungi oleh pohon dengan daun yang rindang.

“hye rae-a…. aku boleh bertanya sesuatu?”

“emmmm…” jawab hye rae singkat sambil menatap tae min.

Tae min menelan ludah. “apakah  kamu mempunyai namjachingu?” tae min segera melirik hye rae untuk melihat ekspresinya. “selama ini kamu tidak pernah bercerita tentang namjachingumu.”

Hye rae tersenyum. “aku punya, namanya kim jong hyun. Katanya ia sangat menyayangiku, mencintaiku. Aku mengenalnya saat appa meninggal dunia. Dialah yang menenangkanku dirumah sakit saat aku menangis didepan ruang rawat appa. Dialah yang tetap bersamaku saat ibu tiriku meninggalkanku. Dialah yang selama ini memberiku perhatian seperti kedua orang tuaku. Aku sangat mencintainya…” hye rae terdiam. “aku sangat percaya akan cintanya padaku dulu. Dan sekarang…” hye rae tertunduk.

Tae min menatap penuh tanya. Apa sebenarnya yang terjadi dengan yoeja didepannya ini? Apa maksud perkataannya?

“aku rasa aku harus mengakhiri ini!” kata hye rae yakin

“mengakhiri?”

“aku telah membuat jong hyun oppa menderita dan tertekan. Jadi, aku akan mengakhiri semuanya.” Hye rae tersenyum lembut ke arah tae min. “aku akan membiarkan oppa melakukan apapun yang ia mau. Tidak perlu  terus merasa  terkekang olehku”

“hye rae-a…” tae min menatap hye rae penuh perhatian. “apa sebenarnya yang terjadi padamu?” kata taemin dalam hati.

~xXx~

hye rae menarik paksa tae min untuk mengikutinya ke universitasnya. Tae min yang dari awal menolak tidak bisa berbuat apa-apa. walaupun ia tidak setuju dengan ide gila ini, Ia tetap ingin membantu hye rae. Ia tidak ingin melihat hye rae terus bersedih.

Di kejauhan jin ri melihat tae min dan hye rae. Ia mengeryitkan dahi melihat tae min yang seperti terseret, diseret hye rae. Jin ri segera berlari mengejar mereka yang sepertinya akan menuju gedung perkuliahan tempat jong hyun berkuliah.

“yumseo….oppa dimana?” hye rae menelepon jong hyun.

“…….”

“ara…tunggu disitu” hye rae kembali menggengam tangan tae min dan menariknya untuk mengikutinya.

“hye rae-a….” panggil jin ri yang akhirnya dapat menyusul mereka. “apa yang kalian lakukan?”

“jin ri, kamu?” hye rae kelabakan, rencananya bisa gagal sekarang.

Jin ri berusaha mengatur napasnya. “kalian mau kemana? Kelihatannya terburu-buru”

“aku…mau…” hye rae bingung harus menjawab apa. ia melirik ke arah tae min.

“emmm….ia hanya mau mengajak aku jalan-jalan” bohong tae min. “melihat-lihat kampus”

“chinca?” jin ri tidak percaya.

“hye rae-ssi” panggil seorang yoeja.

Jin ri dan yang lain menoleh ke arah sumber suara. “kamu sepupunya jong hyun oppa kan? Jung soo jung?”

“ania…..” balas soo jung. “aku bukan sepupu jong hyun oppa. Aku yoejachingunya, dan kamu….” Menunjuk hye rae. “tinggalkan jong hyun oppa. Kamu pikir kamu bisa membeli cinta seseorang dengan uang? Oppa tidak mencintaimu. Tinggalkan oppa! Jangan paksakan kehendakmu pada orang lain.”

“nappen yoeja ini bilang apa sih?” jin ri kesal.

“arasoe… aku juga akan mengakhirnya.” Jawab hye rae santai. “kamu bisa memiliki jong hyun oppa sepenuhnya, karena aku memiliki penggantinya” melirik tae min.

“mwo?” soo jung ingin memperjelas perkataan hye rae.

“aku pernah mencintai jong hyun oppa. Aku hanya salah mengartikan apa yang aku rasakan sendiri. Aku dan jong hyun oppa lebih baik seperti dulu. Seperti seorang kakak dan adik.” Hye rae terdiam.

“hye rae-a?” kata jin ri dan tae min hampir berbarengan.

“baguslah kalau kamu sadar…jadi kamu bisa meninggalkan jong hyun oppa segera” soo jung tersenyum kemanangan.

Jong hyun yang mendengar dari chingunya ada keributan didepan gedung perkuliahannya segera berlari kesana. “soo jung-ah…” panggil  jong hyun.

“oppa?” soo jung memanggil manja.

“apa yang kamu lakukan. Kenapa kamu kesini lagi?” jong hyun melirik ke arah hye rae. “hye rae-a….tolong jangan percaya apapun yang dikatakan soo jung. Dia memang sedikit aneh” jong hyun nyengir kuda.

Hye rae tersenyum. “ania oppa…. Aku rasa apa yang ia katakan masuk akal. Kita akhiri saja semuanya disini oppa. Aku  tidak membenci oppa, hanya oppa adalah kakakku. Tidak lebih. Tetaplah menjadi kakakku yang selalu memberiku semangat.”

“apa yang kamu katakan?” jong hyun tidak mengerti. Ia menatap soo jung, ingin penjelasan.

Hye rae menggenggam tangan tae min erat. “aku menyadari bahwa oppa tidak harus menjadi namjachinguku. ini bukan salah oppa. Aku sudah menemukan namja yang benar-benar aku cintai”

“mwo?”

“Aku mencintai tae min. jadi kita sudahi saja semuanya oppa. Annyeong” hye rae menarik tae min lagi untuk mengikutinya.

“hye rae-a…?” jin ri menyusul.

Jong hyun menatap soo jung kesal. “apa yang kamu lakukan oeh?” bentaknya.

“oppa…kenapa oppa marah padaku?bukankah lebih baik begini….” Soo jung meraih tangan jong hyun. “oppa tidak perlu pura-pura mencintainya lagi. Ia tidak membenci oppa kan? Ini jalan terbaik eoh?”

“mwo? Lepaskan….jangan temui aku lagi. Kamu merusak semuanya.” Jong hyun meninggalkan soo jung sendiri.

~xXx~

Hye rae masih menggengam tangan tae min erat. Sedangkan jin ri mengikuti di belakang dengan penuh tanda tanya. Entah kemana tempat yang akan dituju hye rae, yang jelas ia hanya berjalan tidak tentu arah. Bibirnya melengkung, membentuk sebuah senyuman. Tetapi senyum yang hambar, senyum  yang menyakitkan.

Tae min menghentikan langkahnya. Dan menahan hye rae dengan terus menggengagam tangannya erat. “cukup…hentikan!” katanya tiba-tiba.

“mwo?” hye rae berhenti dan menatap ke arah tae min.

“kenapa kamu bisa tersenyum?” tae min serius. “kenapa kamu bisa tersenyum seperti ini?” ulang tae min. “bukankah kamu sangat mencintainya, kenapa kamu melepaskannya? Kamu bilang ia sangat berharga bagimu”

Hye rae menarik napas. “kenapa aku harus sedih? Bukankah ini jalan terbaik bagi semuanya? Soo jung akan bisa memiliki jong hyun oppa sepenuhnya, begitu sebaliknya. Aku tidak benar-benar mengakhiri hubunganku denganya. Ia tetap jong hyun oppaku. Hanya……” hye rae terdiam sejenak. “hanya saja aku mau memperjelas semuanya. Aku tidak mau ada kebohongan.”

“hye rae-a…” jin ri mendekati hye rae

“kwaenchana jin ri-a….. jangan menatapku seperti itu.” suara hye rae terdengar gemetar. “bukankah kamu ada kuliah sekarang? Aku akan pulang bersama tae min.”

“tetapi….” Jin ri merasa khawatir.

“mwo? Pergilah… tae  min akan menemaniku.  tenang saja!” hye rae tersenyum.

“ara…” jin ri mengalah. “tae min-ssi… aku titip hye rae padamu”

Hye rae tertawa kecil. “memangnya aku anak kecil?” hye rae sekali lagi menarik tangan tae min. “kaja!”

~xXx~

Hye rae sedang menikmati menatap langit sore di balkon apartementnya. Tae min juga ada didekatnya, termenung dan terlihat sangat menghawatirkannya.

“tae min-a…. apakah kamu sungguh-sungguh mau menjadi temanku?” tanya hye rae tiba-tiba.

“mwo?” tae min menoleh.

Hye rae menoleh ke arah tae min juga. Tatapan mereka bertemu. “kamu akan selalu berada disisiku kan? Kamu tidak akan meninggalkanku kan?”

“emmmm….. aku berjanji”

“apakah kamu menyukaiku?” tanya hye rae tiba-tiba.

Jantung tae min berdetak kencang. “nde?”

“kalau kamu tidak mau menjawab tidak apa-apa. tetapi, bolehkah aku menyukaimu?”

“tetapi bagaimana dengan jong hyun?”

“aku rasa semuanya telah berakhir, seperti kataku. Ia telah mengecewakan cintaku.” Hye rae menerawang ke langit. “aku menyukaimu. Aku tidak berharap kamu membalasnya. Hanya izinkan aku belajar mencintaimu. Mungkin dengan mencintaimu aku tidak akan menyesal. Dan aku bisa tenang.”

“apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti”

Hye rae tiba-tiba tertawa terbahak. “aku bercanda!hahahahah…coba kamu lihat bagaimana wajahmu tadi. Sangat lucu.”

“mwo?” tae min mengernyitkna dahi.

“oh….” Hye rae menyadari tae min marah. “mianhae…aku tidak bermaksud membuatmu marah.” Ia tertunduk.

Tae min menghela napas panjang. “ternyata kamu cuma bercanda?” katanya dalam hati.

“ada apa? kenapa menghela napas?”

“ania….obsoeyoe!” tae min tersenyum.

“tetapi aku tidak bercanda, saat aku mengatakan ingin kamu terus menjadi temanku dan selalu disamping. Aku serius soal itu”

“arayoe… kamu sebaiknya istirahat. Aku pulang dulu”

“ne…”

~xXx~

Pagi-pagi sekali hye rae sudah menunggu didepan rumah tae min.  Walaupun ia tidak pernah ke sana, tetapi ia tahu alamatnya dari tae min. Setibanya disana ia langsung menelepon tae min, dan tae min yang tidak menyangka segera menemuinya.

“apa yang….” Kata-katanya tertahan. “kenapa kamu bisa disini?”

“kaja…kamu harus menemaniku jalan-jalan” hye rae merangkul tae min.

“tetapi kamu tidak kuliah?”

Hye rae geleng-geleng. “aku membolos!kaja…katamu hari ini kamu libur. Kaja!!”

“tetapi… bukankah lebih baik kamu kuliah dulu. Sabtu atau minggu kita bisa jalan-jalan kan?”

“ania….kita harus melakukannya sekarang. Aku tidak punya banyak waktu” hye rae menarik paksa tae min.

Tae min terheran-heran. Mengapa hye rae selalu melakukan sesuatu dengan terburu-buru seolah ia tidak akan bisa melakukannya lagi? Ia merasa ada yang disembunyikan oleh hye rae darinya.

Hye rae membuka daftar menu. Ia terlihat sangat senang. “emmm…kamu mau yang mana?sepertinya waffle coklat enak. Vanilla juga. Stroberi juga. Ahhhh…semuanya enak. Tae min-a…kamu paling suka yang mana?” tidak ada jawaban. “yakkk…tae min-a”

Tae min masih menatap hye rae, bukannya daftar menu. Mengapa yoeja didepannya ini selalu membuatnya khawatir? Mengapa ia selalu ingin melihat hye rae tersenyum seperti sekarang ini? Mengapa ia merasa sangat dekat dengan yoeja ini? Ia baru mengenal hye rae tidak lebih dari 1 minggu. Tetapi ia merasa sudah mengenalnya lama.

“hey…hallloooo?” hye rae melambaikan tangannya didepan wajah tae min.

“oh…mianhae. Kamu bilang apa tadi?” tae min segera melihat daftar menu.

“kamu suka yang mana? Mau waffle yang mana?” hye rae menatap tae min lembut.

“emmmm….aku menurut padamu saja”

“baiklah… lee tae min”  hye rae tertawa kecil.

~xXx~

Tae min berjalan tepat satu langkah didepan hye rae. Ia sedang menikmati suasana di istana gyeongbokgung, sebuah museum sejarah dan masih berwujud kastil asli. Hye rae hanya tersenyum menatap punggung tae min. ia tidak ingin hari ini berakhir.

“tae min-a…tunggu. Jangan tinggalkan aku” hye rae berlari kecil mengejar tae min yang semakin jauh didepannya.

“ne..pallie” tae min mengulurkan tangannya.

Hye rae dengan senang hati menerima uluran tangan tae min dan mengenggamnya erat. “jalannya pelan-pelan saja.”

“arayoe…”

Mereka terdiam lagi. Hye rae terus menatap wajah tae min sambil tersenyum. Ia tidak ingin mengedipkan matanya sekalipun. Mungkinkah tae min adalah orang yang ia cari seperti kata-Nya? Jika itu benar, waktunya tidak akan terbuang sia-sia. Ia dapat pergi secepatnya.

Tae min melirik dengan ujung matanya. “kenapa kamu melihat terus? Risih tahu” tae min menyentil dahi hye rae.

“aaaawwww….” Hye rae memegangi dahinya. “appo….” Mata hye rae berkaca-kaca

“oh…mianhae! Appo?” tae min segera mengelus pelan dahi hye rae yang baru saja ia jitak.

Hye rae mengangguk kecil. Ia melepaskan gengaman tangannya dan memunggungi tae min. ia kesal padanya. Ia paling benci  jika seseorang menjitaknya.

“jangan marah dong…mianhe. Sakit sekali eoh?” tae min mencoba membujuk

“shiroe….!” Hye rae ngambek

Tae min segera menuju sisi sebelahnya agar bisa menatap hye rae. “mianhae….” Tae min mengecup dahi hye rae. “aku janji tidak akan mengulanginya. Jangan amarah oeh?”

Hye rae yang kaget dengan apa yang dilakukan tae min hanya mendongak dan menatap tae min.

“kaja….” Tae min menggandeng hye rae lagi.

~xXx~

Tanpa sadar hye rae terus tertawa kecil sambil memegangi dahinya. Ia tidak bisa melupakan kejadian kemarin saat tae min menyium dahinya lembut. Ia tidak pernah sesenang  ini. Ia tidak pernah merasakan perasaan ini saat bersama jong hyun. Apakah ini yang namanya cinta, cinta yang sesungguhnya?

“hye rae-a….” jong hyun telah duduk tepat didepannya. “annyeong….”sapanya ramah.

“oppa?” hye rae menghentikan hayalannya. “ada apa oppa kemari?”

“bogoshiposoe….mianhae oppa tidak pernah menghubungimu. Tugas kuliah oppa sedang menggunung. Malam ini kita makan ditempat biasanya eoh?”

Hye rae mengeryitkan dahi. Bingung. “oppa….kita sudah tidak pacaran lagi. Untuk  apa oppa mengajak aku kencan?”

“hahhhh….” Jong hyun tertawa terbahak. “siapa bilang begitu? Soo jung? Kita masih  pacaran. Oppa tidak mau kehilanganmu. Oppa mencintaimu.  Hubungan ini tidak boleh berakhir”

“mwo?” hye rae membelalakkan matanya. “oppa…. Kita sudah tidak ada hubungan khusus lagi.” Hye rae beranjak dari tempat duduknya.

Jong hyun segera mengejar. “oppa mencintaimu. Kenapa kamu tega sekali memutuskan hubungan kita?”

“bohong…” hye rae menghentikan langkahnya. “oppa….hentikan semua kebohongan ini. Aku tidak suka, sangat tidak suka”

“oppa tidak pernah berbohong padamu.oppa sungguh-sungguh mencintaimu. Jangan tinggalkan oppa!”

“tetapi aku tidak mencintai oppa lagi. Cukup sekali oppa menghianatiku, tidak akan aku beri kesempatan lagi” hye rae berlalu meninggalkan jong hyun yang masih bingung.

~xXx~

“oppa…apa yang oppa pikirkan?” soo jung segera ambil tempat duduk disamping jong hyun.

Jong hyun menghela napas. “minggir!” ia menuju dapur.

“oppa…” soo jung mulai bermanja-manja pada jong hyun. “oppa kenapa? Kenapa oppa begitu dingin padaku?” soo jung menggelayuti lengan jong hyun. “oppa”

“aishhh…” jong hyun segera menarik paksa lengannya. “kamu ini bisa tidak mengangguku sebentar saja? Aku sedang pusing. Aku butuh ketenangan”

“apa karena hye rae eoh?” soo jung marah. “apa yang oppa harapkan dari dia? Dia tetap menganggap oppa kakaknya kan? Ia pasti akan tetap menuruti apa mau oppa. Apa yang membuat oppa pusing?”

“mollayoe!” jong hyun menatap soo jung. “aku hanya merasa khawatir padanya. Aku merasa dia bukan hye rae”

Soo jung terkekeh. “sudah jelas kan? Dia  tidak mencintai oppa lagi. Dia sudah memiliki tae min sekarang. Tentu saja perhatiannya akan berbeda kepada oppa.” Ia memeluk jong hyun. “sekarang lebih baik kita jalan-jalan. Sudah lama kita tidak berkencan. Kita tidak perlu bersembunyi lagi dari hye rae kan?”

“benarkah seperti itu?” jong hyun membalas memeluk soo jung, tetapi pikirannya masih kepada hye rae.

Kemesraan mereka berdua terintrupsi oleh ponsel jong hyun yang berdering. Jong hyun segera berlari meninggalkan soo jung yang kesal untuk menjawab telepon.

“yumseo”

“………..”

“ne… kim jong hyun imnida. Ada apa?”

“………….”

“oh….kantor polisi? Ada apa pak? Apakah  mobilnya sudah ditemukan?”

“…………”

Jong hyun hanya mengangguk ringan. “ne…gamsahamnida” jong hyun menutup teleponnya.

“ada oppa? Kenapa kantor polisi menghubungi oppa?” soo jung menghampiri jong hyun.

“mereka bilang melihat mobil hye rae 3 november jam 8 malam, saat malam hari jadi kami di sekitar sini.” Jong hyun berpikir sejenak. “apa jangan-jangan dia melihat kita malam itu?”

“baguslah kalau dia lihat. Biar dia sadar… dasar yoeja phabo” soo jung merebahkan dirinya di sofa. “terus sekarang mobilnya dimana?”

“polisi belum tahu pasti. Susah untuk menemukan mobil itu di padatnya lalu lintas seoul. Lagian tidak semuan jalan memiliki kamera pemantau lalu lintas” jong hyun menjelaskan.

“biarkan saja mobil itu hilang…dia kan orang kaya. Bisa beli lagi” soo jung cuek.

“bukan begitu chagiya” jong hyun menarik hidung soo jung. “mobil itu kesayangan hye rae, hadiah terakhir dari appanya. Bukankah lebih baik bila oppa menemukannya. Ia akan sangat berterima kasih pada oppa.”

“emmmm…betul juga!” soo jung menarik manja tangan jong hyun. “oppa…kaja, kita pergi kencan”

“ne!”

~xXx~

Hye rae mantap dirinya didepan cermin. Ia menghela napas panjang setelah melihat pantulan dirinya didepan cermin. Sampai kapan orang tidak akan curiga padanya? Sebuah jam pasir di buffet kecil sebelah tempat tidurnya seolah memperjelas semuanya. Pasir di bagian atas jam pasir itu lebih sedikit dibandingkan di bagian bawah.

“akankah aku menemukannya? Jika tidak, berarti ini semua sia-sia?” gumamnya.

“hey…..” jin ri mengagetkan. “apa yang kamu pikirkan?”

Hye rae berbalik, berhadapan dengan jin ri dan memeluknya. “gomawo….mianhae selama ini aku selalu merepotkanmu. Mianhae sempat terbersit untuk meragukanmu. Gomawo atas semua cinta dan kasih sayang yang kamu berikan padaku. joengmal gomawo….saranghae jin ri-ah” hye rae menitikkan airmata.

“morago…kamu kenapa?” jin ri segera melepaskan pelukan hye rae. “kamu kenapa? Ada masalah? Kenapa kamu berkata seperti itu, seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi?” jin ri mengusap airmata hye rae. “uljima… hye rae yang aku kenal tidak pernah menangis. Sahabat baikku tidak selemah ini.”

“ania….obsoyoe!” hye rae segera tersenyum. “aku hanya sangat merindukanmu. Aku tidak pernah menunjukkan bagaimana perasaanku padamu. Sekarang aku ingin kamu tahu”

“eyyyy….arayoe. aku tahu semua. Tidak perlu kamu bilang aku sudah tahu. kamu sahabatku….”

“dan aku sahabatmu….” Hye rae menyambung.

“dengan senyum kita saling mengerti” kata mereka berbarengan.

“gomawo!” hye rae memeluk jin ri lagi.

“ne…nado!” balas memeluk hye rae.

~xXx~

Tae min terlihat sedang melamun dan tidak mempedulikan dosen yang sedang mengjelaskan panjang lebar. Ia terlalu asyik dengan secarik kertas dan sebuah pensil dalam genggamannya. Ia sedang menggambar sketsa wajah seseorang. Beberapa kali ia mencoba mengingat detail wajah sang model skesta. Ketika ia mengingatnya ia akan tersenyum sendiri.

Tanpa ia sadari, sang dosen sudah melenggang pergi dan mengakhiri kuliahnya. Tae min segera membereskan barang-barangnya dan berlari keluar.

“hyung……!” panggil seseorang

“weo..jong in-ah?” dengan malas tae min menghentikan langkahnya dan berbalik ke orang yang memanggilnya.

“hyung mau kemana? Buru-buru sekali?”

Tae min melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tanga kirinya. “aku ada janji…lagian aku sudah kosong!”

“apa itu?” jong in merebut kertas yang pegang tae min. “ooooh…yeppodae!  Yoejachingu hyung?”

“ania…” tae min segera merebutnya. “belum… dan mungkin tidak akan”

“weo?”

“karena ia mencintai orang lain” tae min segera memasukkan kertas it ke dalam tasnya. “lagian kami baru mengenal satu sama lain hanya 12 hari.  Tidak lebih…bagaimana mungkin aku menyukainya dan sebaliknya”

Jong in menggeleng. “hyung ini polos sekali. Lalu hyung sebut apa perasaan hyung sekarang padanya? Hyung selalu senang dan ingin terus bersamanya kan?”

“ne” tae min mengangguk.

“sudah jelas kan?”

“otthoke?”

“hyung pernah dengar love at first sight ?” jong in membara.

“ne…weo?”

“itu yang hyung alami sekarang. Dan masalah perasaannya, hyung tidak akan tahu sebelum bertanya. Jangan takut! Katakan padanya semuanya sebelum terlambat. Jika ia cinta sejati hyung, maka ia akan menjadi milik hyung. Jangan takut ditolak” jong in memegang pundak tae min. memberi semangat. “hwaiting hyung… aku yakin ia akan menerima cinta hyung”

“emmmm….akan aku pikirkan kata-katamu”

Jong in memasang wajah mengejek. “eyyy….hyung ini! Aku pergi…etabayoe! Hwaiting!”

~xXx~

“tumben kamu mengajakku keluar” kata hye rae memecah keheningan antara mereka berdua.

Tae min menatap hye rae ragu. “emmm… tidak suka eoh?”

“ania…noemu joahe!” tersenyum lepas. “aku senang kamu mengajakku. aku hampir mati bosan dirumah. Jin ri sibuk kuliah”

“lalu…kamu tidak kuliah?”

Hye rae geleng-geleng kepala. “aku tidak enak badan! Jadi aku meminta izin untuk tidak masuk.”

“chinca?” tae min menaruh punggung tangannya di dahi hye rae. “kamu dingin sekali. Sebaiknya kita pulang!”

“andwae…kwaenchana.” Hye rae menarik tangan tae min kemudian mengenggamnya. “aku akan baikan kalau kamu menggenggam tanganku”

“tetapi….”

“jangan khawatir…kwaenchana.” Hye rae menatap langit malam yang tanpa bintang. “aku rasa salju akan turun malam ini. Tidak banyak, tetapi akan terlihat sangat indah. Aku ingin melihatnya bersamamu. Jadi jangan paksa aku pulang, eoh?”

“arasoe…aku akan menuruti kemauanmu” tae min memasukkan tangannya dan tangaan hye rae ke dalam kantung mantelnya. “merasa hangat?”

Hye rae mengangguk mengiyakan. Tae min memantapkan dirinya untuk mengatakan semuanya malam ini. Ia berharap hye rae memberikan jawaban yang baik.

~xXx~

Jong hyun tidak sabar menunggu di kantor polisi. 30 menit yang lalu ia dipanggil oleh pihak kantor polisi. Ada info terbaru tentang keberadaan mobil hye rae. Polisi memanggilnya untuk memastikan bahwa itu adalah mobil hye rae.

“tuan kim!” panggil polisi.

“ne..” menghampiri polisi.

“kami mendapatkan rekaman ini dari kantor polisi di daerah  Choengsong. Apakah benar ini mobilnya?” menunjukkan foto sebuah mobil.

Jong hyun mengamati dengan baik. “ne….ini mobilnya pak”

“dugaan sementara kami, mobil ini mengarah ke daerah Ijeon-ni. Kami mendapatkan kesulitan disini, karena kebetulan malam itu kamera pemantau lalu lintasnya sedang dalam proses perbaikan. Tetapi kami akan tetap berusaha menemukannya”

“ne…gomapsumnida” jong hyun memberi hormat.

“ne....mohon bersabar”

Jong hyun keluar dari kantor polisi. Ia memikirkan, bagaimana mobil hye rae bisa berada sejauh itu? apakah hye rae yang mengemudikannya? Tetapi kenapa ia tidak ingat? Apakah hye rae melihat semuanya malam itu? jelas-jelas ia menemukan bingkisan didepan apartementnya. Polisi juga bilang hye rae ada disekitar apartementnya sekitar jam 8, tepat saat soo jung ada di apartementnya. Jong hyun berpikir keras.

~xXx~

Tae min dan hye rae duduk berdua menikmati pemandangan di Oerini Dae Gung Won. Tidak banyak orang disana karena cuaca yang cukup dingin dimalam hari. Hye rae meraih tangan kanan tae min dan menggenggamnya dengan kedua tanganya. Kemudian ia memejamkan mata. Tae min hanya memandang heran, apa yang sedang dilakukan hye rae.

“apa yang kamu lakukan?” tanya tae min setelah hye rae membuka matanya.

“aku berdoa” hye rae tersenyum kecil.

“berdoa?”

Hye rae mengangguk. “berdoa agar kamu tetap disisiku. Jin ri mengajarkanya padaku. katanya,  saat hanya  ada sebuah bintang dilangit genggam tangan seseorang yang kamu inginkan dekat denganmu. Kemudian pejamkan mata. Dan berdoalah, memohon pada bintang itu untuk membuatnya selalu mengingatmu dan selalu berada disisimu selamanya.”

“mwo?” tae min masih bingung.

“lihat…” hye rae menunjuk sebuah bintang yang berkelap-kelip sendiri dilangit. “hanya ada satu bintang kan? Aku harap ia mengabulkan doaku” hye rae masih menatap langit.

Tae min tidak melihat ke arah langit, tetapi ke wajah hye rae. Ia melihat sebutir airmata disudut mata hye rae. “hye rae-a” panggil tae min.

“nde?” hye rae menolehke arah tae min.

Dengan tangan kirinya yang masih bebas tae min meraih wajah hye rae. Kemudian bibirnya menyentuh bibir hye rae. Ia mencium hye rae dengan lembut. Hye rae memejamkan matanya dan membalas ciuman tae min. sebutir airmata yang ada diujung mata hye rae telah berpindah ke pipinya.

Tae min melepaskan ciumanya perlahan. Menebak-nebak bagaimana reaksi hye rae. Ia melihat tetesan airmata mengalir di pipi hye rae. Tae min segera merasa bersalah. Hye rae belum membuka matanya.

“oh….mianhae” katanya terbata.

Hye rae membuka matanya. “weo? Kenapa kamu meminta maaf?”

“aku sudah lancang…” tae min tidak berani menatap  hye rae. “mianhae membuatmu menangis”

Hye rae tertawa kecil. “airmata ini?” ia mengusap airmatanya. “ini airmata bahagia….kamu tidak bisa membedakannya?”

“nde?” tae min segera menatap hye rae.

“tidak ada yang ingin kamu katakan selain maaf?” tanya hye rae ragu.

Tae min tersenyum. “saranghae… hya rae-a. joengmal saranghae!”

“emmmmm….” Hye rae pura-pura berpikir. “kamu tanpa permisi mencuri ciuman pertamaku. Apa harus aku maafkan?”

“nde?” tae min kaget.

“hehehe….saranghae lee tae min” memeluk tae min. “kenapa kamu baru muncul sekarang?”

“nde?”

“ania…obsoyoe. Saranghae!”

~xXx~

Minggu siang yang cukup hangat, tepat 3 hari sejak tae min menyatakan cintanya. Hye rae sedang bermanja ria dengan tae min. mereka berdua sedang berada di balkon apartement hye rae. Hye rae dalam posisi tidur dengan berbantalkan kaki tae min. tae min sedang senang menggodanya dengan membiarkan hye rae silau oleh sinar matahari.

“eeyyy…sialau tahu. naungi yang benar dong” hye rae menarik tangan tae min dan memaksanya untuk menghalangi sinar matahari yang menyilaukan matanya. “ayolah…yang serius”

“baiklah tuan putri….” Tae min akhirnya mengalah.

“chagiya…. Apa kamu benar-benar mencintaiku? Kamu tidak membohongiku kan?” tanya hye rae.

“apa aku terlihat seperti penipu? Noemu saranghae….aku sungguh-sungguh. Aku rasa kita ditakdirkan bertemu oleh tuhan dengan bantuan dompetmu itu. jadi berterima kasihlah”

“pada dompetku?” tanya hye rae polos

Tae min terkekeh. “pada tuhan…kenapa malah pada dompetmu?”

“kan karena dompetku kita bertemu lagi. Sebenarnya kita harus berterima kasih pada orang yang menabrakku di toko itu. gara-gara dia aku hampir terjatuh, terus jadinya dompetku ada pada dirimu.”

“terus kita harus mencari orang itu?”

“ne…” hye rae tertawa.

Tae min yang kesal menggeletiki hye rae. Hye rae menggeliat-liat kegelian. Ia tidak mau kalah dan balas menggeletiki tae min. akhirnya terjadilah perang saling menggelitiki di sana. Hye rae berlari kesana kemari untuk menghindari tae min.

“chagiya…andwae! Aku capek!” hye rae menyerah dan terduduk dilantai. “aku menyerah!”

Tae min menghampiri. “kalau begitu harus ada hukumannya”

“mwo?” hye rae ngos-ngosan.

“dahinya akan kena sentil” tae min sudah memasang ancang-ancang.

“shiroe…noemu appo! Shiroe…” hye rae segera bangun dan mengambil bantal sofa hendak melempar tae min.

“jadi sekarang perang bantal?” tae min mengambil bantal sofa juga.

#deg….deg…deg…# tatapan hye rae berkunang. Semuanya berubah gelap. Ia pun tumbang.  Tae min yang panik segera menghampiri hye rae yang sudah jatuh pingsan di lantai.

~xXx~

Hye rae mulai membuka matanya. Sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggil namanya. Perlahan ia mencoba menyeimbangkan penglihatan dan semua indranya. Seseorang menggenggam tangannya erat. Sekali lagi ia memejamkan mata sejenak, kemudian membukanya. Ia masih berada dikamarnya.

“jin ri-a… tae min-a?” panggilnya.

Jin ri menangis dan langsung memeluk hye rae. “hye rae-a… kamu membuatku khawatir saja!” melepaskan pelukannya.

“yakkk…dasar cengeng” hye rae mencoba bangun. Tae min membantu. “kalian tidak memanggil dokter kan?”

Tae min dan jin ri menggeleng hampir berbarengan.

“baguslah…” tambah hye rae dan tersenyum.

“bagus apanya?” jin ri mulai mengomel. “tadi tae min meneleponku untuk segera kesini tanpa memberi tahu alasannya. Ketiak sampai sini, ia melarangku menghubungi dokter karena kamu membencinya. Kenapa kamu benci dokter sekarang? Padahal sebelumnya tidak”

“dokter itu tidak menyembuhkan penyakit, mereka itu malah memperparah” hye rae tertawa. “kamu tahu sendiri, aku mulai membenci dokter sejak appa kena serangan jantung. Sejak divonis penyakit jantung, appa bukannya sembuh malah tambah parah. Aku benci dokter”

Tae min dan jin ri saling menatap. “ne…tuan putri” jawab mereka hampir berbarengan.

“bisakah kalian meninggalkanku sendiri? Aku ingin istirahat. Aku mohon, oeh?”

“tetapi…” tae min hendak membantah

“jebal” hye rae menatap tae min dan jin ri, memohon.

“arasoe!” jin ri menarik tae min. “biarkan dia istirahat”

Tae min terlihat tidak rela untuk pergi. “telepon aku kalau ada apa-apa!!!”

“ne” jawab hye rae singkat.

~xXx~

“ne…pak! Gomapsumnida” jong hyun menutup telepon.

“kantor polisi lagi? Otthe?” tanya soo jung sambil memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.

“katanya ada yang melihat mobil hye rae didaerah Ijeon-ni dekat Taman Nasional Juwangsan.”

“lalu?”

“pengemudi mobil itu terlihat seperti sedang mabuk. Ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi dan tidak terkontrol. Saksi juga bilang mobil itu seperti mengarah ke dalam Taman Nasional Juwangsan” tutur jong hyun panjang lebar.

Soo jung menghentikan aktivitas makannya. “orang yang mencuri mobil itu niat bunuh diri?”

“mollayoe…banyak yang mengganjal di pikiranku. Besok akan dilakukan pencarian di danau Jusanji. Polisi menduga pengemudi sedang mabuk dan akhirnya tercebur ke danau”

“wahhh….pasti meninggal dong?”

“ne…sudah pasti!” jong hyun terdiam. “aku punya firasat buruk” katanya dalam hati.

~xXx~

Esok harinya dilakukan pencarian oleh pihak kepolisian di danau Jusanji. Kendala yang sangat mengahalangi proses pencarian adalah air danau yang sangat dingin di musim ini. Penyelam tidak berani terlalu dalam, mereka juga sedikit mengharapkan matahari bersinar terang siang ini.

Hampir 5 jam mereka mencari, hasil yang didapat tidak terlalu memuaskan. Tetapi cukup memberi jawaban kemana mobil hye rae hilang. Mobil hye rae ditemukan tenggelam di dasar sungai. Pengangkatan bangkai mobil akan dilakukan besok siang, saat cuaca memungkinkan. Polisi belum bisa memastikan nasib pengemudi yang membawa mobil hye rae.

Tae min dengan serius memperhatikan berita yang baru saja tayang. “chagiya… bukankah itu jong hyun?” katanya.

“mwo?” teriak hye rae dari dapur.

“pallie…..kesini! kenapa ada jong hyun di televisi?”

Hye rae berlari kecil. “chinca?” hye rae langsung terkejut ketika melihat judul berita.

“benar itu dia kan?” tae min menunggu jawaban hye rae. “chagiya….benar kan?” belum ada jawaban. Tae min menoleh ke arah hye rae. “chagiya?”

“oh…..ne! sedang apa jong hyun oppa disana?” telepon rumah berbunyi. “biar aku yang angkat”

“baiklah!” tae min kembali bermain dengan remote televisi.

“yumseo?”

“hye rae-a!” kata orang diseberang. “aku menemukan mobilmu. Tetapi sayang ada didasar danau. Kamu sudah melihat beritanya kan?”

“ne” kata hye rae ragu. “besok kita akan tahu siapa pencurinya. Tapi sayang jika ia ikut terjatuh ke danau, ia dipastikan meninggal dunia” tambah jong hyun.

“oppa… aku sedang memasak. Nanti gosong…kita lanjutkan lain kali ya?”

“arasoe…. Aku akan mengabarimu besok” sambungan telepon terputus.

“siapa menelepon? Jong hyun?” tanya tae min.

“ne!” jawab hye rae terbata. “aku lanjutkan memasak”

“ne”

~xXx~

Sayang sekali hari ini jong hyun tidak bisa mengikuti proses pengangkatan bangkai mobil hye rae di danau Jusanji. Tetapi ia dikejutkan oleh laporan polisi kepadanya sore ini. Berita itu sangat mengejutkan baginya. Memang belum pasti, tetapi ia tahu jawabannya.

Jong hyun mencoba menelepon hye rae, baik ponsel maupun telepon rumahnya. Tetapi tidak ada yang menjawab. Ia harus segera ke apartement hye rae. Sebelumnya ia menghubungi jin ri untuk bertemu di apartement hye rae. Cukup lama ia berdebat dengan jin ri yang sudah terlanjur membencinya. Namun  akhirnya jin ri mengiyakan.

Di apartement hye rae…..

“hye rae-a…” panggil jin ri. “hye rae-a…odiseo?” ia menemukan ponsel hye rae tergeletak begitu saja dimeja. “ia meninggalkan ponselnya”

“kemana dia?” jong hyun khawatir.

“sebenarnya ada apa?” tanya jin ri

#tluittt# seseorang membuka pintu. Reflex jin ri dan jong hyun melihat ke arah pintu. Tae min nongol, dan mengecewakan jong hyun dan jin ri.

“kalian? Hye rae mana?” tanya tae min santai.

“kami kira kamu tahu” jawab jin ri ketus.

Jong hyun melihat ke arah jam dinding besar yang menempel didinding, tepat diatas televisi. “jam 5?” ia mencari  remote televisi.

“kenapa malah menonton televisi? Hye rae dimana?” jin ri kesal.

Tae min menatap sana sini meminta penjelasan. “ada apa ini? Kenapa kalian mencari hye rae?”

Setelah menyalakan televisi, jong hyun segera mengganti chanel. Sebuah acara berita berlangsung di chanel tersebut. Acara berita itu sedang menyiarkan berita tentang penemuan bangkai mobil di danau jusanji. Jin ri dan tae min langsung serius menonton, karena mereka juga penasaran oleh berita ini sejak kemarin. Apa lagi mobil yang ditemukan adalah milik hye rae.

5 menit kemudian, berita tersebut mulai mengungkap semuanya. Mobil itu telah terangkat dari sungai. Dan ada seorang pengemudi disana, pengemudi yoeja.

#bukkkkk# jin ri terduduk, ia menangis menjadi. Jong hyun juga begitu, ternyata dugaannya benar. Tae min masih berdiri terpaku. Airmata mulai mengalir dipipinya. Ia segera berlari untuk mencari hye rae.

~xXx~

Hye rae memilih duduk di sebuah bangku taman yang tidak jauh dari apartementnya. Ia tidak menggunakan mantel atau sejenisnya untuk menghalangi angin menusuk tulangnya. Suasananya sangat sepi, hening. Tidak ada satupun orang terlihat ditaman itu. ia hanya sendiri.

Langit terlihat kemerahan. Matahari siap untuk kembali ke peraduannya. Dan bulan sudah terlihat bersiap menggantikan matahari untuk menerangi malam di seoul. Hye rae memejamkan matanya. Airmata memaksa keluar melewati kelopak matanya.

Dalam hati ia berkata. “gomawo jin ri-a….joengmal gomawo tae min-a. mianhae aku membohongi kalian. Mianhae aku mengikari janji untuk selalu ada disisi kalian. Aku sangat jahat pada kalian. Mianhae….” Dengan susah payah hye rae berusaha menggerakkan lidahnya yang kelu. “saranghae!” ia masih memejamkan matanya.

“apa yang kamu lakukan disini?” suara namja yang sedang berusaha mengatur napasnya mengagetkan

Hye rae membuka matanya. “tae min-a?”

“kenapa kamu pergi tanpa permisi?” tae min tidak bisa menahan airmatanya. “kenapa kamu meninggalkan aku? Bukankah kamu berjanji akan selalu disisiku?”

Hye rae menunduk. Menangis. Ia tidak sanggung menatap tae min.

“sahabat macam apa kamu? Tidak tahukah kamu jin ri dengan sabar menunggumu?” tae min meraih pundak hye rae dan menyuruhnya berdiri. “kenapa kamu berbohong padaku? bukankah kamu membenci kebohongan?”

“aku….” Hye rae terdiam lagi.

“aku sangat mencintaimu” tae min memeluk hye rae. “bagaimana pun kondisimu aku akan tetap mencintaimu. Aku mohon jangan pergi.”

“mianhae….joelmal mianhae!” hye rae menangis dalam pelukan tae min.

Tae min segera melepaskan pelukan hye rae. Ia memegang dagu hye rae, kemudian menciumnya lembut. “saranghae” kembali memeluk hye rae.

Langit mulai gelap,butir-butir salju mulai turun. Tae min tidak bisa merasakan hye rae dalam pelukannya. Hye rae mulai memudar, menghilang. Ia hanya berwujud sebuah bayangan, tembus pandang.

“mianhae…tae min! gomawo sudah mau mencintaiku. Aku senang akhirnya aku bisa menemukan cinta sejatiku. Sampaikan maafku pada jin ri. Ia pasti akan sangat kesal dan sedih. Tolong katakan padanya jangan menangisiku, aku tidak akan bisa tenang. Sekali lagi gomawo… cintaku yang tiada akhir” hye rae lenyap.

Tae min menangis menjadi. Kenapa ia harus kehilangan hye rae orang yang ia cintai? Kenapa ia tidak memanfaatkan waktu yang tersisa untuk terus bersama hye rae?

~xXx~

Epilog
Hye rae semakin mempererat genggamanya pada stir mobil. Ia menginjak gas mobil semakin dalam. Jarum speedometer  mobil menunjuk angka 100 dan semakin naik. Hye rae mengebut dijalanan yang memang cukup sepi. Ia tuangkan semua amarahnya pada pedal gas yang berada di bawah kakinya.

#jedarrrr…duarrr..chiiiiiiiiiiit# mobil hye rae tidak terkontrol. Beberapa detik kemudian semaunya beruabah gelap.

~xXx~

Hye rae menggeliat, ia merasa silau ketika membuka matanya. Butuh beberapa detik untuknya menyesuaikan matanya dengan keadaan sekitar. Semua yang ada disekitarnya adalah putih dan hampa. Hanya ada bangku taman berwarna putih, lengkap dengan lampu taman disebelahnya. Selebihnya hampa, tidak ada apa-apa. hye rae memperhatikan dirinya, ia juga menggunakan dress simple diatas lutut berwarna putih.

Ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya, dan dimanakah ia berada sekarang? Terbayang dibenaknya kejadian yang ia temukan di apartement jong hyun. Ia mulia menangis, kesal dan marah.

“uljima…” seseorang mengagetkan.

Hye rae mencoba mengatur napas. “siapa kamu?” ia melihat seorang namja berjas dan bercelana putih, semuanya serba putih.

“aku?” namja itu berpikir sejenak. “biasanya aku disebut angel, tetapi panggil aku leeteuk saja” ia tersenyum manis.

“dimana ini?”

“ini namanya dunia transisi antara dunia nyata dan akhirat” jawabnya santai.

“berarti?” hye rae ragu menebak. “aku sudah meninggal?”

“tentu saja” ia duduk disebelah hye rae. “tetapi aku disini untuk memberikanmu suatu penawaran”

“mwo?”

“kamu memang sudah ditakdirkan untuk meninggal hari ini. Tetapi ada permintaan dari dua orang kepadaku. kata mereka, aku harus memberimu kesempatan untuk bertemu cinta sejatimu”

“appa dan oemma?” Hye rae menatap bingung. “cinta sejati? Jong hyun oppa? Shiroe….ia telah menghianatiku. Ia membohongiku”

“bukan dia… tetapi namja yang membantumu saat di toko itu. kamu ingat?”

“dia?”

Leeteuk mengangguk mengiyakan. “kamu hanya punya waktu 21 hari. Setelah itu semuanya akan menghilang. Kamu akan menghilang.”

“hanya 21 hari? Lalu wujudku hantu?”

“ania….kamu akan menjadi hye rae yang asli. Tepat 21 hari lagi jasadmu akan ditemukan. Jika itu terjadi, semuanya akan terbongkar dan kamu harus kembali ke sini.”

Hye rae menghela napas. “aku tidak yakin ada cinta sejatiku. Tetapi aku akan mencoba. Aku harus menyelesaikan  urusanku dengan jong hyun oppa. Dan aku harus mengucapkan perpisahan dengan jin ri”

“kamu yakin?”

“ne…yakin” hye rae mantap.

“tetapi kamu harus tanggung resikonya sendiri”

“mwo?” hye rae antusias.

“perpisahan yang menyakitkan…. Baiklah, selamat berjuang. Appa dan oemmamu berharap terbaik untukmu”

“gomawo!” hye rae menghilang.

Epilog END

T.T…mianhae, author lagu galau. Jadi doyan buat yang sad ending.

Tidak ada komentar: