Title: The Endless
Love
Author: Choi Ye Joon/
Yunn Wahyunee/ yunsurya_elf
Genre: Romance, Friendship,
Sad
Length: one shoot
Rating: T-15
Words: 8.787
Casts: Park Hye Rae (imajinated)
Taemin a.k.a Lee Tae Min
Jonghyun a.k.a Kim Jong Hyun
Other casts: Leeteuk
a.k.a Angel Leeteuk
Sulli a.k.a Choi Jin Ri
Kai a.k.a Kim Jong In
Krystal a.k.a Jung Soo
Jung
Summary: Aku akan
terus mencoba hidup sampai aku menemukan cintaku yang sesungguhnya. Cinta yang
sejati. Cinta yang hanya untukku. My endless love.
Prolog
“lama sekali sih?” kata yoeja itu sambil melihat terus jam
tangan yang ia kenakan.
Park Hye Rae segera berlari
ketika pintu lift terbuka. Ia mencoba mengingat dimana ia memarkirkan mobilnya.
Beberapa kali ia menekan remote yang mengantung dikunci mobilnya. Tetapi tidak
ada jawaban dari sang mobil.
“Aish…. Rusak lagi?” kesalnya
Ia mencoba mencari secara manual.
Seharusnya ia dapat menemukan mobil kesayangnnya itu dengan mudah di basemen
apartemen yang tidak terlalu luas ini. Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil
BMW berwarna biru, sudah pasti itu miliknya.
“Ternyata kamu disini!” ia memasukkan
kunci mobilnya ke dalam lubang kunci.
Dalam hitungan detik ia sudah
bersiap untuk melaju dijalanan dengan mobilnya itu. Malam ini adalah malam
istimewa baginya. Ia akan membuat kejutan untuk namjachingunya dihari jadi
mereka yang ke-1. Sebuah hadiah special sudah ia pesan sejak jauh hari, dan ia
harus mengambilnya sekarang sebelum benda special itu diambil orang. Tibalah ia
disebuah mall ternama di Seoul, Coex Mall.
“Ini barangnya nona” pelayan toko
itu memberi hye rae sebuah bingkisan. “Terima kasih sudah berbelanja disini”
Hye rae hanya tersenyum. “Ne…” ia
berlalu pergi.
Sebelum keluar dari toko itu,
ponselnya berbunyi. Dengan susah payah ia mengambil ponselnya di dalam tas yang
terselempang di bahu kirinya. Beberapa kali ia hampir terjatuh karena high
heelsnya. Ia memang tidak biasa menggunakan benda itu. Tetapi untuk malam ini,
ia harus tampil sempurna.
“Yumseo?” hye rae berhasil menemukan
ponselnya. “Ne… aku sudah mendapatkannya. Gomawo sudah menyarankan toko ini.”
“………..”
“Arassoe… choi jin ri-ssi!” hye
rae tertawa kecil. “Tunggu… aku taruh dompetku dulu”
“…………….”
Sekali lagi hye rae berusaha
menaruh dompetnya di dalam tas. Tepat beberapa langkah dari pintu masuk toko
itu, hye rae ditabrak seseorang. Ia kehilangan keseimbangannya dan hendak
terjatuh. Kebetulan seseorang menopang badannya sebelum terjatuh.
“Oh….” Hye rae segera berdiri
dengan tegak. “Gomapsumnida…”
“Ne….” orang itu tersenyum
padanya.
~xXx~
“Aku mau menukar barang ini.
Kemarin aku sudah menelepon, katanya aku bisa menukarnya.” Tae min -Lee
Tae Min- menyerahkan sebuah kantung dari karton yang bertuliskan nama
toko itu kepada pelayan toko.
Pelayan toko menunduk hormat. “Maafkan
pelayanan kami yang tidak memuaskan. Kami tidak memperhatikan kalau barangnya
tertukar”
“ne…kwaenchana!” tae min
tersenyum.
Pelayan itu mengecek kembali
struk dan barang itu. “mianhae… ini dompet anda tertinggal”
“dompet?” tae min mengeryitkan
dahi. “bukan punyaku!”
“tetapi saya menemukannya di
dalam sini!” pelayan toko menunjukkan dompet itu. “dompet ini ada didalam kantung
bersama barang yang ingin anda tukar.”
“begitukah?” dengan ragu tae min
mengambil dompet itu. “ini kan dompet
yoeja?” katanya dalam hati.
Tae min mencoba mengingat kenapa
dompet itu bisa ada bersama barang miliknya di dalam satu kantung. Setelah
berpikir cukup lama, ia mulai mengingat.
“ini barang anda tuan… mohon
dicek kembali” kata pelayan itu sambil menyodorkan barang milik tae min.
“oh…gomawo!” ia meninggalkan toko
itu. “apakah ini milik yoeja yang hampir jatuh tadi?”
Tae min membuka dompert itu perlahan. Hal pertama yang ia
temukan adalah foto sepasang kekasih. Yoeja dalam foto itu tidak lain adalah
yoeja yang ia tolong tadi –Park Hye Rae-. Entah kenapa tae min senang melihat
hye rae yang tersenyum didalam foto itu.
Prolog END
~xXx~
Hye rae tidak henti-hentinya
tersenyum sepanjang perjalanan menuju apartement namjachingunya –Kim Jong Hyun-. Ini adalah pertama kalinya ia ke
apartement jong hyun. Sebelumnya ia tidak pernah kesana, karena jong hyun
melarangnya. Jong hyun selalu bilang, ‘jangan
ke apartementku…berantakan! Kapan-kapan saja ya? Kalau aku sudah membereskannya’.
Hye rae percaya itu, karena ia menghargai apapun keinginan jong hyun.
Harap-harap cemas hye rae
bersabar menunggu lift. Ia tidak bisa
membayangankan bagaimana ekspresi jong hyun saat melihatnya datang dengan
kejutan ini. Ia yakin jong hyun akan terpesona dengan penampilannya hari ini.
Jong hyun juga akan sangat suka menerima hadiah special darinya.
#tinggg# tiba sudah hye rae
dilantai 9, tempat apartement jong hyun. Hye rae menarik napas dan merapikan
dirinya sebelum keluar dari lift. Dengan
pasti hye rae melangkahkan kakinya keluar dari lift itu.
“oppa…” rengek seorang yoeja. Hye
rae terdiam, tidak melanjutkan langkahnya.
“ara… masuklah!” suara jong hyun.
Hye rae sangat kenal suara jong hyun.
Perlahan hye rae menjulurkan
kepalanya untuk sedikit mengintip. Sudah tidak ada orang lagi disana. hye rae
akhirnya menepis anggapan buruk yang sempat terlintas dikepalanya. Ia kembali
memantapkan langkahnya menuju pintu apartement jong hyun. Hye rae bersiap
menekan bel, tetapi ternyata pintunya sudah terbuka. Akhirnya ia mengurungkan
niatnya untuk menekan bel dan langsung masuk saja.
“sampai kapan kita harus begini
oppa? Oppa tidak mencintaiku?” lagi-lagi hye rae mendengar suara yoeja. Hye rae menendap-endap masuk.
“chagiya… bersabarlah oeh? Oppa
sangat mencintaimu. Kamu segalanya bagi oppa, tidak ada yang lain.” Kata jong
hyun.
Hye rae mendekati ruangan tempat
jong hyun dan seorang yoeja berada. “oppa bersama yoeja?nugu? apa hubungan
mereka?” kata hye rae dalam hati.
“lalu kapan oppa akan memutuskan
hubungan oppa dengan hye rae?” suara
yoeja itu terdengar lagi.
“soo jung-a… oppa tidak mungkin
meninggalkan hye rae. Kamu tahu sendiri
kan?”
“apa karena uang? Aku tahu hye
rae kaya, tetapi….” Soo jung –suara
yoeja yang didengar hye rae- merengek manja.
Hye rae masih mengintip dari
sudut ruang tamu itu. ia hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Apakah
ini alasan jong hyun tidak mengizinkannya mengunjungi apartementnya. Jong hyun
selalu bertemu yoeja itu di sini? Jung soo jung, sepupu jong hyun, begitu yang
diketahui hye rae.
Soo jung mulai menangis. “aku
tidak rela oppa bersama dia. Aku sangat mencintai oppa!”
“oppa juga sangat mencintaimu.”
Jong hyun memeluk soo jung. “ Mohon tunggu sebentar saja. Oppa melakukan ini
demi kamu juga kan? Kalau nanti oppa sudah bekerja, oppa janji akan memutuskan
hye rae. Tetapi sekarang oppa tidak bisa.”
“seandainya aku sekaya dia.. aku
pasti akan membantu oppa. Aku tidak akan membiarkan oppa terus mengemis
padanya.”
“ne…arayoe!” jong hyun mengecup
bibir soo jung lembut dan memeluknya lagi.
Hye rae yang melihat semuanya
mulai menitikkan airmata. Dadanya terasa begitu sesak. Apakah ini semuanya
kenyataan? Selama ini jong hyun hanya memanfaatkannya. Padahal bantuan-bantuan
yang ia berikan kepada jong hyun selama ini tulus dari hatinya. Ia tahu jong
hyun tidak seberuntung dirinya. dan ia tidak pernah memaksa jong hyun untuk
manjadi namjachingunya sebagai balasan akan semua bantuannya. Hye rae mulai
meneteskan airmata.
“jadi… selama ini oppa
mencintaiku karena terpaksa?” tanya hye
rae lirih, pada dirinya sendiri. “aku sungguh-sungguh mencintai oppa. Aku
melakukan ini semua karena aku mencintai oppa dan ingin oppa bahagia. Tetapi
kenapa oppa mengartikannya lain?” hye rae berjalan perlahan menuju pintu dan hendak
pulang.
Hye rae menaruh bingkisan yang ia
beli tadi didepan pintu apartement jong hyun. Tangisnya sudah tidak terbendung.
Ia merasa dihianati, cintanya telah dihianati. Kenapa ia harus terlahir sebagai
orang kaya? Selama ini yang ia tahu jong hyun sangat menyayanginya bahkan
melebihi orang taunya. itu yang sejauh ini ia rasakan.
Sebenarnya hye rae adalah yatim
piatu. Ibunya meninggal ketika ia berumur 12 tahun dan ayahnya meninggal saat
ia akan menginjak kelas 3 SMA. Selama ini ia diurus oleh ibu tirinya, tetapi
hanya materi, tidak lebih. Sejak ayahnya meninggal, ibu tirinya mengelola semua
harta ayahnya dan pindah ke inggris. Hye rae belum bisa mengurus kekayaan
ayahnya sebelum ia berusia 24 tahun.
Sekarang ia adalah mahasiswi semester 3 disuatu universitas negeri di
Seoul.
~xXx~
Hye rae mengemudikan mobilnya
tanpa arah. Ia terus saja menangis. Kejadian yang ia lihat di apartement jong
hyun tadi terus terlintas dibenaknya.
Jong hyun yang menyayanginya dan mencintainya selama ini ternyata
hanyalah kebohongan. Didunia ini tidak ada yang mencintainya, tidak ada
satu pun.
#rrrrrrttttt# ponsel hye rae
bergetar. Sebuah panggilan masuk tertera dilayar. Hye rae mengambil ponselnya.
Nama jong hyun muncul dengan bangganya dilayar ponsel. hye rae segera melempar
ponsel itu ke kursi belakang mobil. Untuk saat ini ia tidak ingin mendengar
suara jong hyun.
“nappenum…” tangisnya semakin
tidak terkontrol. “kenapa oppa lakukan ini padaku?” teriaknya. “kenapa oppa
memanfaatkanku? Kenapa oppa tidak jujur saja padaku? walaupun oppa tidak
menerima cintaku saat itu, aku akan tetap membantu oppa. Kenapa oppa
membohongiku…..”
Hye rae semakin mempererat
genggamanya pada stir mobil. Ia menginjak gas mobil semakin dalam. Jarum speedometer
mobil menunjuk angka 100 dan semakin naik. Hye rae mengebut dijalanan yang
memang cukup sepi. Ia tuangkan semua amarahnya pada pedal gas yang berada di bawah
kakinya.
#jedarrrr…duarrr..chiiiiiiiiiiit#
mobil hye rae tidak terkontrol. Beberapa detik kemudian semaunya berubah gelap.
~xXx~
Disebuah kompleks apartement mewah,
tepat dilantai 5 nomor 303, seorang yoeja tertidur pulas. Kamar yoeja itu
dipenuhi warna biru langit. Semua lukisan yang ada didinding kamarnya adalah
lukisan wajahnya. Tubuh yoeja yang mungil itu tergeletak di atas sebuah kasur
empuk berwarna putih. Disudut ruangan terdapat sebuah pintu yang langsung
menuju ruang lemari pakaian. Dan disisi
lainnya ada pintu menuju kamar mandi. Jendela besar tepat berada di atas
kepala yoeja itu.
“aaaaah….” Yoeja itu membuka mata.
“dimana aku?” ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa ia ada dikamarnya
sendiri.
Terdengar suara telepon berdering
dari arah ruang televisi. Dengan malas ia menuju ke sana untuk menjawab telepon
yang masuk.
“yumseo…” katanya malas sambil
menempelkan gagang telepon ke telinga kirinya.
“irona… hye rae-a!” teriak
seseorang dari seberang telepon.
“aishhh…” hye rae menjauhkan
gagang telepon itu dari telinganya. “kamu mau memecahkan gendang telingaku? Aku
sudah bangun nona jin ri.”
“aku ada didepan pintu.
Bukalah!!!”
“kamu tahu sendiri passwordnya
apa. buka sendiri…” hye rae balik membentak.
Jin rin mendengus. “aku tidak
bisa…tanganku cuma dua! Pallie…berat nih”
“arayoe…tunggu!” hye rae menaruh
kembali gagang telepon itu ke tempatnya.
Malas-malasan hye rae menuju pintu. Ketika pintu terbuka, jin rin langsung
menerobos masuk. Hye rae hanya tersenyum dan menutup pintu kembali.
“kamu kemana saja? Kenapa 3 hari
tidak masuk kuliah? Jong hyun oppa mencarimu terus. Katanya kamu juga tidak ada
dirumah” jin ri langsung nyerocos setelah membanting buku-buku yang ia bawa ke
sofa.
Hye rae merebahkan diri disofa.
“aku rasa, aku tertidur selama tiga hari.”
“mwo?” jin ri melempar bantal
sofa ke arah muka hye rae. “kalo mau bercanda yang masuk akal sedikit dong.”
“oh ya… aku akan mengganti
password kunci pintu.”
“weo? Bukannya kamu bilang tidak
akan menggantinya? Itu kan tanggal jadimu dengan jong hyun oppa” hye rae
mengambil minum didapur.
Hye rae tersenyum. “aku bosan
dengan password itu. pingin coba yang lain, seperti katamu juga kan…susah
diingat”
“kamu sakit?” jin ri mendekati
hey rae. “kamu terlihat pucat”
“ania…kwaenchana”
“kamu bertengkar dengan jong hyun
oppa?”
“ania”
“lalu?” jin ri mengeryitkan dahi.
“mollayoe!” hye rae berdiri dan
menuju kamarnya. “aku mandi dulu. Kita akan kuliah kan?”
“oh…tentu saja! Pallie”
~xXx~
“bagaimana bisa?” jin ri melotot
tidak percaya. “mobil, ponsel dan dompetmu kenapa bisa hilang?”
“mollayoe!”jawab hye rae santai.
“aku tidak ingat”
“kamu mabuk 3 hari yang lalu? Kenapa
bisa tidak ingat apa-apa?”
“aku memang sama sekali tidak
ingat” hye rae mulai kesal.
“3 hari yang lalu kamu ke rumah
jong hyun oppa untuk memberi kejutan kan?” jin ri tidak sabaran
Hye rae mencoba mengingat. “ne…
tetapi aku hanya ingat ketika ada ditoko. Aku menabrak seseorang dan seorang
namja yang baik menolongku. Aku hanya
ingat sampai situ”
“sepertinya kamu sedang sakit.
Kaja…kita ke dokter setelah kuliah selesai.”
“shiroe…aku benci dokter!” hye
rae segera meninggalkan jin ri yang masih duduk di taman kampus.
“hye rae-a…!!!” jin ri segera
mengikuti dibelakang.
~xXx~
Hye rae sedang mencoba sabar
menunggu jin ri ditempat parkir. Hari ini mereka ada janji untuk berbelanja bersama, begitulah
kegiatan wajib mereka setiap bulan. Sekali lagi hye rae berusaha mengirimi jin
ri pesan –dengan ponsel barunya-, dan balasannya selalu sama ‘tunggu sebentar’.
“chagiya…” panggil seseorang
Hye rae menoleh ke arah suara.
“oppa….jong hyun oppa!” hye rae melambaikan tangannya.
“bogoshipoe..” jong hyun merentangkan
tangannya hendak memeluk.
Hye rae menatap dengan heran.
“apa yang mau oppa lakukan?”
“memelukmu? Bukannya kamu suka?”
jong hyun berusaha memeluk hye rae.
“andwae.. shiroe!” jawab hye rae
ketus.
“ada apa denganmu? Kamu sedang
sakit? Kenapa pucat sekali?” jong hyun memperhatikan hye rae. “kenapa kamu
berdandan seperti ini lagi? Oppa sudah bilang jangan berdandan tomboy seperti
ini. Kamu terlihat lebih cantik kalau menggunakan dress dan high heels”
“sudah selesai?” hye rae malas
menatap jong hyun.
“kamu kenapa?” jong hyun
mengangkat alisnya sebelah. “kamu marah pada oppa? Mianhae…”
Hye rae segera menyadari ada yang
aneh dengannya. Ia tidak pernah cuek dengan jong hyun. “emmm…mianhae oppa! Aku
juga tidak tahu kenapa aku begini” hye rae menatap jong hyun dengan mata
sayunya.
“kwaenchana… sepertinya kamu
sedang tidak enak badan.” Jong hyun menyium kening hye rae.
“oppa… sepatu itu? oppa dapatkan
dimana?” hye rae menunjuk sepatu yang dipakai jong hyun.
Jong hyun tersenyum bangga.
“oh…bukankah kamu yang memberikannya? Oppa menemukannya didepan apartement
oppa.”
“chinca?” hye rae mencoba
mengingat.
“ne… oppa langsung meneleponmu
malam itu. tetapi kamu tidak menjawab. Paginya oppa kerumahmu, tetapi kamu
tidak ada. Kata security, kamu belum kembali. Kemarin oppa juga kesana, tetapi
kamu belum ada. Kamu kemana? ponselmu juga tidak bisa dihubungi”
Sekali lagi hye rae mencoba
mengingat. “aku ke apartement oppa? Seingatku aku tidur di kamarku. Aku tidak
kemana-mana. Dan aku tidak pernah ke apartemen oppa”
“nde?” jong hyun jadi bingung.
“kenapa aku tidak ingat apa-apa?”
hye rae memegangi kepalanya.
“mungkin karena kamu tidak enak
badan saja…lihat kamu sangat pucat. Lupakan masalah itu.” jong hyun melirik ke
tempat parkir. “mobilmu mana?”
“sepertinya hilang… aku tidak
ingat”
“mwo?” jong hyun kaget.
“baiklah…biar oppa lapor polisi. Mungkin kamu dirampok malam itu. dan karena
shock mau tidak ingat apa-apa. serahkan pada oppa eoh?”
“ne…oppa” jawab hye rae datar.
~xXx~
Tae min memastikan bahwa alamat
yang ia cari adalah benar. Ia cukup tercengang ketika mengetahui bahwa alamat
itu merujuk ke sebuah apartement mewah.
#tingtong# tae min menekan bel
apartemen bernomor 303. Cukup lama ia menunggu hingga akhirnya pintu apartement
itu terbuka. Seorang yoeja membukakan pintu.
“ne…mencari siapa?” suara yoeja
itu mengalun indah ditelinganya.
“emm… apa benar ini rumah park
hye rae?” katanya ragu.
Yeoja itu hanya tersenyum kecil.
“ne… saya sendiri”
“emmm…” tae min bingung harus
memulai dari mana.
“masuklah… sepertinya lebih enak
kalau berbicara didalam” hye rae mempersilahkan masuk, tetapi tae min masih
berdiri terpaku. “kaja…” hye rae menarik tangan tae min dan memaksanya masuk.
Hye rae mempersilahkan tae min
duduk disofa ruang tamu berwarnya coklat. Kemudian hye rae duduk tepat didepan tae
min. Tae min hanya diam dan tidak melepaskan pandangnnya dari hye rae. Hye rae
juga diam, memberikan waktu pada tae min untuk sadar sendiri.
“baiklah… aku buatkan minum dulu.
Kamu mau apa?” hye rae beranjak dari tempat duduknya. Tidak ada jawaban.
“baiklah… sepertinya jus jeruk” tebaknya asal-asalan.
Hye rae berjalan ke arah dapur dan tae min masih diam membisu. Ia
benar-benar terpesona oleh hye rae. Walapun hanya mengenakan kaos oblong
berwarna biru gelap dan celana pendek sepaha berwarna putih dengan rambut
pendek sebahu, ia terlihat sangat manis. Jantung tae min berdetak sangat cepat.
“silahkan diminum!” hye rae
menaruh segelas jus jeruk didepan tae min. “hey… sampai kapan mau diam? Ada
perlu apa mencariku?”
“oh…” tae min segera membuyarkan
lamunannya. “aku hanya mau mengembalikan ini” ucapnya terbata sambil memberikan
sebuah dompet kepada hye rae.
Hye rae mengambil dompet
itu, bingung. “ini milikku?”
“aku rasa ia… alamat di kartu
identitasmu mengarah kesini. Dan disana jelas-jelas ada fotomu” tae min kembali
dapat mengontrol dirinya.
“benarkah? Lalu bagaimana bisa
ada padamu?” hye rae memeriksa dompet itu.
“aku rasa saat di Coex mall… di
sebuah toko. Saat itu kamu hampir terjatuh karena seorang menabrakmu. Dan….”
“oh…ara” hye rae memotong.
“iruemi mwoyeyoe (siapa namamu)?”
“Lee Tae Min imnida”
“gomawo…tae min-ssi” hye rae
tersenyum lembut ke arah tae min. “sebagai ucapan terima kasih, maukah menerima
ajakan makan siangku besok?”
“nde?”
Dengan wajah sedih “tidak mau ya?
Baiklah….kwaenchana”
“ania…aku mau!” kata tae min
terbata.
“gomawo!”
~xXx~
Sejak saat itu tae min dan hye
rae menjadi teman yang baik. Tae min adalah pendengar yang baik, ia selalu mau
mendengarkan keluh kesah hye rae, begitu juga sebaliknya.
“ne…arasoe! Nanti aku hubungi
kalau aku ada waktu…” kata tae min pada seseorang didalam telepon.
“……….”
“mianhae…aku janji, sesegera
mungkin akan mengambulkan permintaanmu” tae min tertawa kecil.
“…………..”
“etabayoe (sampai jumpa)!”
Dari arah belakang tae min
seorang namja berjalan mengendap-endap. Ia hendak mengagetkan tae min yang
sedang memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
“heeeey…” katanya mengagetkan.
Tae min datar saja. Tidak
bereaksi. “yakkk…kim jong in, apa yang kamu lakukan?”
“aaah…” jong in kecewa. “hyung
tidak asyik! Susah sekali membuat hyung kaget dan sejenisnya.”
Tae min hanya mendengus.
“baiklah… lain kali hyung akan terkejut dan sejenisnya seperti maumu”
“emmmm…” tatapan jong in
menyeledik. “hyung belakangan ini terlihat sangat senang. Ada apa? hyung sudah
punya yoejachingu sekarang?”
“ania…” tae min segela mengelak
“lalu siapa yang hyung telpon
tadi? Pasti yoeja”
“ne…yoeja. Di hanya hye rae, chingu”
“hye rae? Yepposoe?” jong in
ingin tahu.
Tae min tersenyum sendiri.
“lumayan…dia manis”
“aaaa…….” Jong in tertawa.
“kenapa pipi hyung memerah?”
“ania…. Hanya…. Aku merasa senang saat bersamanya”
tutur tae min.
“berarti hyung sedang jatuh
cinta. Jatuh cinta pada hye rae. Chukkae!”
“mwo? Ania…”tae min tetap
membantah.
~xXx~
Tepat didepan pintu masuk gedung
perkuliahan tempat jong hyun kuliah, soo jung menunggu. Jong hyun telah
melarang untuk mencarinya ke kampus, tetapi ia mengabaikannya sekarang. Ia
sudah tidak tahan lagi harus diam dan melihat jong hyun menjalin hubungan
dengan yoeja lain –hye rae- lagi. 30
menit kemudian jong hyun keluar dari gedung itu dan bersiap menemui hye rae.
“oppa…” panggil soo jung sambil
berlari menghampiri jong hyun.
Jong hyun tidak percaya dengan
apa yang ia lihat. “soo jung-ah…apa yang…?”
“bogoshiposoe..oppa!” soo jung
langsung memeluk jong hyun.
“lepaskan…nanti dilihat orang”
jong hyun memaksa melepaskan pelukan soo jung.
Soo jung mempererat pelukannya.
“ania…shiroe. Biarkan mereka melihat dan melapor pada hye rae, aku tidak
peduli”
“yakkk…lep…” kata-kata jong hyun
tertahan.
Jin rin mengepalkan tangannya
erat. “Kim jong hyun?...apa yang kamu lakukan?”
“jin ri-a… hye rae-ya…”
melepaskan pelukan soo jung dengan paksa.
“apa yang oppa lakukan? Siapa
yoeja centil itu?” jin ri menunjuk soo jung
Hye rae hanya diam dan tatapannya
kosong. Ia sama sekali tidak peduli. Entah apa yang ia pikirkan.
“hye rae-a…” jong hyun mencoba
menjelaskan. “dia…sepupuku…kamu tahu sendiri kan?”
Jin rin mencolek hye rae. “hye
rae-a… apa benar?” hye rae tidak merespon. “hye rae-ya…”
“nde?” hye rae baru menjawab
dengan terburu. “oh…dia memang sepupu jong hyun oppa” jawabnya sambil
tersenyum, dibuat-buat. “annyeong…soo jung-ssi”
Soo jung memalingkan wajahnya.
Enggan melihat hye rae. “ne…”
“soo jung-ah…kamu…” jong hyun
kesal.
“jin ri-a… kaja kita pulang.” Hye
rae menarik tangan jin ri yang masih kesal.
“hye rae-a… bagaimana dengan
janji kita malam ini?” tanya jong hyun sebelum hye rae terlalu jauh
meninggalkannya.
Hye rae berbalik. “mianhae oppa…
aku kurang enak badan. Sepertinya soo jung juga ada perlu dengan oppa. Jadi
lain kali saja.”
~xXx~
Sejak mobilnya hilang, jin ri
siap sedia mengantar jemput hye rae ke kampus. Kebetulan rumah mereka searah.
Selain itu, jin ri juga tahu bagaimana kehidupan hye rae. Ia selalu hidup
sendiri, ia membutuhkan seorang teman. Jin ri dan hye rae telah berteman sejak
lama. Sebelum oemma hye rae meninggal dunia karena kecelakaan.
“kwaenchanayoe?” jin ri menatap
hye rae khawatir.
Hye rae hanya mengangguk,
mengiayakan.
“apa kamu mau ke rumahku saja?
Sepertinya oemma memasakkan masakan kesukaanmu eoh?”
“kwaenchana… jin ri-ah!” hye rae
tersenyum ke arah jin ri. “gomawo… aku sebaiknya pulang”
Jin ri masih menatap hye rae
khawatir. “chinca? Kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat pucat? Katakan padaku, apa kamu ada masalah?”
“ania… kwaencahana!Kamu tidak
perlu khawatir… aku janji ini yang terakhir, kamu tidak perlu khawatir lagi.”
“ara…” kata-kata hye rae semakin
membuat jin ri khawatir.
Lama mereka terdiam. Hye rae
hanya tertunduk. Sekali-kali jin ri melirik ke arahnya. Melihat bagaimana
kondisi hye rae, sahabat dekatnya. Ia yakin ada yang tidak beres dengan hye
rae. Ia sudah mengenalnya sangat lama. Ia tahu semua tentang hye rae.
“jin ri-ah…. Apakah aku ini tidak
pantas dicintai?” kata hye rae tiba-tiba.
“morago?”
“aku rasa tidak ada yang
mencintaiku didunia ini. Apakah aku tidak pantas dicintai? Kenapa orang yang
mencintaiku dengan tulus selalu meninggalkanku sendiri didunia ini?”
Jin ri segera memberhentikan
mobilnya dan menepi. “park hye rae….apa yang kamu bicarakan?”
“haruskah aku menyusul mereka? appa dan oemma?” hye rae
mulai menitikkan airmata.
Jin ri segera melepas sabuk
pengamannya dan memeluk hye rae. “uljima….jangan berkata seperti itu. disini
ada aku. Aku sangat mencintaimu. Jangan pernah katakan itu lagi. Oemma dan
appaku juga sangat mencintaimu. Kamu masih memiliki kami disini.”
Hye rae membenamkan wajahnya
dalam pelukan sahabatnya itu. “mianhae…mianhae” tangisnya menjadi.
“uljima…. Berjanjilah. Jangan
pernah katakan itu lagi. Ceritalah padaku semua yang mengganjal dihatimu”
“emmmm….”
~xXx~
Di Taman Hangang, tae min dan hye
rae terlihat sedang bersepeda bersama. hari minggu yang cerah ini tidak akan
mereka sia-siakan hanya dengan tidur-tiduran dirumah. Setelah lelah bersepeda,
mereka beristirahat disebuah kursi taman yang dinaungi oleh pohon dengan daun
yang rindang.
“hye rae-a…. aku boleh bertanya
sesuatu?”
“emmmm…” jawab hye rae singkat
sambil menatap tae min.
Tae min menelan ludah.
“apakah kamu mempunyai namjachingu?” tae
min segera melirik hye rae untuk melihat ekspresinya. “selama ini kamu tidak
pernah bercerita tentang namjachingumu.”
Hye rae tersenyum. “aku punya,
namanya kim jong hyun. Katanya ia sangat menyayangiku, mencintaiku. Aku
mengenalnya saat appa meninggal dunia. Dialah yang menenangkanku dirumah sakit
saat aku menangis didepan ruang rawat appa. Dialah yang tetap bersamaku saat
ibu tiriku meninggalkanku. Dialah yang selama ini memberiku perhatian seperti
kedua orang tuaku. Aku sangat mencintainya…” hye rae terdiam. “aku sangat
percaya akan cintanya padaku dulu. Dan sekarang…” hye rae tertunduk.
Tae min menatap penuh tanya. Apa
sebenarnya yang terjadi dengan yoeja didepannya ini? Apa maksud perkataannya?
“aku rasa aku harus mengakhiri
ini!” kata hye rae yakin
“mengakhiri?”
“aku telah membuat jong hyun oppa
menderita dan tertekan. Jadi, aku akan mengakhiri semuanya.” Hye rae tersenyum
lembut ke arah tae min. “aku akan membiarkan oppa melakukan apapun yang ia mau.
Tidak perlu terus merasa terkekang olehku”
“hye rae-a…” tae min menatap hye
rae penuh perhatian. “apa sebenarnya yang terjadi padamu?” kata taemin dalam
hati.
~xXx~
hye rae menarik paksa tae min
untuk mengikutinya ke universitasnya. Tae min yang dari awal menolak tidak bisa
berbuat apa-apa. walaupun ia tidak setuju dengan ide gila ini, Ia tetap ingin
membantu hye rae. Ia tidak ingin melihat hye rae terus bersedih.
Di kejauhan jin ri melihat tae
min dan hye rae. Ia mengeryitkan dahi melihat tae min yang seperti terseret,
diseret hye rae. Jin ri segera berlari mengejar mereka yang sepertinya akan
menuju gedung perkuliahan tempat jong hyun berkuliah.
“yumseo….oppa dimana?” hye rae
menelepon jong hyun.
“…….”
“ara…tunggu disitu” hye rae
kembali menggengam tangan tae min dan menariknya untuk mengikutinya.
“hye rae-a….” panggil jin ri yang
akhirnya dapat menyusul mereka. “apa yang kalian lakukan?”
“jin ri, kamu?” hye rae
kelabakan, rencananya bisa gagal sekarang.
Jin ri berusaha mengatur
napasnya. “kalian mau kemana? Kelihatannya terburu-buru”
“aku…mau…” hye rae bingung harus
menjawab apa. ia melirik ke arah tae min.
“emmm….ia hanya mau mengajak aku
jalan-jalan” bohong tae min. “melihat-lihat kampus”
“chinca?” jin ri tidak percaya.
“hye rae-ssi” panggil seorang
yoeja.
Jin ri dan yang lain menoleh ke
arah sumber suara. “kamu sepupunya jong hyun oppa kan? Jung soo jung?”
“ania…..” balas soo jung. “aku
bukan sepupu jong hyun oppa. Aku yoejachingunya, dan kamu….” Menunjuk hye rae.
“tinggalkan jong hyun oppa. Kamu pikir kamu bisa membeli cinta seseorang dengan
uang? Oppa tidak mencintaimu. Tinggalkan oppa! Jangan paksakan kehendakmu pada
orang lain.”
“nappen yoeja ini bilang apa
sih?” jin ri kesal.
“arasoe… aku juga akan
mengakhirnya.” Jawab hye rae santai. “kamu bisa memiliki jong hyun oppa
sepenuhnya, karena aku memiliki penggantinya” melirik tae min.
“mwo?” soo jung ingin memperjelas
perkataan hye rae.
“aku pernah mencintai jong hyun
oppa. Aku hanya salah mengartikan apa yang aku rasakan sendiri. Aku dan jong
hyun oppa lebih baik seperti dulu. Seperti seorang kakak dan adik.” Hye rae
terdiam.
“hye rae-a?” kata jin ri dan tae
min hampir berbarengan.
“baguslah kalau kamu sadar…jadi kamu
bisa meninggalkan jong hyun oppa segera” soo jung tersenyum kemanangan.
Jong hyun yang mendengar dari
chingunya ada keributan didepan gedung perkuliahannya segera berlari kesana.
“soo jung-ah…” panggil jong hyun.
“oppa?” soo jung memanggil manja.
“apa yang kamu lakukan. Kenapa
kamu kesini lagi?” jong hyun melirik ke arah hye rae. “hye rae-a….tolong jangan
percaya apapun yang dikatakan soo jung. Dia memang sedikit aneh” jong hyun
nyengir kuda.
Hye rae tersenyum. “ania oppa….
Aku rasa apa yang ia katakan masuk akal. Kita akhiri saja semuanya disini oppa.
Aku tidak membenci oppa, hanya oppa
adalah kakakku. Tidak lebih. Tetaplah menjadi kakakku yang selalu memberiku
semangat.”
“apa yang kamu katakan?” jong
hyun tidak mengerti. Ia menatap soo jung, ingin penjelasan.
Hye rae menggenggam tangan tae
min erat. “aku menyadari bahwa oppa tidak harus menjadi namjachinguku. ini
bukan salah oppa. Aku sudah menemukan namja yang benar-benar aku cintai”
“mwo?”
“Aku mencintai tae min. jadi kita
sudahi saja semuanya oppa. Annyeong” hye rae menarik tae min lagi untuk
mengikutinya.
“hye rae-a…?” jin ri menyusul.
Jong hyun menatap soo jung kesal.
“apa yang kamu lakukan oeh?” bentaknya.
“oppa…kenapa oppa marah
padaku?bukankah lebih baik begini….” Soo jung meraih tangan jong hyun. “oppa
tidak perlu pura-pura mencintainya lagi. Ia tidak membenci oppa kan? Ini jalan
terbaik eoh?”
“mwo? Lepaskan….jangan temui aku
lagi. Kamu merusak semuanya.” Jong hyun meninggalkan soo jung sendiri.
~xXx~
Hye rae masih menggengam tangan
tae min erat. Sedangkan jin ri mengikuti di belakang dengan penuh tanda tanya.
Entah kemana tempat yang akan dituju hye rae, yang jelas ia hanya berjalan
tidak tentu arah. Bibirnya melengkung, membentuk sebuah senyuman. Tetapi senyum
yang hambar, senyum yang menyakitkan.
Tae min menghentikan langkahnya.
Dan menahan hye rae dengan terus menggengagam tangannya erat. “cukup…hentikan!”
katanya tiba-tiba.
“mwo?” hye rae berhenti dan
menatap ke arah tae min.
“kenapa kamu bisa tersenyum?” tae
min serius. “kenapa kamu bisa tersenyum seperti ini?” ulang tae min. “bukankah
kamu sangat mencintainya, kenapa kamu melepaskannya? Kamu bilang ia sangat
berharga bagimu”
Hye rae menarik napas. “kenapa
aku harus sedih? Bukankah ini jalan terbaik bagi semuanya? Soo jung akan bisa
memiliki jong hyun oppa sepenuhnya, begitu sebaliknya. Aku tidak benar-benar
mengakhiri hubunganku denganya. Ia tetap jong hyun oppaku. Hanya……” hye rae
terdiam sejenak. “hanya saja aku mau memperjelas semuanya. Aku tidak mau ada
kebohongan.”
“hye rae-a…” jin ri mendekati hye
rae
“kwaenchana jin ri-a….. jangan
menatapku seperti itu.” suara hye rae terdengar gemetar. “bukankah kamu ada
kuliah sekarang? Aku akan pulang bersama tae min.”
“tetapi….” Jin ri merasa
khawatir.
“mwo? Pergilah… tae min akan menemaniku. tenang saja!” hye rae tersenyum.
“ara…” jin ri mengalah. “tae
min-ssi… aku titip hye rae padamu”
Hye rae tertawa kecil. “memangnya
aku anak kecil?” hye rae sekali lagi menarik tangan tae min. “kaja!”
~xXx~
Hye rae sedang menikmati menatap
langit sore di balkon apartementnya. Tae min juga ada didekatnya, termenung dan
terlihat sangat menghawatirkannya.
“tae min-a…. apakah kamu
sungguh-sungguh mau menjadi temanku?” tanya hye rae tiba-tiba.
“mwo?” tae min menoleh.
Hye rae menoleh ke arah tae min
juga. Tatapan mereka bertemu. “kamu akan selalu berada disisiku kan? Kamu tidak
akan meninggalkanku kan?”
“emmmm….. aku berjanji”
“apakah kamu menyukaiku?” tanya
hye rae tiba-tiba.
Jantung tae min berdetak kencang.
“nde?”
“kalau kamu tidak mau menjawab
tidak apa-apa. tetapi, bolehkah aku menyukaimu?”
“tetapi bagaimana dengan jong
hyun?”
“aku rasa semuanya telah
berakhir, seperti kataku. Ia telah mengecewakan cintaku.” Hye rae menerawang ke
langit. “aku menyukaimu. Aku tidak berharap kamu membalasnya. Hanya izinkan aku
belajar mencintaimu. Mungkin dengan mencintaimu aku tidak akan menyesal. Dan
aku bisa tenang.”
“apa yang kamu bicarakan? Aku
tidak mengerti”
Hye rae tiba-tiba tertawa
terbahak. “aku bercanda!hahahahah…coba kamu lihat bagaimana wajahmu tadi.
Sangat lucu.”
“mwo?” tae min mengernyitkna
dahi.
“oh….” Hye rae menyadari tae min
marah. “mianhae…aku tidak bermaksud membuatmu marah.” Ia tertunduk.
Tae min menghela napas panjang.
“ternyata kamu cuma bercanda?” katanya dalam hati.
“ada apa? kenapa menghela napas?”
“ania….obsoeyoe!” tae min
tersenyum.
“tetapi aku tidak bercanda, saat
aku mengatakan ingin kamu terus menjadi temanku dan selalu disamping. Aku
serius soal itu”
“arayoe… kamu sebaiknya
istirahat. Aku pulang dulu”
“ne…”
~xXx~
Pagi-pagi sekali hye rae sudah
menunggu didepan rumah tae min. Walaupun
ia tidak pernah ke sana, tetapi ia tahu alamatnya dari tae min. Setibanya
disana ia langsung menelepon tae min, dan tae min yang tidak menyangka segera
menemuinya.
“apa yang….” Kata-katanya
tertahan. “kenapa kamu bisa disini?”
“kaja…kamu harus menemaniku
jalan-jalan” hye rae merangkul tae min.
“tetapi kamu tidak kuliah?”
Hye rae geleng-geleng. “aku
membolos!kaja…katamu hari ini kamu libur. Kaja!!”
“tetapi… bukankah lebih baik kamu
kuliah dulu. Sabtu atau minggu kita bisa jalan-jalan kan?”
“ania….kita harus melakukannya
sekarang. Aku tidak punya banyak waktu” hye rae menarik paksa tae min.
Tae min terheran-heran. Mengapa
hye rae selalu melakukan sesuatu dengan terburu-buru seolah ia tidak akan bisa
melakukannya lagi? Ia merasa ada yang disembunyikan oleh hye rae darinya.
Hye rae membuka daftar menu. Ia
terlihat sangat senang. “emmm…kamu mau yang mana?sepertinya waffle coklat enak.
Vanilla juga. Stroberi juga. Ahhhh…semuanya enak. Tae min-a…kamu paling suka
yang mana?” tidak ada jawaban. “yakkk…tae min-a”
Tae min masih menatap hye rae,
bukannya daftar menu. Mengapa yoeja didepannya ini selalu membuatnya khawatir?
Mengapa ia selalu ingin melihat hye rae tersenyum seperti sekarang ini? Mengapa
ia merasa sangat dekat dengan yoeja ini? Ia baru mengenal hye rae tidak lebih
dari 1 minggu. Tetapi ia merasa sudah mengenalnya lama.
“hey…hallloooo?” hye rae
melambaikan tangannya didepan wajah tae min.
“oh…mianhae. Kamu bilang apa
tadi?” tae min segera melihat daftar menu.
“kamu suka yang mana? Mau waffle
yang mana?” hye rae menatap tae min lembut.
“emmmm….aku menurut padamu saja”
“baiklah… lee tae min” hye rae tertawa kecil.
~xXx~
Tae min berjalan tepat satu langkah
didepan hye rae. Ia sedang menikmati suasana di istana gyeongbokgung, sebuah
museum sejarah dan masih berwujud kastil asli. Hye rae hanya tersenyum menatap
punggung tae min. ia tidak ingin hari ini berakhir.
“tae min-a…tunggu. Jangan
tinggalkan aku” hye rae berlari kecil mengejar tae min yang semakin jauh
didepannya.
“ne..pallie” tae min mengulurkan
tangannya.
Hye rae dengan senang hati
menerima uluran tangan tae min dan mengenggamnya erat. “jalannya pelan-pelan
saja.”
“arayoe…”
Mereka terdiam lagi. Hye rae
terus menatap wajah tae min sambil tersenyum. Ia tidak ingin mengedipkan
matanya sekalipun. Mungkinkah tae min adalah orang yang ia cari seperti
kata-Nya? Jika itu benar, waktunya tidak akan terbuang sia-sia. Ia dapat pergi
secepatnya.
Tae min melirik dengan ujung
matanya. “kenapa kamu melihat terus? Risih tahu” tae min menyentil dahi hye
rae.
“aaaawwww….” Hye rae memegangi
dahinya. “appo….” Mata hye rae berkaca-kaca
“oh…mianhae! Appo?” tae min
segera mengelus pelan dahi hye rae yang baru saja ia jitak.
Hye rae mengangguk kecil. Ia
melepaskan gengaman tangannya dan memunggungi tae min. ia kesal padanya. Ia
paling benci jika seseorang menjitaknya.
“jangan marah dong…mianhe. Sakit sekali
eoh?” tae min mencoba membujuk
“shiroe….!” Hye rae ngambek
Tae min segera menuju sisi
sebelahnya agar bisa menatap hye rae. “mianhae….” Tae min mengecup dahi hye
rae. “aku janji tidak akan mengulanginya. Jangan amarah oeh?”
Hye rae yang kaget dengan apa
yang dilakukan tae min hanya mendongak dan menatap tae min.
“kaja….” Tae min menggandeng hye
rae lagi.
~xXx~
Tanpa sadar hye rae terus tertawa
kecil sambil memegangi dahinya. Ia tidak bisa melupakan kejadian kemarin saat
tae min menyium dahinya lembut. Ia tidak pernah sesenang ini. Ia tidak pernah merasakan perasaan ini
saat bersama jong hyun. Apakah ini yang namanya cinta, cinta yang sesungguhnya?
“hye rae-a….” jong hyun telah
duduk tepat didepannya. “annyeong….”sapanya ramah.
“oppa?” hye rae menghentikan
hayalannya. “ada apa oppa kemari?”
“bogoshiposoe….mianhae oppa tidak
pernah menghubungimu. Tugas kuliah oppa sedang menggunung. Malam ini kita makan
ditempat biasanya eoh?”
Hye rae mengeryitkan dahi.
Bingung. “oppa….kita sudah tidak pacaran lagi. Untuk apa oppa mengajak aku kencan?”
“hahhhh….” Jong hyun tertawa
terbahak. “siapa bilang begitu? Soo jung? Kita masih pacaran. Oppa tidak mau kehilanganmu. Oppa
mencintaimu. Hubungan ini tidak boleh
berakhir”
“mwo?” hye rae membelalakkan
matanya. “oppa…. Kita sudah tidak ada hubungan khusus lagi.” Hye rae beranjak
dari tempat duduknya.
Jong hyun segera mengejar. “oppa
mencintaimu. Kenapa kamu tega sekali memutuskan hubungan kita?”
“bohong…” hye rae menghentikan
langkahnya. “oppa….hentikan semua kebohongan ini. Aku tidak suka, sangat tidak
suka”
“oppa tidak pernah berbohong
padamu.oppa sungguh-sungguh mencintaimu. Jangan tinggalkan oppa!”
“tetapi aku tidak mencintai oppa
lagi. Cukup sekali oppa menghianatiku, tidak akan aku beri kesempatan lagi” hye
rae berlalu meninggalkan jong hyun yang masih bingung.
~xXx~
“oppa…apa yang oppa pikirkan?”
soo jung segera ambil tempat duduk disamping jong hyun.
Jong hyun menghela napas.
“minggir!” ia menuju dapur.
“oppa…” soo jung mulai
bermanja-manja pada jong hyun. “oppa kenapa? Kenapa oppa begitu dingin padaku?”
soo jung menggelayuti lengan jong hyun. “oppa”
“aishhh…” jong hyun segera
menarik paksa lengannya. “kamu ini bisa tidak mengangguku sebentar saja? Aku
sedang pusing. Aku butuh ketenangan”
“apa karena hye rae eoh?” soo
jung marah. “apa yang oppa harapkan dari dia? Dia tetap menganggap oppa
kakaknya kan? Ia pasti akan tetap menuruti apa mau oppa. Apa yang membuat oppa
pusing?”
“mollayoe!” jong hyun menatap soo
jung. “aku hanya merasa khawatir padanya. Aku merasa dia bukan hye rae”
Soo jung terkekeh. “sudah jelas
kan? Dia tidak mencintai oppa lagi. Dia
sudah memiliki tae min sekarang. Tentu saja perhatiannya akan berbeda kepada
oppa.” Ia memeluk jong hyun. “sekarang lebih baik kita jalan-jalan. Sudah lama
kita tidak berkencan. Kita tidak perlu bersembunyi lagi dari hye rae kan?”
“benarkah seperti itu?” jong hyun
membalas memeluk soo jung, tetapi pikirannya masih kepada hye rae.
Kemesraan mereka berdua
terintrupsi oleh ponsel jong hyun yang berdering. Jong hyun segera berlari
meninggalkan soo jung yang kesal untuk menjawab telepon.
“yumseo”
“………..”
“ne… kim jong hyun imnida. Ada
apa?”
“………….”
“oh….kantor polisi? Ada apa pak?
Apakah mobilnya sudah ditemukan?”
“…………”
Jong hyun hanya mengangguk
ringan. “ne…gamsahamnida” jong hyun menutup teleponnya.
“ada oppa? Kenapa kantor polisi
menghubungi oppa?” soo jung menghampiri jong hyun.
“mereka bilang melihat mobil hye
rae 3 november jam 8 malam, saat malam hari jadi kami di sekitar sini.” Jong
hyun berpikir sejenak. “apa jangan-jangan dia melihat kita malam itu?”
“baguslah kalau dia lihat. Biar
dia sadar… dasar yoeja phabo” soo jung merebahkan dirinya di sofa. “terus
sekarang mobilnya dimana?”
“polisi belum tahu pasti. Susah
untuk menemukan mobil itu di padatnya lalu lintas seoul. Lagian tidak semuan
jalan memiliki kamera pemantau lalu lintas” jong hyun menjelaskan.
“biarkan saja mobil itu
hilang…dia kan orang kaya. Bisa beli lagi” soo jung cuek.
“bukan begitu chagiya” jong hyun
menarik hidung soo jung. “mobil itu kesayangan hye rae, hadiah terakhir dari
appanya. Bukankah lebih baik bila oppa menemukannya. Ia akan sangat berterima
kasih pada oppa.”
“emmmm…betul juga!” soo jung
menarik manja tangan jong hyun. “oppa…kaja, kita pergi kencan”
“ne!”
~xXx~
Hye rae mantap dirinya didepan
cermin. Ia menghela napas panjang setelah melihat pantulan dirinya didepan
cermin. Sampai kapan orang tidak akan curiga padanya? Sebuah jam pasir di
buffet kecil sebelah tempat tidurnya seolah memperjelas semuanya. Pasir di
bagian atas jam pasir itu lebih sedikit dibandingkan di bagian bawah.
“akankah aku menemukannya? Jika
tidak, berarti ini semua sia-sia?” gumamnya.
“hey…..” jin ri mengagetkan. “apa
yang kamu pikirkan?”
Hye rae berbalik, berhadapan
dengan jin ri dan memeluknya. “gomawo….mianhae selama ini aku selalu
merepotkanmu. Mianhae sempat terbersit untuk meragukanmu. Gomawo atas semua
cinta dan kasih sayang yang kamu berikan padaku. joengmal gomawo….saranghae jin
ri-ah” hye rae menitikkan airmata.
“morago…kamu kenapa?” jin ri
segera melepaskan pelukan hye rae. “kamu kenapa? Ada masalah? Kenapa kamu
berkata seperti itu, seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi?” jin ri mengusap
airmata hye rae. “uljima… hye rae yang aku kenal tidak pernah menangis. Sahabat
baikku tidak selemah ini.”
“ania….obsoyoe!” hye rae segera
tersenyum. “aku hanya sangat merindukanmu. Aku tidak pernah menunjukkan
bagaimana perasaanku padamu. Sekarang aku ingin kamu tahu”
“eyyyy….arayoe. aku tahu semua.
Tidak perlu kamu bilang aku sudah tahu. kamu sahabatku….”
“dan aku sahabatmu….” Hye rae
menyambung.
“dengan senyum kita saling
mengerti” kata mereka berbarengan.
“gomawo!” hye rae memeluk jin ri
lagi.
“ne…nado!” balas memeluk hye rae.
~xXx~
Tae min terlihat sedang melamun
dan tidak mempedulikan dosen yang sedang mengjelaskan panjang lebar. Ia terlalu
asyik dengan secarik kertas dan sebuah pensil dalam genggamannya. Ia sedang
menggambar sketsa wajah seseorang. Beberapa kali ia mencoba mengingat detail
wajah sang model skesta. Ketika ia mengingatnya ia akan tersenyum sendiri.
Tanpa ia sadari, sang dosen sudah
melenggang pergi dan mengakhiri kuliahnya. Tae min segera membereskan
barang-barangnya dan berlari keluar.
“hyung……!” panggil seseorang
“weo..jong in-ah?” dengan malas
tae min menghentikan langkahnya dan berbalik ke orang yang memanggilnya.
“hyung mau kemana? Buru-buru
sekali?”
Tae min melihat jam tangan yang
melingkar dipergelangan tanga kirinya. “aku ada janji…lagian aku sudah kosong!”
“apa itu?” jong in merebut kertas
yang pegang tae min. “ooooh…yeppodae!
Yoejachingu hyung?”
“ania…” tae min segera
merebutnya. “belum… dan mungkin tidak akan”
“weo?”
“karena ia mencintai orang lain”
tae min segera memasukkan kertas it ke dalam tasnya. “lagian kami baru mengenal
satu sama lain hanya 12 hari. Tidak
lebih…bagaimana mungkin aku menyukainya dan sebaliknya”
Jong in menggeleng. “hyung ini
polos sekali. Lalu hyung sebut apa perasaan hyung sekarang padanya? Hyung
selalu senang dan ingin terus bersamanya kan?”
“ne” tae min mengangguk.
“sudah jelas kan?”
“otthoke?”
“hyung pernah dengar love at
first sight ?” jong in membara.
“ne…weo?”
“itu yang hyung alami sekarang.
Dan masalah perasaannya, hyung tidak akan tahu sebelum bertanya. Jangan takut!
Katakan padanya semuanya sebelum terlambat. Jika ia cinta sejati hyung, maka ia
akan menjadi milik hyung. Jangan takut ditolak” jong in memegang pundak tae
min. memberi semangat. “hwaiting hyung… aku yakin ia akan menerima cinta hyung”
“emmmm….akan aku pikirkan
kata-katamu”
Jong in memasang wajah mengejek.
“eyyy….hyung ini! Aku pergi…etabayoe! Hwaiting!”
~xXx~
“tumben kamu mengajakku keluar”
kata hye rae memecah keheningan antara mereka berdua.
Tae min menatap hye rae ragu.
“emmm… tidak suka eoh?”
“ania…noemu joahe!” tersenyum
lepas. “aku senang kamu mengajakku. aku hampir mati bosan dirumah. Jin ri sibuk
kuliah”
“lalu…kamu tidak kuliah?”
Hye rae geleng-geleng kepala.
“aku tidak enak badan! Jadi aku meminta izin untuk tidak masuk.”
“chinca?” tae min menaruh
punggung tangannya di dahi hye rae. “kamu dingin sekali. Sebaiknya kita
pulang!”
“andwae…kwaenchana.” Hye rae
menarik tangan tae min kemudian mengenggamnya. “aku akan baikan kalau kamu
menggenggam tanganku”
“tetapi….”
“jangan khawatir…kwaenchana.” Hye
rae menatap langit malam yang tanpa bintang. “aku rasa salju akan turun malam
ini. Tidak banyak, tetapi akan terlihat sangat indah. Aku ingin melihatnya
bersamamu. Jadi jangan paksa aku pulang, eoh?”
“arasoe…aku akan menuruti
kemauanmu” tae min memasukkan tangannya dan tangaan hye rae ke dalam kantung
mantelnya. “merasa hangat?”
Hye rae mengangguk mengiyakan.
Tae min memantapkan dirinya untuk mengatakan semuanya malam ini. Ia berharap
hye rae memberikan jawaban yang baik.
~xXx~
Jong hyun tidak sabar menunggu di
kantor polisi. 30 menit yang lalu ia dipanggil oleh pihak kantor polisi. Ada
info terbaru tentang keberadaan mobil hye rae. Polisi memanggilnya untuk
memastikan bahwa itu adalah mobil hye rae.
“tuan kim!” panggil polisi.
“ne..” menghampiri polisi.
“kami mendapatkan rekaman ini
dari kantor polisi di daerah Choengsong.
Apakah benar ini mobilnya?” menunjukkan foto sebuah mobil.
Jong hyun mengamati dengan baik.
“ne….ini mobilnya pak”
“dugaan sementara kami, mobil ini
mengarah ke daerah Ijeon-ni. Kami mendapatkan kesulitan disini, karena
kebetulan malam itu kamera pemantau lalu lintasnya sedang dalam proses
perbaikan. Tetapi kami akan tetap berusaha menemukannya”
“ne…gomapsumnida” jong hyun
memberi hormat.
“ne....mohon bersabar”
Jong hyun keluar dari kantor
polisi. Ia memikirkan, bagaimana mobil hye rae bisa berada sejauh itu? apakah
hye rae yang mengemudikannya? Tetapi kenapa ia tidak ingat? Apakah hye rae
melihat semuanya malam itu? jelas-jelas ia menemukan bingkisan didepan
apartementnya. Polisi juga bilang hye rae ada disekitar apartementnya sekitar
jam 8, tepat saat soo jung ada di apartementnya. Jong hyun berpikir keras.
~xXx~
Tae min dan hye rae duduk berdua
menikmati pemandangan di Oerini Dae Gung Won. Tidak banyak orang disana karena
cuaca yang cukup dingin dimalam hari. Hye rae meraih tangan kanan tae min dan
menggenggamnya dengan kedua tanganya. Kemudian ia memejamkan mata. Tae min
hanya memandang heran, apa yang sedang dilakukan hye rae.
“apa yang kamu lakukan?” tanya
tae min setelah hye rae membuka matanya.
“aku berdoa” hye rae tersenyum
kecil.
“berdoa?”
Hye rae mengangguk. “berdoa agar
kamu tetap disisiku. Jin ri mengajarkanya padaku. katanya, saat hanya
ada sebuah bintang dilangit genggam tangan seseorang yang kamu inginkan
dekat denganmu. Kemudian pejamkan mata. Dan berdoalah, memohon pada bintang itu
untuk membuatnya selalu mengingatmu dan selalu berada disisimu selamanya.”
“mwo?” tae min masih bingung.
“lihat…” hye rae menunjuk sebuah
bintang yang berkelap-kelip sendiri dilangit. “hanya ada satu bintang kan? Aku
harap ia mengabulkan doaku” hye rae masih menatap langit.
Tae min tidak melihat ke arah
langit, tetapi ke wajah hye rae. Ia melihat sebutir airmata disudut mata hye
rae. “hye rae-a” panggil tae min.
“nde?” hye rae menolehke arah tae
min.
Dengan tangan kirinya yang masih
bebas tae min meraih wajah hye rae. Kemudian bibirnya menyentuh bibir hye rae.
Ia mencium hye rae dengan lembut. Hye rae memejamkan matanya dan membalas
ciuman tae min. sebutir airmata yang ada diujung mata hye rae telah berpindah
ke pipinya.
Tae min melepaskan ciumanya
perlahan. Menebak-nebak bagaimana reaksi hye rae. Ia melihat tetesan airmata
mengalir di pipi hye rae. Tae min segera merasa bersalah. Hye rae belum membuka
matanya.
“oh….mianhae” katanya terbata.
Hye rae membuka matanya. “weo?
Kenapa kamu meminta maaf?”
“aku sudah lancang…” tae min
tidak berani menatap hye rae. “mianhae
membuatmu menangis”
Hye rae tertawa kecil. “airmata
ini?” ia mengusap airmatanya. “ini airmata bahagia….kamu tidak bisa
membedakannya?”
“nde?” tae min segera menatap hye
rae.
“tidak ada yang ingin kamu
katakan selain maaf?” tanya hye rae ragu.
Tae min tersenyum. “saranghae…
hya rae-a. joengmal saranghae!”
“emmmmm….” Hye rae pura-pura
berpikir. “kamu tanpa permisi mencuri ciuman pertamaku. Apa harus aku maafkan?”
“nde?” tae min kaget.
“hehehe….saranghae lee tae min”
memeluk tae min. “kenapa kamu baru muncul sekarang?”
“nde?”
“ania…obsoyoe. Saranghae!”
~xXx~
Minggu siang yang cukup hangat,
tepat 3 hari sejak tae min menyatakan cintanya. Hye rae sedang bermanja ria
dengan tae min. mereka berdua sedang berada di balkon apartement hye rae. Hye
rae dalam posisi tidur dengan berbantalkan kaki tae min. tae min sedang senang
menggodanya dengan membiarkan hye rae silau oleh sinar matahari.
“eeyyy…sialau tahu. naungi yang
benar dong” hye rae menarik tangan tae min dan memaksanya untuk menghalangi
sinar matahari yang menyilaukan matanya. “ayolah…yang serius”
“baiklah tuan putri….” Tae min
akhirnya mengalah.
“chagiya…. Apa kamu benar-benar mencintaiku?
Kamu tidak membohongiku kan?” tanya hye rae.
“apa aku terlihat seperti penipu?
Noemu saranghae….aku sungguh-sungguh. Aku rasa kita ditakdirkan bertemu oleh
tuhan dengan bantuan dompetmu itu. jadi berterima kasihlah”
“pada dompetku?” tanya hye rae
polos
Tae min terkekeh. “pada
tuhan…kenapa malah pada dompetmu?”
“kan karena dompetku kita bertemu
lagi. Sebenarnya kita harus berterima kasih pada orang yang menabrakku di toko
itu. gara-gara dia aku hampir terjatuh, terus jadinya dompetku ada pada
dirimu.”
“terus kita harus mencari orang
itu?”
“ne…” hye rae tertawa.
Tae min yang kesal menggeletiki
hye rae. Hye rae menggeliat-liat kegelian. Ia tidak mau kalah dan balas menggeletiki
tae min. akhirnya terjadilah perang saling menggelitiki di sana. Hye rae
berlari kesana kemari untuk menghindari tae min.
“chagiya…andwae! Aku capek!” hye
rae menyerah dan terduduk dilantai. “aku menyerah!”
Tae min menghampiri. “kalau
begitu harus ada hukumannya”
“mwo?” hye rae ngos-ngosan.
“dahinya akan kena sentil” tae
min sudah memasang ancang-ancang.
“shiroe…noemu appo! Shiroe…” hye
rae segera bangun dan mengambil bantal sofa hendak melempar tae min.
“jadi sekarang perang bantal?”
tae min mengambil bantal sofa juga.
#deg….deg…deg…# tatapan hye rae
berkunang. Semuanya berubah gelap. Ia pun tumbang. Tae min yang panik segera menghampiri hye rae
yang sudah jatuh pingsan di lantai.
~xXx~
Hye rae mulai membuka matanya.
Sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggil namanya. Perlahan ia mencoba
menyeimbangkan penglihatan dan semua indranya. Seseorang menggenggam tangannya
erat. Sekali lagi ia memejamkan mata sejenak, kemudian membukanya. Ia masih
berada dikamarnya.
“jin ri-a… tae min-a?” panggilnya.
Jin ri menangis dan langsung
memeluk hye rae. “hye rae-a… kamu membuatku khawatir saja!” melepaskan
pelukannya.
“yakkk…dasar cengeng” hye rae
mencoba bangun. Tae min membantu. “kalian tidak memanggil dokter kan?”
Tae min dan jin ri menggeleng
hampir berbarengan.
“baguslah…” tambah hye rae dan
tersenyum.
“bagus apanya?” jin ri mulai
mengomel. “tadi tae min meneleponku untuk segera kesini tanpa memberi tahu
alasannya. Ketiak sampai sini, ia melarangku menghubungi dokter karena kamu membencinya.
Kenapa kamu benci dokter sekarang? Padahal sebelumnya tidak”
“dokter itu tidak menyembuhkan
penyakit, mereka itu malah memperparah” hye rae tertawa. “kamu tahu sendiri,
aku mulai membenci dokter sejak appa kena serangan jantung. Sejak divonis
penyakit jantung, appa bukannya sembuh malah tambah parah. Aku benci dokter”
Tae min dan jin ri saling
menatap. “ne…tuan putri” jawab mereka hampir berbarengan.
“bisakah kalian meninggalkanku
sendiri? Aku ingin istirahat. Aku mohon, oeh?”
“tetapi…” tae min hendak
membantah
“jebal” hye rae menatap tae min
dan jin ri, memohon.
“arasoe!” jin ri menarik tae min.
“biarkan dia istirahat”
Tae min terlihat tidak rela untuk
pergi. “telepon aku kalau ada apa-apa!!!”
“ne” jawab hye rae singkat.
~xXx~
“ne…pak! Gomapsumnida” jong hyun
menutup telepon.
“kantor polisi lagi? Otthe?”
tanya soo jung sambil memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.
“katanya ada yang melihat mobil
hye rae didaerah Ijeon-ni dekat Taman Nasional Juwangsan.”
“lalu?”
“pengemudi mobil itu terlihat
seperti sedang mabuk. Ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi dan
tidak terkontrol. Saksi juga bilang mobil itu seperti mengarah ke dalam Taman
Nasional Juwangsan” tutur jong hyun panjang lebar.
Soo jung menghentikan aktivitas makannya.
“orang yang mencuri mobil itu niat bunuh diri?”
“mollayoe…banyak yang mengganjal
di pikiranku. Besok akan dilakukan pencarian di danau Jusanji. Polisi menduga
pengemudi sedang mabuk dan akhirnya tercebur ke danau”
“wahhh….pasti meninggal dong?”
“ne…sudah pasti!” jong hyun
terdiam. “aku punya firasat buruk” katanya dalam hati.
~xXx~
Esok harinya dilakukan pencarian
oleh pihak kepolisian di danau Jusanji. Kendala yang sangat mengahalangi proses
pencarian adalah air danau yang sangat dingin di musim ini. Penyelam tidak
berani terlalu dalam, mereka juga sedikit mengharapkan matahari bersinar terang
siang ini.
Hampir 5 jam mereka mencari,
hasil yang didapat tidak terlalu memuaskan. Tetapi cukup memberi jawaban kemana
mobil hye rae hilang. Mobil hye rae ditemukan tenggelam di dasar sungai.
Pengangkatan bangkai mobil akan dilakukan besok siang, saat cuaca memungkinkan.
Polisi belum bisa memastikan nasib pengemudi yang membawa mobil hye rae.
Tae min dengan serius
memperhatikan berita yang baru saja tayang. “chagiya… bukankah itu jong hyun?”
katanya.
“mwo?” teriak hye rae dari dapur.
“pallie…..kesini! kenapa ada jong
hyun di televisi?”
Hye rae berlari kecil. “chinca?”
hye rae langsung terkejut ketika melihat judul berita.
“benar itu dia kan?” tae min
menunggu jawaban hye rae. “chagiya….benar kan?” belum ada jawaban. Tae min
menoleh ke arah hye rae. “chagiya?”
“oh…..ne! sedang apa jong hyun
oppa disana?” telepon rumah berbunyi. “biar aku yang angkat”
“baiklah!” tae min kembali
bermain dengan remote televisi.
“yumseo?”
“hye rae-a!” kata orang
diseberang. “aku menemukan mobilmu. Tetapi sayang ada didasar danau. Kamu sudah
melihat beritanya kan?”
“ne” kata hye rae ragu. “besok
kita akan tahu siapa pencurinya. Tapi sayang jika ia ikut terjatuh ke danau, ia
dipastikan meninggal dunia” tambah jong hyun.
“oppa… aku sedang memasak. Nanti
gosong…kita lanjutkan lain kali ya?”
“arasoe…. Aku akan mengabarimu
besok” sambungan telepon terputus.
“siapa menelepon? Jong hyun?”
tanya tae min.
“ne!” jawab hye rae terbata. “aku
lanjutkan memasak”
“ne”
~xXx~
Sayang sekali hari ini jong hyun
tidak bisa mengikuti proses pengangkatan bangkai mobil hye rae di danau
Jusanji. Tetapi ia dikejutkan oleh laporan polisi kepadanya sore ini. Berita
itu sangat mengejutkan baginya. Memang belum pasti, tetapi ia tahu jawabannya.
Jong hyun mencoba menelepon hye
rae, baik ponsel maupun telepon rumahnya. Tetapi tidak ada yang menjawab. Ia
harus segera ke apartement hye rae. Sebelumnya ia menghubungi jin ri untuk
bertemu di apartement hye rae. Cukup lama ia berdebat dengan jin ri yang sudah terlanjur
membencinya. Namun akhirnya jin ri
mengiyakan.
Di apartement hye rae…..
“hye rae-a…” panggil jin ri. “hye
rae-a…odiseo?” ia menemukan ponsel hye rae tergeletak begitu saja dimeja. “ia
meninggalkan ponselnya”
“kemana dia?” jong hyun khawatir.
“sebenarnya ada apa?” tanya jin
ri
#tluittt# seseorang membuka
pintu. Reflex jin ri dan jong hyun melihat ke arah pintu. Tae min nongol, dan mengecewakan jong hyun dan
jin ri.
“kalian? Hye rae mana?” tanya tae
min santai.
“kami kira kamu tahu” jawab jin
ri ketus.
Jong hyun melihat ke arah jam
dinding besar yang menempel didinding, tepat diatas televisi. “jam 5?” ia
mencari remote televisi.
“kenapa malah menonton televisi?
Hye rae dimana?” jin ri kesal.
Tae min menatap sana sini meminta
penjelasan. “ada apa ini? Kenapa kalian mencari hye rae?”
Setelah menyalakan televisi, jong
hyun segera mengganti chanel. Sebuah acara berita berlangsung di chanel
tersebut. Acara berita itu sedang menyiarkan berita tentang penemuan bangkai
mobil di danau jusanji. Jin ri dan tae min langsung serius menonton, karena
mereka juga penasaran oleh berita ini sejak kemarin. Apa lagi mobil yang
ditemukan adalah milik hye rae.
5 menit kemudian, berita tersebut
mulai mengungkap semuanya. Mobil itu telah terangkat dari sungai. Dan ada
seorang pengemudi disana, pengemudi yoeja.
#bukkkkk# jin ri terduduk, ia
menangis menjadi. Jong hyun juga begitu, ternyata dugaannya benar. Tae min
masih berdiri terpaku. Airmata mulai mengalir dipipinya. Ia segera berlari
untuk mencari hye rae.
~xXx~
Hye rae memilih duduk di sebuah
bangku taman yang tidak jauh dari apartementnya. Ia tidak menggunakan mantel
atau sejenisnya untuk menghalangi angin menusuk tulangnya. Suasananya sangat
sepi, hening. Tidak ada satupun orang terlihat ditaman itu. ia hanya sendiri.
Langit terlihat kemerahan.
Matahari siap untuk kembali ke peraduannya. Dan bulan sudah terlihat bersiap
menggantikan matahari untuk menerangi malam di seoul. Hye rae memejamkan
matanya. Airmata memaksa keluar melewati kelopak matanya.
Dalam hati ia berkata. “gomawo
jin ri-a….joengmal gomawo tae min-a. mianhae aku membohongi kalian. Mianhae aku
mengikari janji untuk selalu ada disisi kalian. Aku sangat jahat pada kalian.
Mianhae….” Dengan susah payah hye rae berusaha menggerakkan lidahnya yang kelu.
“saranghae!” ia masih memejamkan matanya.
“apa yang kamu lakukan disini?”
suara namja yang sedang berusaha mengatur napasnya mengagetkan
Hye rae membuka matanya. “tae
min-a?”
“kenapa kamu pergi tanpa
permisi?” tae min tidak bisa menahan airmatanya. “kenapa kamu meninggalkan aku?
Bukankah kamu berjanji akan selalu disisiku?”
Hye rae menunduk. Menangis. Ia
tidak sanggung menatap tae min.
“sahabat macam apa kamu? Tidak
tahukah kamu jin ri dengan sabar menunggumu?” tae min meraih pundak hye rae dan
menyuruhnya berdiri. “kenapa kamu berbohong padaku? bukankah kamu membenci
kebohongan?”
“aku….” Hye rae terdiam lagi.
“aku sangat mencintaimu” tae min
memeluk hye rae. “bagaimana pun kondisimu aku akan tetap mencintaimu. Aku mohon
jangan pergi.”
“mianhae….joelmal mianhae!” hye
rae menangis dalam pelukan tae min.
Tae min segera melepaskan pelukan
hye rae. Ia memegang dagu hye rae, kemudian menciumnya lembut. “saranghae”
kembali memeluk hye rae.
Langit mulai gelap,butir-butir
salju mulai turun. Tae min tidak bisa merasakan hye rae dalam pelukannya. Hye
rae mulai memudar, menghilang. Ia hanya berwujud sebuah bayangan, tembus
pandang.
“mianhae…tae min! gomawo sudah
mau mencintaiku. Aku senang akhirnya aku bisa menemukan cinta sejatiku.
Sampaikan maafku pada jin ri. Ia pasti akan sangat kesal dan sedih. Tolong
katakan padanya jangan menangisiku, aku tidak akan bisa tenang. Sekali lagi gomawo…
cintaku yang tiada akhir” hye rae lenyap.
Tae min menangis menjadi. Kenapa
ia harus kehilangan hye rae orang yang ia cintai? Kenapa ia tidak memanfaatkan
waktu yang tersisa untuk terus bersama hye rae?
~xXx~
Epilog
Hye rae semakin mempererat genggamanya
pada stir mobil. Ia menginjak gas mobil semakin dalam. Jarum speedometer mobil menunjuk angka 100 dan semakin naik.
Hye rae mengebut dijalanan yang memang cukup sepi. Ia tuangkan semua amarahnya
pada pedal gas yang berada di bawah kakinya.
#jedarrrr…duarrr..chiiiiiiiiiiit#
mobil hye rae tidak terkontrol. Beberapa detik kemudian semaunya beruabah
gelap.
~xXx~
Hye rae menggeliat, ia merasa
silau ketika membuka matanya. Butuh beberapa detik untuknya menyesuaikan
matanya dengan keadaan sekitar. Semua yang ada disekitarnya adalah putih dan
hampa. Hanya ada bangku taman berwarna putih, lengkap dengan lampu taman
disebelahnya. Selebihnya hampa, tidak ada apa-apa. hye rae memperhatikan
dirinya, ia juga menggunakan dress simple diatas lutut berwarna putih.
Ia mencoba mengingat apa yang
telah terjadi padanya, dan dimanakah ia berada sekarang? Terbayang dibenaknya
kejadian yang ia temukan di apartement jong hyun. Ia mulia menangis, kesal dan
marah.
“uljima…” seseorang mengagetkan.
Hye rae mencoba mengatur napas.
“siapa kamu?” ia melihat seorang namja berjas dan bercelana putih, semuanya
serba putih.
“aku?” namja itu berpikir
sejenak. “biasanya aku disebut angel, tetapi panggil aku leeteuk saja” ia
tersenyum manis.
“dimana ini?”
“ini namanya dunia transisi
antara dunia nyata dan akhirat” jawabnya santai.
“berarti?” hye rae ragu menebak.
“aku sudah meninggal?”
“tentu saja” ia duduk disebelah
hye rae. “tetapi aku disini untuk memberikanmu suatu penawaran”
“mwo?”
“kamu memang sudah ditakdirkan
untuk meninggal hari ini. Tetapi ada permintaan dari dua orang kepadaku. kata
mereka, aku harus memberimu kesempatan untuk bertemu cinta sejatimu”
“appa dan oemma?” Hye rae menatap
bingung. “cinta sejati? Jong hyun oppa? Shiroe….ia telah menghianatiku. Ia
membohongiku”
“bukan dia… tetapi namja yang
membantumu saat di toko itu. kamu ingat?”
“dia?”
Leeteuk mengangguk mengiyakan.
“kamu hanya punya waktu 21 hari. Setelah itu semuanya akan menghilang. Kamu
akan menghilang.”
“hanya 21 hari? Lalu wujudku
hantu?”
“ania….kamu akan menjadi hye rae
yang asli. Tepat 21 hari lagi jasadmu akan ditemukan. Jika itu terjadi,
semuanya akan terbongkar dan kamu harus kembali ke sini.”
Hye rae menghela napas. “aku
tidak yakin ada cinta sejatiku. Tetapi aku akan mencoba. Aku harus
menyelesaikan urusanku dengan jong hyun
oppa. Dan aku harus mengucapkan perpisahan dengan jin ri”
“kamu yakin?”
“ne…yakin” hye rae mantap.
“tetapi kamu harus tanggung
resikonya sendiri”
“mwo?” hye rae antusias.
“perpisahan yang menyakitkan….
Baiklah, selamat berjuang. Appa dan oemmamu berharap terbaik untukmu”
“gomawo!” hye rae menghilang.
Epilog END
T.T…mianhae, author
lagu galau. Jadi doyan buat yang sad ending.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar