Title: THE THIRD CHANCE
ch.2
Author:
Choi Ye Joon/ Yunn Wahyunee (www.facebook.com/Yunn.Yunee)
Main
Casts: Choi Yoon Ni (Imaginated character)
Park Chan Yoel (EXO-K)
Kris
(EXO-M)
Suport
Casts: Kim Jong In/ KAI (EXO-K)
Oh Sehun (EXO-K)
Do Kyung Soo/ DO (EXO-K)
Kim
Jun Myeon/ Suho (EXO-K) etc.
Genre:
semi romance (?), Friendship
Length:
Chaptered
Rating:
General
Choi
Yoon Ni POV
Aku, kris oppa, hye sun, dan Jun
Myeong Sunbae berencana untuk menonton film bersama di bioskop sore ini setelah
pulang sekolah. Ini pertama kalinya aku menonton film di bioskop dengan kris
oppa. Aku sangat bahagia. Walaupun tidak berdua saja, aku cukup senang. Setiap
aku senang, aku ingin sekali segera memberi tahu Chan Yoel. Ia selalu
mendengarkan ceritaku, apapun bentuknya. Ia memang sahabatku.
“kaja…kita harus cepat, sebelum
tiketnya habis!” kata Jun Myeon sunbae.
Hye sun memelototinya. “kenapa kamu
tidak membeli tiketnya kemaren?”
“ bisakah kamu memanggilku oppa? Kalo kris
kamu panggil oppa.” Ia tampak kesal. “ kamu juga Yoon Ni-ah…ganti sunbae itu
dengan oppa.”
Aku tertawa. “mianhae…hanya saja sulit
untuk menyebutkannya.”
“sudahlah Jun Myeon-ah… Yoon Ni memang
begini orangnya. Aku saja terkadang masih dipanggil sunbae! Bersabarlah…”
“arassoe…kaja!” Jung MYoon menarik
tangan hye sun.
$$$
Kris oppa meraih tanganku kemudian
menaruhnya di pinggangnya. Motor yang kami kendarai melaju dengan pelan. Aku
tidak menyangka kalau kris oppa akan melakukan hal itu. Menyuruh aku berpegangan
erat pada pinggangnya. Aku sama sekali tidak mengharapkannya. Pipiku terasa
panas karena malu. Tetapi tentu saja ia tidak akan tahu. Aku mencoba untuk
mengendalikan perasaanku, jangan sampai aku terlihat memalukan karena
senangnya.
Hye sun tadi sudah merengek ingin
diboncengi kris oppa dan menyuruhku bersama Jun Myeon sunbae. Tanpa ia mintapun
aku akan melakukannya. Aku tidak punya keberanian untuk terus bersama kris oppa
sepanjang perjalanan ke bioskop. Namun kris oppa malah meraih tanganku dan
ingin memboncengiku. Aku jadi salah tingkah dan mencoba menolak, tetapi ia
tetap bersikeras. Aku senang, tetapi apakah hye sun akan baik-baik saja? Ia
memang terlihat tidak marah kepadaku, hanya ia kesal jika harus diboncengi Jun
Myeon sunbae.
Kenapa hye sun sangat risih bila
bersama Jun Myeon sunbae? Dia orangnya baik dan ganteng. Menurutku dia manis,
tidak kalah ganteng dengan kris oppa. Hye sun dan Jun Myeon sunbae akan jadi
pasangan yang serasi. Walaupun memang Jun Myeon sunbae terkadang bingung harus
melakukan apa, bisa dibilang ia sedikit lamban dalam berpikir atau bahasanya
telat mikir. Mungkin karena grogi? Aku tidak tahu dan tidak mau sok tahu.
Jun Myeon sunbae sedang mengantri
membeli tiket. Kebetulan pada jam segini antriannya tidak panjang. Sedangkan
kris oppa sedang membeli beberapa popcorn dan minuman. Aku dan hye sun hanya
menunggu mereka dan melihat dari jauh.
“Yoon Ni-ah…otthe?” hye sun berbicara
sedikit berbisik.
“mwo? Aku tidak mengerti” kataku lugu.
Ia menepuk pundakku. “bagaimana
rasanya diboncengi kris oppa? Asyikah? Kalian ngombrolin apa saja?”
“morago?” aku mencoba mengabaikan
pertanyaannya.
“ayolah…cerita!” ia semakin penasaran.
“rasanya biasa saja. Sama seperti kalo
aku diboncengi chan yoel” aku mencoba membandingkan. “tinggi mereka sama, hanya
memang sih…punggung kris oppa lebih bidang.”
Hye sun mencolek-colekku sambil
tersenyum. “cie…cie! Kalian ngobrolin apa saja?”
“tidak ada! Kami hanya diam. Dia kan
harus konsentrasi pada jalan.”
“ya…phabonikha? Masak kalian cuma
diam?”
Aku mencoba mengingat.”memang
sih…terkadang ia menanyaiku sesuatu. Cuma itu saja”
Hye sun memukulku. “chinca…noemu
phabo! Terus kalo sama chan yoel kamu ngapain?”
“kalo sama chan yoel sih…kami tidak
henti-hentinya mengobrol. Pernah waktu kita mau pergi ke kebun binatang, karena
asyik ngobrol ia tidak sadar kalo….” Hye sun memukulku.
“Phabo….”
Aku mengelus-elus tanganku yang kena
pukul. “weo? Apa aku salah?”
“eh…kamu sebenarnya suka siapa sih? Kris
oppa apa chan yoel?”
“morago? Chan yoel adalah sahabatku,
teman baikku. Temanmu juga kan? Dan kris oppa….”
Hye sun menunggu jawabanku. “kris oppa
apa?”
Aku tersenyum. “dia teman kita juga
kan?”
“ weo? Kalian menyebut namaku?” kris
oppa datang dengan 2 porsi besar popcorn.
“anio…aniyeyo” kataku malu-malu
Hye sun celingukan.”minumnya mana?”
“ini..” Jun Myeon sunbae datang dengan
4 gelas pepsi. “ayo masuk..sebentar lagi filmnya dimulai”
$$$
KRIS
POV
Sampai saat ini ia belum menyadari
betapa aku menginginkannya. Betapa aku ingin selalu berada di dekatnya dan
melihat ia terus tertawa. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan tentangku
sekarang. Mengapa aku sama sekali tidak bisa mengerti apa yang ia mau? Apakah
ia tidak menyukaiku? Apa ia memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak?
Ia terlihat sangat asyik menonton film
horror yang kami tonton di bioskop sekarang. Beberapa kali ia akan menutup
wajahnya ketika sang hantu muncul dan mulai menakut-menakuti. Ia sama sekali
tidak berteriak seperti gadis lain yang juga sedang menonton saat itu. Anehnya
aku, yang aku tonton bukanlah filmnya tetapi ia.
Aku memasukkan tanganku ke dalam
tempat popcorn yang cukup besar. Tanganku bertemu dengan tangannya. Ia hanya
meminta maaf dan kembali berkonsentrasi menonton. Apa ia tidak menyadari kalau
aku selalu melihat ke arahnya? Sempat terbersit harapan kalau ia akan berteriak
dan merangkulku untuk bersembunyi dari
hantu yang menyeramkan itu. Namun ia bukan tipe gadis yang seperti itu, ia
hanya akan tertawa dan sesekali bilang kalau ia sangat terkejut.
Kritikan akan adegan yang menurutnya
tidak realistis kerap kali ia utarakan. Aku hanya bisa mengiyakan karena aku
sama sekali tidak menonton film itu. Waktu benar-benar berjalan dengan pelan,
seolah-olah memenuhi permintaanku. Aku ingin sekali mengutarakan isi hatiku,
tetapi aku belum menemukan waktu yang
tepat. Mungkin suatu saat. Yang bisa aku lakuakn sekarang adalah membuat di
menebak sendiri isi hatiku.
$$$
Choi
Yoon Ni POV
“Chinca?” chan yoel terdengar tidak
percaya dengan apa yang aku ceritakan.
Aku cemberut.”kerroem….ndo
anmidoeyoyeo?tappenum…aku serius. Aku tidak berbohong, aku benar-benar pergi
dengan kris oppa menonton film kemaren”
“ne…ne…na midoeyoyeo! Kalo kamu suka
padanya kenapa tidak bilang saja? Mungkin ia juga suka padamu!”
Aku sedikit menimbang-nimbang. “aku
tidak yakin. Aku tidak mau nanti kecewa… kamu tahu kan? Dia begitu sempurna.
Mana mau di sama aku? Na yepposoe ania”
“ne…ndo yepposoe ania. Mana cocok orang
ganteng kayak dia sama kamu yang jelek.”
“yakkk…maksudnya apa? Tadi
menyemangati, sekarang malah menghina? Sahabat macam apa kamu?”
“emmm…aku rasa ia memang suka padamu…aku yakin” nada suaranya
terdengar aneh bagiku. “tinggal kita tunggu saja kapan ia akan menyatakannya”
Aku masih tidak mengerti. Chan yoel
terdengar aneh saat mengatakannya. “semoga… kunde, sebenarnya dia sudah
mengatakannya. Dia menyukaiku karena aku adalah dongsaengnya. Katanya aku
mengingatkannya dengan dongsaengnya di China. Aku rasa itu alasan yang labih
realistis. Kaechi?” aku mencoba tersenyum.
Chan yoel mengacak-acak rambutku.
“sudahlah si jelek…jangan cemberut gitu, nanti tambah jelek.”
“udah deh….enggak perlu diulang deh!”
aku menendang kakinya dan kembali menyiram bunga-bunga kecilku
“nanti malam keluar yuk? Kita
jalan-jalan”
Aku langsung menoleh ke arahnya. “kamu
yang traktir ya? Aku kan sudah neraktir kemaren?”
“arrasoe…”
“gomawo…yoebo”
“ne..yoebo! sini aku
bantuin…aquariummu sudah dibersihkan belum?”
Aku menggelengkan kepala dan dia masuk
kedalam rumah untuk mengambil aquariumku. Aku dan chan yoel telah sangat dekat.
Aku merasa kalau aku pernah bertemu dan berteman dengannya sebelumnya. Mungkin
kami merupakan renkarnasi dari seseorang yang juga sangat bersahabat dulu.
Pemikiran yang gila dan bisa saja terjadi. Drama-drama romantic yang pernah aku
tonton selalu berkata seperti itu.
$$$
Aku tidak henti-hentinya mondar-mandir
di ruang rias yang memang di sediakan bagi peserta. Hari ini adalah hari paling
penting dalam hidupku. Aku harus mengerahkan semua tenaga dan semangatku untuk
hari ini. Ini adalah kontes balet pertamaku setelah aku masuk SMA dan pindah ke
seoul. Aku sangat gugup, ini adalah kesempatan besarku. Aku tidak boleh
menyianyiakannya kesempatan ini. Kalau aku menang, mungkin aku berkesempatan
untuk terus mengembangkan bakatku.
Hye sun sudah dari tadi menemaniku. ia
bisa pusing terus melihatku mondar-madir tidak karuan. Semuanya telah ia
lakukan untuk menenangkanku. Satu hal lagi yang membuat aku gugup, ibu dan ayah
akan datang untuk menonton. Namun saat ini belum ada kabar kalau mereka akan
jadi datang atau tidak. Chan yoel juga belum datang, padahal aku sangat mengharapkanya.
Mungkin ia bisa membuat aku lebih tenang.
Dandananku hampir saja berantakan
lagi. Hye sun selalu memarahiku jika aku mengacaukan karyanya. Gaun balet
berwarna biru shapire melekat di badanku, dengan stoking jaring-jaring aneh yang diberikan hye sun
padaku. Rambutku yang tidak cukup panjang ini diikat bulat ke belakang. Dengan
bantuan hairspray, rambutku yang memang susah diatur ini bisa tetap
diposisinya. Bibi memberiku pita cantik berwarna putih sebagai hiasan
dirambutku.
Jepretan kamera membuat aku semakin
gugup. Beberapa wartawan terus saja mewawancarai beberapa peserta termasuk aku.
Jempretan kamera hye sun dan bibi tidak mau kalah mengambil gambarku. Mereka
selalu bilang aku sangat mirip boneka. Menyebalkan, sungguh menyebalkan.
Ayah, ibu dan chan yoel belum terlihat
sama sekali hingga giliranku tiba. Apa mereka lupa? Padahal aku sudah
mengingatkan mereka dari satu hari yang lalu. Aku tetap berkonsentrasi dan
berpikir positif. Mereka pasti datang dan menonton. Di tengah pertunjukanku,
aku sempat melihat kris oppa datang. Aku cukup senang dan hal itu memberiku
semangat.
$$$
KRIS
POV
Ia terlihat begitu sempurna hari ini.
Aku sudah menanti cukup lama. Hari ini aku akan menyatakan perasaanku padanya.
Aku rasa inilah waktu yang paling tepat, aku tidak akan menyianyiakannya. Aku
berjalan menuju belakang panggung untuk menemuinya. Aku akan membuat kejuatan
buatnya. Sebuah hadiah kecil juga telah aku persiapkan.
Disebuah ruangan yang dipintunya
bertuliskan nama ‘Choi Yoon Ni’ adalah tujuanku. Aku hendak mengetuk pintu,
tetapi bibi dan paman Yoon Ni terlebih dahulu membukanya. Mereka berdua keluar
meninggalkan hye sun dan Yoon Ni disana.
“annyeong…otthe?” tanyaku gugup pada
hye sun
Ia tersenyum. “ berhasil dengan
sempurna. Tapi sayang ayah dan ibu Yoon Ni tidak bisa datang.”
“oh… apa kamu merasa gugup Yoon
Ni-ah?”
“ne?” suara Yoon Ni terdengar
bergetar.
“oppa… aku akan keluar sebentar.
Temani Yoon Ni ya? Aku akan menghubungimu kalo pengumuman pemenangya sudah
keluar.” Hye sun pergi meninggalkan aku dan Yoon Ni berdua.
Aku menghampiri Yoon Ni yang terduduk
di kursi tepat didepan meja rias. “kwaenchana? Kamu tampil dengan bagus kok…aku
sangat menikmatinya. Yeppoeyoe!”
“nde?” suara Yoon Ni semakin bergetar.
Aku lupa memberikannya bunga yang aku
bawa. “ini…soenmeul!”
“gomawo..” ia menerima bunga itu dan
menghirup aromanya. Tiba-tiba air matanya menetes.
“weo, Yoon Ni-ah? Ujlima..” aku
sedikit panik melihatnya menangis lagi.
Ia terus saja terisak. Aku untuk
pertama kalinya bingung harus melakukan apa untuk membuatnya berhenti menangis.
Aku tidak tahu apa yamg menyebabkannya menagis. Apa aku melakukan hal yang
salah?
“Yoon Ni-ah…Uljima!” aku memohon.
$$$
Park
Chan Yoel POV
Aku sudah terlambat. Ini semua karena
ayah yang memintaku untuk menemaninya makan siang sebentar. Tentu saja aku
tidak bisa menolaknya, karena ini kesempatan langka bisa makan siang dengan
ayah yang super sibuk. Lebih parahnya lagi aku lupa membawa ponsel. Seharusnya
aku mengabari Yoon ni bahwa aku akan datang terlambat. Jangan sampai ia marah
padaku dan menganggap aku bukan teman yang baik. Walaupun aku terlambat, aku
berharap tetap bisa melihat pertunjukannya.
“hye sun-ah..!” aku menemukan hye sun
di dekat pintu ke belakang panggung.
“oh…Chan yoel-ah! Kamu terlambat….
Yoon ni sudah selesai tampil”
Aku menghela napas. “chinca?emm…dia
dimana sekarang?”
“tentu saja di belakang panggung. Sana
hibur dia…”
“weo?” aku bingung.
“ayah dan ibunya tidak jadi datang.
Sana cepat…aku akan kembali ke kursi penonton. Bibi dan paman sedang menuggu.”
“arrasoe… aku pergi dulu”
Hye sun terlihat sedikit berpikit.
“emmm…kunde disana ad..”
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya,
aku sudah berlari menuju ruangan tempat Yoon Ni berada. Dia pasti sedang
membutuhkanku sekarang. Aku yakin ia sedang menagis sekarang. Yoon ni selalu
bilang kalau ia tidak akan mau menangis didepan siapapun. Tetapi aku pernah
melihatnya menagis, ia pernah menagis disampingku ketika ia sangat merindukan
ayah dan ibunya serta adik-adiknya. Ia percaya padaku, makanya ia mau menangis
dihadapanku.
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Airmataku tidak tertahan lagi. Aku
terus saja terisak. Sayup-sayup aku mendengar kris oppa memintaku untuk
berhenti menangis tetapi aku tidak bisa. Aku sangat kecewa ibu dan ayah tidak
jadi datang. Aku sudah membayangkan kalau ibu dan ayah datang, aku ingin
bercerita banyak sekali. Tetapi mereka tidak jadi datang. Sesuatu memenuhi
dadaku, sangat sesak.
“uljima..Yoon Ni-ah!” kris oppa
memberikan aku sapu tangannya.
Aku sama sekali tidak bereaksi. Aku tidak
berniat menghapus airmataku. Aku tidak berniat berhenti menangis. Kris oppa
sudah pernah melihatku menagis, jadi biarkan saja ia melihatnya lagi. Aku tidak
mau terlihat sok tegar lagi. Inilah aku, gadis yang penuh dengan kesedihan.
“uljima…jebal” mohonya lagi.
Ia terlihat bingung dan panik. Ia
tidak tahu harus melakukan apan. Hingga akhirnya sesuatu menyentuh pipiku. Aku
kaget setengah mati,setelah menyadari kalau kris oppa menciup pipiku. Aku tidak
percaya dengan apa yang baru saja aku alami. Kris oppa mencium pipiku?
“jebal…uljima! Hatiku selalu sakit
setiap melihatmu menangis. Jebal…tersenyumlah sekarang.” Ia tersenyum padaku.
Pipiku merah, merah sekali. Ia pasti
akan melihatnya kali ini. “ne!” jawabku kaku dan sangat singkat.
Aku sangat bingung sekarang. Aku masih
terisak dan rasa terkejut masih memenuhi dadaku. Terlebih lagi setelah kris
oppa memelukku dan terus memintaku untuk tidak menangis lagi. Apakah aku sedang
bermimpi? Seandainya aku bermimpi, aku berharap jangan bangun saat ini.
$$$
Park
Chan Yoel POV
Aku terpaku di depan pintu ruangan
rias Yoon Ni. Aku melihat semuanya, melihat kris mencium pipi Yoon ni dari
celah pintu yang terbuka sedikit. Aku sangat tidak mengharapkan tebakanku
belakangan ini benar. Aku tidak berharap kris benar-benar menyukai yoon ni. Aku
sangat berharap itu semua salah. Tetapi sekarang sudah jelas. Kris memang
menyukai yoon ni. bukan sebagai adik, tetapi benar-benar menyukainya.
Aku tidak mau terlihat sebagai
pengganggu. Aku segera meninggalkan tempat itu dan berniat pergi ke kursi
penonton saja. Aku akan berpura-pura tidak melihat semua. Aku akan menganggap
aku tidak pernah melihat kejadian tadi. Aku adalah teman yang baik. Aku akan
mendukung apapun keputusan yoon ni nanti. Walaupun itu akan menyakitkan.
“ya…chan yoel-ah? Kamu sudah bertemu
yoon ni? Disana ada kris oppa juga kan? Aku lupa memberi tau mu…mian!” hye sun
mempersilahkan aku duduk disampingnya.
Aku mencoba tersenyum.”chinca? aku
tidak tau. Aku tidak jadi menemui yoon ni tadi.”
“weo?”
“sepertinya lebih baik kalau aku menunggunya disini. Surprise!!”
Hye sun menyikutku. “arrasoe…lagian
kris oppa akan bisa menenangkan dia. Kenchi?”
“ne…”
Aku harus terlihat biasa-biasa saja.
Aku harus bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Aku sangat berharap apa yang
aku lihat tadi hanyalah hayalanku, bahkan semoga hanya mimpi. Sudah sejak awal
aku menyadari kalau perhatian yang diberikan kris kepada yoon ni itu memiliki
maksud yang berbeda dari anggapan yoon ni. Kris memperhatikannya bukan karena
yoon ni mirip dengan adiknya, tetapi karena yoon ni memiliki tempat yang
istimewa dihati kris. Seistimewa yoon ni dihatiku.
Aku tidak mau berbohong. Aku memang
menyukai yoon ni juga. Aku menyukainya lebih dari sahabat. Aku tidak mencoba membuat dia menyadari apa yang aku
rasa karena aku takut ia malah akan membenciku. Awalnya aku cukup senang
asalkan tetap dekat bersamanya. Tetapi akhir-akhir ini, semakin aku selalu
bersamanya aku merasa ingin terus memilikinya. Aku ingin mengatakan bahwa aku
menyukainya.
Akhirnya keinginan itu aku kubur lagi
setelah aku tahu ia menyukai kris. Keinginanku semakin aku kubur dalam lagi
ketika aku tahu bahwa kris ternyatanya menyukainya juga. Yang bisa aku lakukan
hanya berharap kalau kris tidak akan merebut yoon ni dariku. Tetapi hari itu datang
juga. Hari ini kris telah mengambil yoon ni dariku. Aku hanya bisa menghela
napas dan tetap menjadi sahabat yoon ni. Aku harus menerima posisiku yang hanya
bisa menjadi sahabatnya. Bukankah menjadi sahabat lebih baik daripada menjadi
pacar?
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Aku menghempaskan diriku di kasur biru
mungil tepat di sudut kamarku yang juga mungil. Lelah rasanya hari ini. Fisik
hingga batinku terasa lelah sekali. Hari
ini adalah hari dimana aku berada di level terbawah dari moodku. Keadaanku
benar-benar kacau, sangat kacau. Tetapi beruntung ada kejadian tak tertuga yang
membantu aku tetap terkontrol.
Kris oppa tanpa diduga menyatakan
perasaannya padaku. Aku sempat tidak percaya dan menganggap itu hanya untuk
menyemangatiku saja. Namun ia terus menyakinkanku untuk memercayainya. Aku akan
mencoba percaya, dan aku harus percaya. Bukankah ini yang aku harapkan selama
ini? Semoga ini bukan mimpi.
Ayah dan ibu juga berjanji akan datang
mengunjungiku sebelum natal. Sebenarnya mereka datang untuk menjemputku dan
merayakan natal bersama di Daegu. Semoga mereka menepati janjinya, kalau tidak
maka aku akan merayakan natal pertama sendirian di seoul. Bibi dan pamanku
memang akan mengajak aku, tetapi natal akan benar-benar terasa kalau bersama
ayah, ibu dan adik-adikku.
Ada yang sedikit aneh juga hari ini.
Chan Yoel yang datang terlambat ke pertunjukan baletku terlihat sangat pendiam.
Selain itu, ia tidak ikut merayakan keberhasilanku mendapatkan juara 3 dalam
kontes balet itu. Ia beralasan kalau ia ada janji dengan ayahnya. Tidak
biasanya chan yoel begitu. Apa ia ada masalah? Sebaiknya aku meneleponnya, jam
segini seharusnya ia belum tidur.
Aku menekan angka 4 diponselku, maka
akan langsung terhubung padanya. Aku menunggu sampai terdengar lebih dari 3
kali dering, tidak ada yang menjawab. Biasanya ia akan langsung menerima
teleponku tanpa menunggu lama. Ia tetap tidak menjawab hingga operator cerewet
itu yang menjawab. Aku ulangi lagi meneleponnya untuk ke-2 dan ke-3 kalinya.
Hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan mengiriminya
pesan.
CHAN YOEL-AH…KAMU SUDAH TIDUR?
MIANHAE, AKU GANGGU. BESOK KITA JALAN-JALAN YUK? ^^ ADA SESUATU YG INGIN AKU
CERITAKAN…XIXI. AKU TUNGGU DI CAFÉ BIASA YA? ANNYEONG… YOEBOE :p TIDUR
NYENYAK!!!!
Pesan itupun terkirim. Tanpa aku
sadari, aku menguap. Aku juga harus segera tidur rupanya.
$$$
Secangkir cappuccino hangat tersaji
dimeja bundar kecil untuk dua orang. Aku sabar menunggu di sudut ruangan café
kopi tempat aku dan chan yoel biasanya menghabiskan waktu. Aku sudah menyiapkan
banyak cerita untuknya. Tentu saja tentang kris oppa. Namun sampai jam 10 pagi,
ia belum datang. Aku sudah menunggu 30 menit disini, dan sudah memesan
cappuccino ke-2ku. Biasanya ia yang akan menunggu, atau ia akan berinsiatif
menjemputku ke rumah.
Sampai saat ini tidak terlihat
tanda-tanda ia akan datang. Selain itu, ia tidak membalas pesanku tadi malam.
Apa ia sakit? Aku mulai khawatir. Tidak biasanya ia seperti ini. Aku mencoba
menunggu beberapa menit lagi. Jika ia tidak datang juga, aku akan mencoba
meneleponnya.
Aku mulai kesal. Ia belum juga
menampakkan dirinya. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar saja dari café itu.
Udara sangat dingin diluar, rupanya sebentar lagi akan turun salju. Aku ingin
menelepon chan yoel tadi, tetapi ponselku tertinggal dirumah. Chan yoel mungkin
tidak akan datang, sebaiknya aku pulang saja. Aku tetap khawatir, semoga ia
baik-baik saja.
$$$
“neoui sesangeuro yeorin barameul
tago. Ne gyeoteuro eodieseo wannyago. Haemarkge mutneun nege bimirira
malhaesseo. Manyang idaero hamkke georeumyeon. Eodideun cheongugilteni…..
Mikael boda neon naege nunbusin jonjae. Gamhi nuga neoreul geoyeokhae naega
yongseoreul an hae……” aku bernyanyi dengan suara pelan sambil menaiki tangga
menuju rumah atapku.“eden geu gose bareul deurin taechoui geu cheoreom….me…”
aku berhenti bernyanyi. “omo…hahhh, mengagetkan saja!” aku kaget ketika melihat
sosok seseorang sedang melihat-lihat tanamanku.
“ah…Yoon ni-ah! Kamu sudah pulang?!”
Aku langsung melepas headset yang aku
pake sejak tadi. “Morago, kris op…pa?” kataku ragu.
Ia tertawa. “ kamu baru pulang? Habis
jalan-jalan?”
“ne?” aku kelabakan. “ne…mencari udara
segar.emmm…kris oppa sudah lama menunggu? Aku tidak melihat motor kris oppa
dibawah. Ada apa ya?” aku mencubiti diriku sendiri. Apa yang baru saja aku
katakan?
“haha…” ia menghampiriku yang
tertunduk malu. “lumayan lama sih! Aku mencoba meneleponmu, tetapi tidak
dijawab.”
“ahh…mian! Ponselku tertinggal! Kris
oppa pasti kedinginan? Ayo masuk!” aku segera mencari kunci rumah. Tanganku
gemetar karena sedikit kedinginan. Aku tidak bisa menemukan kunci rumahku.
“kuncinya dimana sih?” aku kesal sendiri.
“ kemari!!!” kris oppa menarikku pelan
ke pelukannya. “ kamu ini, pagi-pagi begini jalan-jalan. Udaranya kan dingin
sekali. Lihat bibirmu membiru, kalau sakit bagaimana?”
Aku terkejut setengah mati dan diam
saja dalam pelukan kris oppa. “nde?”
“lain kali kalau mau jalan-jalan, bawa
sarung tanganmu.” Kris oppa melepaskan pelukannya dan menggenggam tanganku.
“nde?” aku masih tidak percaya dengan
apa yang aku dengar dan aku alami sekarang. “gomawo!” tanganku mulai terasa
hangat dalam genggaman tangan kris oppa.
$$$
Park
Chan Yoel POV
Bodohnya aku, aku lupa menaruh
ponselku dimana. Kemarin setelah dari
pertunjukan yoon ni, aku meninggalkan ponselku dirumah dan langsung pergi ke
rumah Kyung Soo. Aku ke rumahnya hanya untuk mencoba menenangkan diri dan
melupakan kejadian yang aku lihat kemarin. Aku masih terus mencari ponselku.
Aku mencoba menelepon ponselku sendiri, tetapi tidak ada hasil. Mungin ponselku
sudah mati karena kehabisan baterai.
Aku mencoba mengingat-ingat dimana aku
menaruhnya. Aku semakin kacau setelah pembantuku bilang kalau semalam terdengar
ada yang meneleponku. Aku yakin pasti itu yoon ni. Aku masih dan terus mencari.
Hampir 2 jam aku mencari dan ponsel itu ketemu juga. Aku menemukannya berada di
bawah kolong kasur. Mungkin ia terjatuh saat aku buru-buru pergi kerumah kyung soo.
Ponsel itu segera aku carg agar
menyala kembali. Terdapat 3 panggilan tidak terjawab dan satu pesan dari Yoon
ni. Aku langsung membuka pesan itu. Aku benar-benar sial, jam menunjukkan pukul
12 siang. Yoon ni pasti sudah pulang dan kesal karena aku tidak datang. Aku
mencoba meneleponnya dan akan meminta maaf. Tetapi tidak ada jawaban sama
sekali. Aku mengulangi meneleponnya untuk ke-7 kalinya. Tetap tidak ada
jawaban.
$$$
Beberapa menit lagi aku akan sampai
dirumah Yoon ni. Sekantung coklat dan makanan kesukaannya telah aku persiapkan
untuk meredam amarahnya. Yoon ni tidak akan marah dan melupakan setiap
kesalahanku dengan membawa beberapa sogokan.
Aku sudah dekat dengan rumah yoon ni. Dari kejauhan bisa aku lihat yoon
ni sedang bersama seseorang. Orang itu seorang pemuda tinggi dan kelihatan
keren. Aku memperlambat laju motorku.
Yoon ni menyadari kedatanganku. “
Yoebo!” ia melambaikan tangan padaku.
“morago?” terdengar pemuda yang
bersamanya terkejut dengan panggilan yoon ni padaku.
“hehe…chan yoel-ah! Pwalli!!!” ia
tersenyum kepada pemuda itu.
Aku segera mendekati tempat mereka.
“annyeong!”
“yakkk… kenapa baru datang?” yoon ni
menarikku turun dari motorku. “kenalkan yoebo…ini kris oppa!” senyum yoon ni
sumringah
“ah ne…annyeong haseyo! Park Chan Yoel
imnida!” kataku dengan sopan.
“ne…Kris imnida” pemuda itu melirik ke
arah yoon ni. “Yoeboe?”
Yoon ni tertawa. “ah…chan yoel
sahabatku.”
“oh..arrasoe! kalau begitu aku pergi
dulu. Besok aku jemput. Annyeong” kris terlihat masih bingung dan seperti tidak
rela meninggalkan yoon ni denganku.
Yoon ni menarik tanganku. “kaja…diluar
dingin tahu.”
“ne..ara! pelan-pelan” kataku tetapi
tetap menurutinya dan membiarkan dia menarikku.
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Chan yoel hanya mengangguk dan
mengiyakan semua yang aku ceritakan. Ia tidak atau mungkin belum mengeluarkan
komentarnya. Aku menceritakan semuanya dari A sampai Z tetang kris oppa lagi.
Aku menceritakan tentang bagaimana kris oppa menyatakan kalau ia ingin aku
menjadi pacarnya. Loncat sana loncat sini, aku senang bukan main.
“terus jadinya kamu pacaran sama dia
sekarang? Dia namjachingumu sekarang?” chan yoel terdengar penasaran.
Aku akhirnya duduk dan hanya
geleng-geleng kepala. “emmmmm….”
“weo? Kok geleng-geleng?”
“not yet… aku belum menjadi pacarnya!”
aku cengir kuda.
Chan yoel bingung. “lah kok?”
“soalnya kemaren dia begitu mendadak
sey…terus aku kan lagi kesel karena oemma dan appa yang tidak jadi datang.”
“jadi kamu menolaknya?” chan yoel
terlihat antusias dan tertawa licik.
Aku memukulnya. “tidaklah….”
“auch…appo, ara!” ia memukulku balik.
“terus?”
“aku bilang aku akan menjawabnya saat
hari dimana salju turun” kataku dengan
wajah bodoh.
“merong…!” ia mengejekku. “phabo!”
“weo?”
“kalo salju tidak turun, berarti kamu
tidak akan pernah menjadi pacarnya? Chinca…phabonika”
Aku kesal melihat chan yoel yang
tertawa terbahak. “kamu senang aku tidak jadi pacar kris oppa?”
“ne…” jawabnya singkat dan masih
tertawa terpingkal.
“pulang sana! Sana pergi…”aku marah
Ia masih tertawa. “hahahaha…marah ya
yoeboe?”
“pulang sana!” aku mendorongnya agar
pulang. “sana pergi aku bilang! Jangan
pernah datang lagi….selamanya. tidak usah jemput aku lagi berangkat maupun
pulang sekolah. Aku enggak mau liat mukamu. Pulang sana, Park chan yoel.”
“morago?” chan yole berhenti tertawa.
“yoon ni-ah…kamu marah sama aku nih?”
“pergi sana!!!” aku mendorongnya
hingga keluar rumah. “Park Chan Yoel…shiroeyoe! Noemu shiroe…kha! Khagara
guyoe. Tapppenum…” aku menutup pintu dan menguncinya.
$$$
Park
Chan Yoel POV
“Yoon ni-ah…mianhae!” aku panik, yoon
ni benar-benar marah.
“kha….shiroe!” teriaknya dari dalam rumah.
“Yoon ni-ah…miannata. Chinca….mianhae.
jangan marah dong! Jebal” aku mencoba membuka pintu rumahnya, tetapi sudah
dikunci.
“ania….!!!” Terdengar langkah kakinya
menjauhi pintu.
Aku mencoba mengintip dari jendela
kecil. “Yoon Ni-ah…miannata” tidak terlihat bayangannya. “oke… aku pergi.
Annyeong…sampai bertemu besok”
Ragu-ragu, itu yang aku rasakan.
Meyakinkan diri kalau yoon ni tidak benar-benar marah, sedikit mengurangi
khawatirku. Tidak biasanya ia marah
sampai mengusirku, paling parah ia hanya akan memukulku. Apa aku terlalu
keterlaluan tadi? Apa aku mengatakan
sesuatu yang sangat salah? Aku hanya berniat untuk menggodanya, tidak lebih.
Walaupun aku juga sangat berharap yoon ni tidak akan memberikan jawabanya pada
kris.
Aku pasrah saja, harus rela menerima
apapun keputusan yoon ni. Melihat ia senang itu sudah cukup. Menjadi sahabatnya
lebih baik daripada menjadi pacarnya. Ia pernah secara tidak langsung
mengatakannya kepadaku. Aku sempat kaget juga waktu ia mengatakannya.
$$$ Flashback
Waktu itu kami sedang tanpa sengaja
menonton drama disebuah restoran tradisional. Pemilik restoran dan pelayannya
terlihat menantikan drama itu. Beberapa pengunjung juga terlihat antusias. Aku
dan yoon ni hanya berdecak heran. Khususnya aku, aku sangat tidak suka menonton drama.
Sedangkan yoon ni hanya menonton drama yang pemainnya merupakan actor
kesayangannya.
“Yakk…ndo joahe?” aku melirik
kearahnya. “biar bisa menonton kan makanya kamu mengajak aku makan siang
disini?”
Ia memelototiku. “ania…aku tidak suka
drama ini. Menyebalkan….” Ia melahap sesendok penuh sup kimchi dan nasi ke
mulutnya yang terlihat kecil kalau sedang tertutup.
“hey…makannya pelan-pelan. Kamu ini
kebiasaan.” Ia hanya cengengesan. “habis ini jadi mencari kaset?”
“ne..” kata-katanya tidak terdengar
jelas,mulutnya masih penuh makanan.
“ara….” Aku juga mulai melahap
makananku.
“lihat-lihat” ia menarik lengan
sweaterku. “memang bodoh itu namja!”
“weo?” aku menurutinya untuk menonton
drama itu.
“kenapa sih berpacaran lebih dipilih
dari pada persahabatan? Kalo sudah sahabatan buat apa minta jadi pacar? Menurut
aku tindakannya bodoh, noemu phabo. Persahabatan adalah segalanya dan lebih
baik dari pacaran.”
Aku menelan ludah. “weo?”
“mwo?” ia memelototiku lagi. “sudah
jelaskan? Orang yang merusak persahabatannya hanya karena ingin menjadi pacar
adalah orang paling bodoh dan jahat. Na shiroeyo! Persahabatan kan lebih indah.
Betul tidak?”
“ne” aku menghela napas. “kamu benar.
Yoon ni-ah, aku ini siapa menurutmu?”
“ndo?” ia terlihat seperti sedang
berpikir keras, padahal aku tahu kalau itu hanya acting. “ kamu adalah sahabat
terbaikku, my bestfriend. Saranghae,,,”
“ne….saranghanda!” aku mencoba
tersenyum, walaupun ada perasaan kecewa dihati.
Sejak saat itu aku sudah mengubur
dalam- dalam keinginanku untuk memilikinya. Lebih dari seorang sahabat adalah
hal yang buruk. Seperti katanya, tidak ada hubungan yang lebih dari sahabat.
Aku tidak tahu dia mendapatkan pemikiran itu dari mana. Tetapi setelah dipikir
ada benarnya juga. Pilihan inilah yang terbaik untuk saat ini agar aku tetap
berada di sampingnya.
Flasback end
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Sudah 2 hari aku tidak mendengar kabar
tentang chan yoel. Sejak hari dimana aku sangat marah padanya itu, dia tidak
pernah menghubungiku. Aku juga enggan untuk mencari tahu. Gengsi setinggi
Himalaya dan seluas tembok cina menghalangi aku untuk menghubunginya. Dasar
bodoh, dia benar-benar bodoh. Kenapa sama sekali tidak memberi kabar? Apa aku
yang harus selalu memohon padanya?
Aku semakin kesal memikirkannya.
Memang 1 hari yang lalu ia meneleponku, tetapi aku abaikan. Semua pesan yang ia
kirimkan padaku tidak aku gubris. Akhirnya ia menyerah dan berhenti mencoba
membujukku. Ada rasa menyesal karena mengabaikannya. Seandainya ia berusaha
lebih keras untuk membujukku, aku pasti akan memaafkannya.
“ahh….park chan yoel phabo! Kenapa
tidak menghubungiku lagi?” aku tidak henti-hentinya mengutak-atik ponselku.
Hye sun geleng-geleng kepala. “Ya
sudah…kamu yang menghubunginya.”
“shiroe…” ponsel itu sudah beralih
tempat ke dalam kantung seragamku.
“weo? Apa salahnya? Sahabat sendiri
juga…pwalie!”
Aku berpikir panjang. “gengsi ah…toh
dia yang salah. Shiroe…”
“ terserah deh… awas saja kalo kamu
uring-uringan terus mikirin dia. Kalian ini kayak pacaran saja.”
“morago?”
“kamu sama chan yoel..” ia memasukkan
sepotong cookies ke dalam mulutnya. “…kayak orang pacaran saja. Sebentar-bentar
berantem, ntar baikan. Pusing aku..”
“yakkk…aku sama chanyoel hanya
sahabatan.lagian sahabatan lebih baik dari pacaran.”
Hye sun tertawa. “hahaha…. Kalo begitu
kenapa tidak sahabatan saja sama kris oppa? Buat apa kamu mau pacaran sama
dia?”
“mwo?” aku kaget mendengar kata-kata
hye sun. “kalo soal itu sudah beda. Aku sudah terlanjur suka sama dia, terus…”
aku diam dan memandangi hye sun yang menunggu jawabanku. “akan sulit menjalin
persahabatan dengan ada rasa suka didalamnya. Ahhh….aku bingung harus bilang
apa. Intinya berbeda situasi.”
“ara…jadi kamu tetap tidak mau
menghubungi chanyoel?”
“sebenarnya, selain karena gengsi….aku
sudah menghapus nomor ponselnya.”
“phabo… aku ada nomor ponselnya,
tetapi katamu dia ganti nomor.”
“ne…aku tidak hafal nomornya yang
baru.”
Hye sun beranjak dari tempat duduknya
dan melangkah hendak meninggalkan kantin.
“mau kemana?”
“ke kelaslah…bentar lagi masuk.”
Aku melirik ke arah jam dinding besar
kantin tepat diatas pintu masuknya. “oh…matta! kaja” aku menarik paksa hyesun.
$$$
Park
Chan Yoel POV
aku turun dari bis dihalte yang tepat
berada sebelum halte bis di depan sekolah Yoon ni. Aku sengaja tidak membawa
motor hari ini agar bisa menemui yoon ni. Aku harap ia belum pulang. Aku
berjalan menuju sekolah yoon ni. Mengira-ira aku akan sampai tepat ketika ia
pulang. Bukannya aku tidak mau menunggu, hanya saja aku memang benci menunggu.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di
sekolah yoon ni. Terdengar bel sekolah yang menandakan waktu jam sekolah yang
telah usai. Aku mempercepat langkahku dan siap menghadang yoon ni di pintu
gerbang. Dari kejauhan aku melihat beberapa murid meninggalkan sekolah.
Setengah berlari aku menuju gerbang sekolah yoon ni. Beberapa murid melihat ke
arahku, mungkin karena aku mengenakan seragam yang berbeda dengan mereka.
“annyeong haseyo…” aku mencoba menyapa
mereka ramah.
Tatapan mereka makin aneh padaku. Apa
aku melakukan sesuatu yang salah? Aku tidak ada niat untuk mengajak tawuran.
Apa karena aku menyapa mereka?
“biarlah… aku tidak peduli” gumamku
dengan wajah dan tingkah yang sebenarnya merasa malu.
$$$
KRIS
POV
Aku melangkah dengan wajah cemberut di
sepanjang lorong sepi menuju kelas Yoon Ni. Aku mengemban tugas yang menurutku
sangat merepotkan dari Jun Myeon. Tetapi ia terus memohon padaku dengan wajah
memelasnya, dan aku benci akan hal itu. Dalam hati aku mencoba mengingat dengan
persis apa yang harus aku katakan dan
aku lakukan menurut permintaannya. Aku menarik napas dan menghembuskannya dengan malas. Kenapa aku
yang jadi grogi?
“ah..oppa!” hye sun terlihat tidak
sabar.
“ah..ne! sudah lama menunggu?” aku
berbasa-basi
Ia tersenyum. “ne… ada apa? Yoon Ni
sebentar lagi kembali. Atau kita temui saja dia?”
“ania… memang dia kemana?”
“menemui min ah sesannim…biasa menyusun
waktu latihan. Sebentar lagi akan ada kontes balet lagi.”
Aku menghela napas. “syukurlah dia
tidak ada”
“weo?” hye sun terlihat bingung.
“aku ada keperluan penting denganmu.
Tetapi aku tidak mau kalau ia sampai tahu”
“mwo?”
“dengarkan baik-baik, aku serius!”
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Senangnya bukan kepalang, akhir minggu
ini salju akan turun. Tadi aku sempat membaca koran di ruangan guru ketika
menunggu min ah sesannim. Turun salju adalah pertanda baik, semua impianku akan
terwujud. Otakku penuh dengan hayalan ini dan itu. Aku membayangkan bagaimana
reaksi kris oppa, jika aku mengatakan kalau aku juga menyukainya. Tetapi yang
lebih mengganggu pikiranku adalah, bagaimana aku harus menemuinya akhir minggu
ini? Apa yang harus aku kenakan? Bagaimana aku harus berbicara?
Lorong menuju kelasku sudah sangat
sepi. Aku jadi tidak enak hati dengan hye sun, ia pasti sudah bosan menungguku.
Aku mempercepat langkah kakiku. Sayup-sayup terdengar suara hye sun dan
seseorang. Aku mengenali suara itu, kris oppa, dialah pemilik suara indah itu.
Terbersit niat untuk mengejutkan mereka berdua. Aku mengendap-endap mendekati
pintu masuk kelasku. Aku mencoba sebisa mungkin agar mereka tidak menyadari
kedatanganku.
“Sebentar lagi akan ada kontes balet
lagi.” Aku mendengar dengan jelas suara hye sun
“syukurlah dia tidak ada” aku
terkejut, itu suara kris oppa. Apa maksud perkataannya?
“weo?” hye sun terdengar bingung. Aku
semakin mendekat ke pintu.
“aku ada keperluan penting denganmu.
Tetapi aku tidak mau kalau ia sampai tahu”
“mwo?” hye sun terkejut.
“dengarkan baik-baik, aku serius!”
jantungku semakin berdegup kencang mendengar nada suara kris oppa yang serius.
Aku masih tetap menguping dan
mengurungkan niat untuk mengagetkan mereka. terdengar kris oppamenghela napas.
“hye sun-ah… aku memang tidak seperti yang kamu harapkan. Aku tidak seperti
namja ideal keinginanmu. Kau begitu sempurna untuk disandingkan denganku. Pasti
banyak namjadeul yang lebih sempurna dari padaku yang selalu mengelilingimu.
Tetapi, bisakan aku menyukaimu? Bolehkah?”
“mwo? Jangan bercanda deh kris oppa!”
Aku terdiam, sesak rasanya dada ini.
Aku mencoba bersabar dan menguping lagi. Sekarang aku mencoba mengintip. Aku
penasaran, apakah itu benar suara kris oppa atau bukan? Aku melihat kris oppa berlutut.
“maukah kau menjadi pacarku?” Ia
mengeluarkan sebuak kotak dari dalam sakunya.
Aku hampir pingsan karena tidak bisa
bernapas. Aku mencoba tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Tetapi setelah
melihatnya sendiri, hatiku terasa sakit. Dadaku terasa sesak tidak karuan. Aku
langsung membalik badanku dan berniat meninggalkan tempat itu sebelum mendengar
jawaban dari hye sun.
$$$
KRIS
POV
“maukah kau menjadi pacarku?” aku
mengeluarkan sebuak kotak dari dalam sakuku
Hye sun terlihat kaget. Aku mengumpat
kesal dalam hati dengan apa yang sedang aku lakukan sekarang. Bagaimana kalau
ada orang lain yang lihat?
“maukah kau menjadi pacarku?” aku
mengulangi perkataanku sekali lagi.
Hye sun terkekah. “yak…kris oppa? Jun
myeon yang menyuruhmu melakukan ini?”
Aku menghela napas dan kembali
berdiri. “ne… benar-benar merepotkan. Jadi bagaimana jawabanmu?”
“kenapa sih bukan dia sendiri yang
bilang?”
“katanya ia takut mendengar
jawabanmu.”
Hye sun tertawa terbahak. “dasar anak
itu! Bagaimana kalau ada orang lain yang lihat. Mereka pasti mengira kris oppa
yang menyatakan cintanya padaku. Untung yoon ni tidak ada.”
“ne…jadi bagaimana ini?”
“bilang padanya katakan sendiri akhir
minggu ini. Kalau tidak awas!!!!” hye sun semakin tidak dapat menahan tawanya.
“ne arasoe!!! Yoon ni mana? Kenapa
belum kembali?”
Hye sun segera mencari ponselnya. “tunggu
sebentar.” Hye sun terlihat sedang mengirimi yoon ni pesan.
Aku dan hey sun terdiam sebentar dan
kami terkadang tersenyum mengingat apa yang telah terjadi tadi. Ponsel hye sun
berbunyi.
“dia menyuruhku pulang duluan katanya.
Ia masih da urusan dengan min ah sesannim. Kenapa tidak biang dari tadi sih?”
“sabar… aku antar pulang?”
Hye sun pura-pura menimbang. “boleh
saja… asal tidak merepotkan kris oppa.”
“ne kwaenchana… kunde bisa tolong
tanya yoon ni jam berapa ia akan selesai?”
“aigoo… arasoe!”
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Sepi dan sendiri, merasa sakit hati
dan terhianati. Semuanya campur aduk dalam diriku sekarang. Aku sedang terduduk
di kursi tempat kris oppa sering tertidur. Tempat yang sering aku lihat dari
tempat persembunyianku. Tempat yang sangat aku favoritkan. Disinilah pertama
kali aku melihat kris oppa yang sedang tertidur. Saat itulah aku mulai
menyukainya. Rasanya begitu bahagia saat itu. Tetapi sekarang semua telah
hancur. Kurasa aku akan mulai melupakannya atau mungkin aku akan membencinya.
Ponselku aku berbunyi lagi. Nama hye
sun tercantum disana, sedari tadi dia mengirimiku pesan tetapi tidak aku
gubris. Akhirnya ia meneleponku.
“yumseo…” aku mencoba terdengar tenang
“kenapa pesanku tidak dibalas?”
terdengar suara hye sun di seberang, ia terdengar senang.
“mianhae…aku belum membacanya. Ada
apa?”
“emmm…kamu pulang jam berapa? Biar
nanti kris oppa jemput”
Dadaku merasa sesak lagi mendengar nama
itu. “nde? aku tidak tahu. Nanti aku kabari, annyeong” aku segera memutuskan
sambungan telepon itu.
Airmata hampir mengalir. Aku berusaha
untuk tidak membiarkannya membasahi pipiku. Kutarik napas dalam-dalam untuk
menenangkan diri. Aku harus segera pulang.
$$$
Park
Chan Yoel POV
Aku hampir putus asa menunggu. Yoon ni
tidak kunjung terlihat sedangkan sekolah sudah hampir sepi. Sempat terpikir
kalau yoon ni telah pulang bersama kris dan aku berniat untuk pulang. Tetapi
beberapa saat yang lalu aku melihat kris pulang dengan hye sun, teman dekat
yoon ni.
“Yoon Ni…kamu dimana?” aku mulai
khawatir. Kuambil ponselku dan hendak menelepon yoon ni.
Seseorang melintas didepankan. Aku
kaget setengah mati sekaligus senang ketika mengenali sosok yang baru saja lewat
didepanku. Akhirnya yoon ni kelihatan juga.
“yoon ni-ah…” panggilku dan segera menyusulnya.
Ia tidak menjawab. “Yoon Ni-ah…kenapa baru pulang?” ia tetap acuh tak acuh.
“yoon ni-ah…” aku segera menghalangi jalannya.
“oh…chan yoel-ah” ekspresi yoon ni
terlihat aneh, seperti hanya raganya saja yang disini sedangkah pikiranya entah
kemana.
“we gurrae?”
“ania…genyang…ania” ia segera naik ke
bis yang baru saja tiba.
Aku juga ikut terdiam dan tidak
berani bertanya lebih lanjut. Tatapan
mata yoon ni jauh menerawang keluar jendela. Aku seperti duduk dengan patung
saja, ia sama sekali tidak menggubris keberadaanku.
“yoon ni-ah” tidak ada jawaban. “ yoon
ni-ah!” ulangku
“nde?”ia tetap tidak menatapku.
“ tadi aku melihat hye sun pulang
dengan kris…kenapa bukan kamu yang pulang dengan kris? Aku kira…”
“ara…” ia memotong perkataanku.
“arasoe! Memangnya siapa aku? Harus pulang dengan kris oppa…obsoe! Nega obsoe”
tatapan matanya berubah sedih
“ndo kwaenchana? We gurrae?” aku
khawatir
“animida…kemanhae! Aku tidak mau
membicarakannya sekarang.”
Aku terdiam, menuruti apa kemauan yoon
ni. Mataku tidak henti-hentinya memperhatikan semua ekspresi wajahnya. Ada yang
tidak beres dengan yoon ni hari ini. Ia terlihat begitu kacau. Kami terdiam
cukup lama. Beberapa kali aku lihat yoon ni menghela napasnya.
Tiba-tiba terbersit sebuah ide di
kepalaku untuk memecah kecanggungan diantara kami. Aku segera mengambil i-pod
yang memang tidak pernah lupa aku bawa. Musik mengalun indah di telingaku
setelah earset terpasang disitu. Setelah memilih lagu kesukaan aku dan yoon ni,
aku memasangkan sebelah earsetku di telinga yoon ni.
“ini… aku yakin kamu pasti suka!” aku
menawarkannya pada yoon ni.
“emm..” ia tetap kaku
Aku merasa yoon ni akan menangis,
tetapi ia selalu menghela napasnya untuk
menenangkan diri. Kami terus terdiam sepanjang perjalanan pulang. Aku semakin
khawatir melihatnya dengan tatapan kosong itu. Seandainya aku bisa membaca
pikirannya.
$$$
Jalanan cukup padat. Bis yg kami
tumpangi melaju dengan pelan. Aku mencoba mengalihkan perhatianku dari yoon ni
ke jalanan yang ramai. Terkadang aku juga menghela napas. mencoba menebak-
nebak apa yang ada di dalam pikiran yoon ni. Aku mulai tertular kebiasaan yoon
ni. Setelah sekian lama menatap ke arah
jalanan yang macet, aku pusing juga.
Aku mencoba sekali lagi memecah keheningan
antara aku dan yoon ni. “Yoon ni-ah” tetap tidak ada jawaban.
Aku menoleh ke arah yoon ni, ternyata
ia tertidur. Sesekali kepalanya terantuk ke jendela. Segera mungkin aku
menyelamatkan kepalanya yang akan terantuk untuk kesekian kalinya. Dengan
perlahan aku menyandarkannya dipundakku. Aku berusaha sepelan mungkin, jangan
sampai ia terbangun.
Wajahnya terlihat begitu tenang saat
tertidur. Ia mungkin merasa lelah sekali. Tak henti-hentinya aku memperhatikan
wajahnya yang tertidur. Hatiku merasa damai melihatnya. Sesekali aku
tersenyum bahagia,bahagia bukan
kepalang. Senyumku tiba-tiba hilang, aku melihat sesuatu yang mengkilap diujung
mata yoon ni. Apakah ia menangis?
$$$
Aku mengkutinya dari belakang dengan
perlahan. Tatapan matanya yang kosong itu kembali aku lihat. Aku lebih suka
melihatnya tertidur saja tadi. Langkah kakinya terdengar terseok-seok. Aku
merasa ada sesuatu yang berat di pundaknya.
Kini ia menaiki tangga menuju
rumahnya. Aku khawatir melihatnya, takut-takut kalau ia akan terpeleset.
Langkah kakinya semakin berat. Aku yang sedari tadi menjaga jarak, sekarang
semakin mendekat. Yoon ni tidak berkomentar, ia tetap bergelut dengan
pikirannya sendiri.
“sampai kapan kamu mau mengikutiku?”
yoon ni angkat bicara setelah berhasil menemukan kunci rumahnya.
Aku sedikit kikuk. “mwo? Emmm… aku
masih tidak boleh ke rumahmu?”
“ania…” ia menghela napas. “terserah
kamu saja.!”
Yoon ni dengan sembarang melepas
sepatunya dan dengan malas menaruh tasnya di meja belajar. Kemudian ia merebahkan diri di kasur
mungilnya dengan malas. Diambilnya selimut yang tepat berada dibawah kakinya. Ia telah bersembunyi di bawah
selimut itu sekarang, masih dengan seragam sekolah dan kaos kakinya. Ini tidak
seperti kebiasaan yoon ni.
“yoon ni-ah…! Sudah makan?”
“emmm…” ia hanya menggeram
“tidak ganti baju dulu baru tidur?”
“nanti…. Kamu pulang saja” suaranya
terdengar hanya berupa geraman saja
Aku semakin bingung. “aku diusir?”
“ania… aku hanya mau tidur. Aku capek”
Tiba-tiba ponsel yoon ni berdering.
Sebuah panggilan masuk menunggu untuk dijawab. Aku tidak tahu apa yang ia
lakukan di dalam selimutnya, yang pasti ia terlihat sedang mencoba mengeluarkan
ponselnya dari saku roknya. Ponsel itu tetap berdering, tidak ada tanda yoon ni
akan menjawabnya.
$$$
Choi
Yoon Ni POV
Aku merogoh saku rokku dengan susah
payah untuk mendapatkan ponselku. Aku segera melihat layarnya. Hatiku semakin
kesal setelah tahu dari siapa panggilan itu. Aku tidak ada niat untuk
menjawabnya dan membiarkannya terus berdering. Chan yoel pasti sangat heran
sekarang.
“kenapa tidak dijawab?” kata chan yoel
“emmmm…” aku hanya mengerang.
Bukannya pulang, chan yoel malah
menyalakan televisi. Aku sedang malas berurusan dengan siapapun untuk saat ini,
jadi aku mengabaikannya saja. Ponselku berhenti berdering. Aku memejamkan mata,
mencoba untuk tidur lagi. Tidurlah yang mampu menenangkanku sekarang.
Aku hampir tertidur lelap, namun ponselku berbunyi lagi. Aku lihat layar
ponselku, orang yang sama lagi yang menelepon.
“chan yoel-ah” aku mengjulurkan
tanganku dari balik selimut. “ ini!!!”
“hahhh?” ia terdengar bingung
Aku menggoyangkan tanganku tidak
sabar. “ jawab! Bilang aku sudah tidur”
“mwo?” ponselku telah berada
ditangannya sekarang. “kris? Weo?”
“cepat jawab…berisik tahu”
“yomseo?” chan yoel akhirnya menjawab
telapon itu. “ah aku chan yoel, kris… yoon ni sudah pulang!” chan yoel terdiam
sebentar, menunggu jawaban dari seberang. “dia sedang tertidur sekarang.
Moodnya sedang jelek.”
Aku segera menyembulkan kepalaku dari
balik selimut. “mwo? Ndo...” aku mengomel tanpa suara
Chan yoel nyengir kuda. “aku
bercanda…ia sepertinya kecapekan, jadi langsung tidur tadi……….. oh iya, nanti
aku sampaikan.”
“apa katanya?” aku penasaran tetapi
tetap kesal pada kris sunbae.
“katanya besok pagi, ia akan
menjemputmu”
“tidak perlu” aku kembali membenamkan
diri didalam selimut. “chan yoel, bisa kan jemput aku saat berangkat dan pulang
sekolah? Bisakah kau datang lebih awal?” suaraku tersedat, sepertinya ada yang
mengganjal di tenggorokan. “mau kan?”
“lalu kris bagaimana?”
“kalau tidak mau, ya sudah! Aku pake
bis saja”
“ania…aku bisa kok!” kami berdua
hening beberapa saat. “kamu tidak makan?”
“emmm…aku masih kenyang”
“aku carikan makanan ya?”
“tidak perlu” aku menolak dengan
halus.
“aku pergi… makanan seperti biasakan?”
Terdengar langkah kaki menjauh,
kemudian suara pintu yang tertutup. Chan yoel sudah pergi, aku semakin merasa
sesak. Suasana yang hening, terlalu hening semakin terasa menusuk di dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar