November 16, 2012

[FF Chaptered] The Third Chance ch.2



Title: THE THIRD CHANCE ch.2

Author: Choi Ye Joon/ Yunn Wahyunee (www.facebook.com/Yunn.Yunee)


Main Casts: Choi Yoon Ni (Imaginated character)
                     Park Chan Yoel (EXO-K)
                     Kris (EXO-M)


Suport Casts: Kim Jong In/ KAI (EXO-K)
                       Oh Sehun (EXO-K)
                       Do Kyung Soo/ DO (EXO-K)
                       Kim Jun Myeon/ Suho (EXO-K) etc.


Genre: semi romance (?), Friendship


Length: Chaptered


Rating: General


Choi Yoon Ni POV
Aku, kris oppa, hye sun, dan Jun Myeong Sunbae berencana untuk menonton film bersama di bioskop sore ini setelah pulang sekolah. Ini pertama kalinya aku menonton film di bioskop dengan kris oppa. Aku sangat bahagia. Walaupun tidak berdua saja, aku cukup senang. Setiap aku senang, aku ingin sekali segera memberi tahu Chan Yoel. Ia selalu mendengarkan ceritaku, apapun bentuknya. Ia memang sahabatku.


“kaja…kita harus cepat, sebelum tiketnya habis!” kata Jun Myeon sunbae.

Hye sun memelototinya. “kenapa kamu tidak membeli tiketnya kemaren?”

“ bisakah kamu memanggilku oppa? Kalo kris kamu panggil oppa.” Ia tampak kesal. “ kamu juga Yoon Ni-ah…ganti sunbae itu dengan oppa.”

Aku tertawa. “mianhae…hanya saja sulit untuk menyebutkannya.”

“sudahlah Jun Myeon-ah… Yoon Ni memang begini orangnya. Aku saja terkadang masih dipanggil sunbae! Bersabarlah…”

“arassoe…kaja!” Jung MYoon menarik tangan hye sun.

$$$
Kris oppa meraih tanganku kemudian menaruhnya di pinggangnya. Motor yang kami kendarai melaju dengan pelan. Aku tidak menyangka kalau kris oppa akan melakukan hal itu. Menyuruh aku berpegangan erat pada pinggangnya. Aku sama sekali tidak mengharapkannya. Pipiku terasa panas karena malu. Tetapi tentu saja ia tidak akan tahu. Aku mencoba untuk mengendalikan perasaanku, jangan sampai aku terlihat memalukan karena senangnya.

Hye sun tadi sudah merengek ingin diboncengi kris oppa dan menyuruhku bersama Jun Myeon sunbae. Tanpa ia mintapun aku akan melakukannya. Aku tidak punya keberanian untuk terus bersama kris oppa sepanjang perjalanan ke bioskop. Namun kris oppa malah meraih tanganku dan ingin memboncengiku. Aku jadi salah tingkah dan mencoba menolak, tetapi ia tetap bersikeras. Aku senang, tetapi apakah hye sun akan baik-baik saja? Ia memang terlihat tidak marah kepadaku, hanya ia kesal jika harus diboncengi Jun Myeon sunbae.

Kenapa hye sun sangat risih bila bersama Jun Myeon sunbae? Dia orangnya baik dan ganteng. Menurutku dia manis, tidak kalah ganteng dengan kris oppa. Hye sun dan Jun Myeon sunbae akan jadi pasangan yang serasi. Walaupun memang Jun Myeon sunbae terkadang bingung harus melakukan apa, bisa dibilang ia sedikit lamban dalam berpikir atau bahasanya telat mikir. Mungkin karena grogi? Aku tidak tahu dan tidak mau sok tahu.

Jun Myeon sunbae sedang mengantri membeli tiket. Kebetulan pada jam segini antriannya tidak panjang. Sedangkan kris oppa sedang membeli beberapa popcorn dan minuman. Aku dan hye sun hanya menunggu mereka dan melihat dari jauh.

“Yoon Ni-ah…otthe?” hye sun berbicara sedikit berbisik.

“mwo? Aku tidak mengerti”  kataku lugu.

Ia menepuk pundakku. “bagaimana rasanya diboncengi kris oppa? Asyikah? Kalian ngombrolin apa saja?”

“morago?” aku mencoba mengabaikan pertanyaannya.

“ayolah…cerita!” ia semakin penasaran.

“rasanya biasa saja. Sama seperti kalo aku diboncengi chan yoel” aku mencoba membandingkan. “tinggi mereka sama, hanya memang sih…punggung kris oppa lebih bidang.”

Hye sun mencolek-colekku sambil tersenyum. “cie…cie! Kalian ngobrolin apa saja?”

“tidak ada! Kami hanya diam. Dia kan harus konsentrasi pada jalan.”

“ya…phabonikha? Masak kalian cuma diam?”

Aku mencoba mengingat.”memang sih…terkadang ia menanyaiku sesuatu. Cuma itu saja”

Hye sun memukulku. “chinca…noemu phabo! Terus kalo sama chan yoel kamu ngapain?”

“kalo sama chan yoel sih…kami tidak henti-hentinya mengobrol. Pernah waktu kita mau pergi ke kebun binatang, karena asyik ngobrol ia tidak sadar kalo….” Hye sun memukulku.

“Phabo….”

Aku mengelus-elus tanganku yang kena pukul. “weo? Apa aku salah?”

“eh…kamu sebenarnya suka siapa sih? Kris oppa apa chan yoel?”

“morago? Chan yoel adalah sahabatku, teman baikku. Temanmu juga kan? Dan kris oppa….”

Hye sun menunggu jawabanku. “kris oppa apa?”

Aku tersenyum. “dia teman kita juga kan?”

“ weo? Kalian menyebut namaku?” kris oppa datang dengan 2 porsi besar popcorn.

“anio…aniyeyo” kataku malu-malu

Hye sun celingukan.”minumnya mana?”

“ini..” Jun Myeon sunbae datang dengan 4 gelas pepsi. “ayo masuk..sebentar lagi filmnya dimulai”

$$$
KRIS POV
Sampai saat ini ia belum menyadari betapa aku menginginkannya. Betapa aku ingin selalu berada di dekatnya dan melihat ia terus tertawa. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan tentangku sekarang. Mengapa aku sama sekali tidak bisa mengerti apa yang ia mau? Apakah ia tidak menyukaiku? Apa ia memiliki perasaan yang sama denganku  atau tidak?

Ia terlihat sangat asyik menonton film horror yang kami tonton di bioskop sekarang. Beberapa kali ia akan menutup wajahnya ketika sang hantu muncul dan mulai menakut-menakuti. Ia sama sekali tidak berteriak seperti gadis lain yang juga sedang menonton saat itu. Anehnya aku, yang aku tonton bukanlah filmnya tetapi ia.

Aku memasukkan tanganku ke dalam tempat popcorn yang cukup besar. Tanganku bertemu dengan tangannya. Ia hanya meminta maaf dan kembali berkonsentrasi menonton. Apa ia tidak menyadari kalau aku selalu melihat ke arahnya? Sempat terbersit harapan kalau ia akan berteriak dan  merangkulku untuk bersembunyi dari hantu yang menyeramkan itu. Namun ia bukan tipe gadis yang seperti itu, ia hanya akan tertawa dan sesekali bilang kalau ia sangat terkejut.

Kritikan akan adegan yang menurutnya tidak realistis kerap kali ia utarakan. Aku hanya bisa mengiyakan karena aku sama sekali tidak menonton film itu. Waktu benar-benar berjalan dengan pelan, seolah-olah memenuhi permintaanku. Aku ingin sekali mengutarakan isi hatiku, tetapi aku belum menemukan waktu  yang tepat. Mungkin suatu saat. Yang bisa aku lakuakn sekarang adalah membuat di menebak sendiri isi hatiku.

$$$
Choi Yoon Ni POV
“Chinca?” chan yoel terdengar tidak percaya dengan apa yang aku ceritakan.

Aku cemberut.”kerroem….ndo anmidoeyoyeo?tappenum…aku serius. Aku tidak berbohong, aku benar-benar pergi dengan kris oppa menonton film kemaren”

“ne…ne…na midoeyoyeo! Kalo kamu suka padanya kenapa tidak bilang saja? Mungkin ia juga suka padamu!”

Aku sedikit menimbang-nimbang. “aku tidak yakin. Aku tidak mau nanti kecewa… kamu tahu kan? Dia begitu sempurna. Mana mau di sama aku? Na yepposoe ania”

“ne…ndo yepposoe ania. Mana cocok orang ganteng kayak dia sama kamu yang jelek.”

“yakkk…maksudnya apa? Tadi menyemangati, sekarang malah menghina? Sahabat macam apa kamu?”

“emmm…aku rasa ia memang  suka padamu…aku yakin” nada suaranya terdengar aneh bagiku. “tinggal kita tunggu saja kapan ia akan menyatakannya”

Aku masih tidak mengerti. Chan yoel terdengar aneh saat mengatakannya. “semoga… kunde, sebenarnya dia sudah mengatakannya. Dia menyukaiku karena aku adalah dongsaengnya. Katanya aku mengingatkannya dengan dongsaengnya di China. Aku rasa itu alasan yang labih realistis. Kaechi?” aku mencoba tersenyum.

Chan yoel mengacak-acak rambutku. “sudahlah si jelek…jangan cemberut gitu, nanti tambah jelek.”

“udah deh….enggak perlu diulang deh!” aku menendang kakinya dan kembali menyiram bunga-bunga kecilku

“nanti malam keluar yuk? Kita jalan-jalan”

Aku langsung menoleh ke arahnya. “kamu yang traktir ya? Aku kan sudah neraktir kemaren?”

“arrasoe…”

“gomawo…yoebo”

“ne..yoebo! sini aku bantuin…aquariummu sudah dibersihkan belum?”

Aku menggelengkan kepala dan dia masuk kedalam rumah untuk mengambil aquariumku. Aku dan chan yoel telah sangat dekat. Aku merasa kalau aku pernah bertemu dan berteman dengannya sebelumnya. Mungkin kami merupakan renkarnasi dari seseorang yang juga sangat bersahabat dulu. Pemikiran yang gila dan bisa saja terjadi. Drama-drama romantic yang pernah aku tonton selalu berkata seperti itu.

$$$
Aku tidak henti-hentinya mondar-mandir di ruang rias yang memang di sediakan bagi peserta. Hari ini adalah hari paling penting dalam hidupku. Aku harus mengerahkan semua tenaga dan semangatku untuk hari ini. Ini adalah kontes balet pertamaku setelah aku masuk SMA dan pindah ke seoul. Aku sangat gugup, ini adalah kesempatan besarku. Aku tidak boleh menyianyiakannya kesempatan ini. Kalau aku menang, mungkin aku berkesempatan untuk terus mengembangkan bakatku.

Hye sun sudah dari tadi menemaniku. ia bisa pusing terus melihatku mondar-madir tidak karuan. Semuanya telah ia lakukan untuk menenangkanku. Satu hal lagi yang membuat aku gugup, ibu dan ayah akan datang untuk menonton. Namun saat ini belum ada kabar kalau mereka akan jadi datang atau tidak. Chan yoel juga belum datang, padahal aku sangat mengharapkanya. Mungkin ia bisa membuat aku lebih tenang.

Dandananku hampir saja berantakan lagi. Hye sun selalu memarahiku jika aku mengacaukan karyanya. Gaun balet berwarna biru shapire melekat di badanku, dengan stoking  jaring-jaring aneh yang diberikan hye sun padaku. Rambutku yang tidak cukup panjang ini diikat bulat ke belakang. Dengan bantuan hairspray, rambutku yang memang susah diatur ini bisa tetap diposisinya. Bibi memberiku pita cantik berwarna putih sebagai hiasan dirambutku.

Jepretan kamera membuat aku semakin gugup. Beberapa wartawan terus saja mewawancarai beberapa peserta termasuk aku. Jempretan kamera hye sun dan bibi tidak mau kalah mengambil gambarku. Mereka selalu bilang aku sangat mirip boneka. Menyebalkan, sungguh menyebalkan.

Ayah, ibu dan chan yoel belum terlihat sama sekali hingga giliranku tiba. Apa mereka lupa? Padahal aku sudah mengingatkan mereka dari satu hari yang lalu. Aku tetap berkonsentrasi dan berpikir positif. Mereka pasti datang dan menonton. Di tengah pertunjukanku, aku sempat melihat kris oppa datang. Aku cukup senang dan hal itu memberiku semangat.

$$$
KRIS POV
Ia terlihat begitu sempurna hari ini. Aku sudah menanti cukup lama. Hari ini aku akan menyatakan perasaanku padanya. Aku rasa inilah waktu yang paling tepat, aku tidak akan menyianyiakannya. Aku berjalan menuju belakang panggung untuk menemuinya. Aku akan membuat kejuatan buatnya. Sebuah hadiah kecil juga telah aku persiapkan.

Disebuah ruangan yang dipintunya bertuliskan nama ‘Choi Yoon Ni’ adalah tujuanku. Aku hendak mengetuk pintu, tetapi bibi dan paman Yoon Ni terlebih dahulu membukanya. Mereka berdua keluar meninggalkan hye sun dan Yoon Ni disana.

“annyeong…otthe?” tanyaku gugup pada hye sun

Ia tersenyum. “ berhasil dengan sempurna. Tapi sayang ayah dan ibu Yoon Ni tidak bisa datang.”

“oh… apa kamu merasa gugup Yoon Ni-ah?”

“ne?” suara Yoon Ni terdengar bergetar.

“oppa… aku akan keluar sebentar. Temani Yoon Ni ya? Aku akan menghubungimu kalo pengumuman pemenangya sudah keluar.” Hye sun pergi meninggalkan aku dan Yoon Ni berdua.

Aku menghampiri Yoon Ni yang terduduk di kursi tepat didepan meja rias. “kwaenchana? Kamu tampil dengan bagus kok…aku sangat menikmatinya. Yeppoeyoe!”

“nde?” suara Yoon Ni semakin bergetar.

Aku lupa memberikannya bunga yang aku bawa. “ini…soenmeul!”

“gomawo..” ia menerima bunga itu dan menghirup aromanya. Tiba-tiba air matanya menetes.

“weo, Yoon Ni-ah? Ujlima..” aku sedikit panik melihatnya menangis lagi.

Ia terus saja terisak. Aku untuk pertama kalinya bingung harus melakukan apa untuk membuatnya berhenti menangis. Aku tidak tahu apa yamg menyebabkannya menagis. Apa aku melakukan hal yang salah?

“Yoon Ni-ah…Uljima!” aku memohon.

$$$
Park Chan Yoel POV
Aku sudah terlambat. Ini semua karena ayah yang memintaku untuk menemaninya makan siang sebentar. Tentu saja aku tidak bisa menolaknya, karena ini kesempatan langka bisa makan siang dengan ayah yang super sibuk. Lebih parahnya lagi aku lupa membawa ponsel. Seharusnya aku mengabari Yoon ni bahwa aku akan datang terlambat. Jangan sampai ia marah padaku dan menganggap aku bukan teman yang baik. Walaupun aku terlambat, aku berharap tetap bisa melihat pertunjukannya.

“hye sun-ah..!” aku menemukan hye sun di dekat pintu ke belakang panggung.

“oh…Chan yoel-ah! Kamu terlambat…. Yoon ni sudah selesai tampil”

Aku menghela napas. “chinca?emm…dia dimana sekarang?”

“tentu saja di belakang panggung. Sana hibur dia…”

“weo?” aku bingung.

“ayah dan ibunya tidak jadi datang. Sana cepat…aku akan kembali ke kursi penonton. Bibi dan paman sedang menuggu.”

“arrasoe… aku pergi dulu”

Hye sun terlihat sedikit berpikit. “emmm…kunde disana ad..”

Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah berlari menuju ruangan tempat Yoon Ni berada. Dia pasti sedang membutuhkanku sekarang. Aku yakin ia sedang menagis sekarang. Yoon ni selalu bilang kalau ia tidak akan mau menangis didepan siapapun. Tetapi aku pernah melihatnya menagis, ia pernah menagis disampingku ketika ia sangat merindukan ayah dan ibunya serta adik-adiknya. Ia percaya padaku, makanya ia mau menangis dihadapanku.

$$$
Choi Yoon Ni POV
Airmataku tidak tertahan lagi. Aku terus saja terisak. Sayup-sayup aku mendengar kris oppa memintaku untuk berhenti menangis tetapi aku tidak bisa. Aku sangat kecewa ibu dan ayah tidak jadi datang. Aku sudah membayangkan kalau ibu dan ayah datang, aku ingin bercerita banyak sekali. Tetapi mereka tidak jadi datang. Sesuatu memenuhi dadaku, sangat sesak.

“uljima..Yoon Ni-ah!” kris oppa memberikan aku sapu tangannya.

Aku sama sekali tidak bereaksi. Aku tidak berniat menghapus airmataku. Aku tidak berniat berhenti menangis. Kris oppa sudah pernah melihatku menagis, jadi biarkan saja ia melihatnya lagi. Aku tidak mau terlihat sok tegar lagi. Inilah aku, gadis yang penuh dengan kesedihan.

“uljima…jebal” mohonya lagi.

Ia terlihat bingung dan panik. Ia tidak tahu harus melakukan apan. Hingga akhirnya sesuatu menyentuh pipiku. Aku kaget setengah mati,setelah menyadari kalau kris oppa menciup pipiku. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku alami. Kris oppa mencium pipiku?

“jebal…uljima! Hatiku selalu sakit setiap melihatmu menangis. Jebal…tersenyumlah sekarang.” Ia tersenyum padaku.

Pipiku merah, merah sekali. Ia pasti akan melihatnya kali ini. “ne!” jawabku kaku dan sangat singkat.

Aku sangat bingung sekarang. Aku masih terisak dan rasa terkejut masih memenuhi dadaku. Terlebih lagi setelah kris oppa memelukku dan terus memintaku untuk tidak menangis lagi. Apakah aku sedang bermimpi? Seandainya aku bermimpi, aku berharap jangan bangun saat ini.

$$$
Park Chan Yoel POV
Aku terpaku di depan pintu ruangan rias Yoon Ni. Aku melihat semuanya, melihat kris mencium pipi Yoon ni dari celah pintu yang terbuka sedikit. Aku sangat tidak mengharapkan tebakanku belakangan ini benar. Aku tidak berharap kris benar-benar menyukai yoon ni. Aku sangat berharap itu semua salah. Tetapi sekarang sudah jelas. Kris memang menyukai yoon ni. bukan sebagai adik, tetapi benar-benar menyukainya.

Aku tidak mau terlihat sebagai pengganggu. Aku segera meninggalkan tempat itu dan berniat pergi ke kursi penonton saja. Aku akan berpura-pura tidak melihat semua. Aku akan menganggap aku tidak pernah melihat kejadian tadi. Aku adalah teman yang baik. Aku akan mendukung apapun keputusan yoon ni nanti. Walaupun itu akan menyakitkan.

“ya…chan yoel-ah? Kamu sudah bertemu yoon ni? Disana ada kris oppa juga kan? Aku lupa memberi tau mu…mian!” hye sun mempersilahkan aku duduk disampingnya.

Aku mencoba tersenyum.”chinca? aku tidak tau. Aku tidak jadi menemui yoon ni tadi.”

“weo?”

“sepertinya lebih baik  kalau aku menunggunya disini. Surprise!!”

Hye sun menyikutku. “arrasoe…lagian kris oppa akan bisa menenangkan dia. Kenchi?”

“ne…”

Aku harus terlihat biasa-biasa saja. Aku harus bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Aku sangat berharap apa yang aku lihat tadi hanyalah hayalanku, bahkan semoga hanya mimpi. Sudah sejak awal aku menyadari kalau perhatian yang diberikan kris kepada yoon ni itu memiliki maksud yang berbeda dari anggapan yoon ni. Kris memperhatikannya bukan karena yoon ni mirip dengan adiknya, tetapi karena yoon ni memiliki tempat yang istimewa dihati kris. Seistimewa yoon ni dihatiku.

Aku tidak mau berbohong. Aku memang menyukai yoon ni juga. Aku menyukainya lebih dari sahabat. Aku tidak  mencoba membuat dia menyadari apa yang aku rasa karena aku takut ia malah akan membenciku. Awalnya aku cukup senang asalkan tetap dekat bersamanya. Tetapi akhir-akhir ini, semakin aku selalu bersamanya aku merasa ingin terus memilikinya. Aku ingin mengatakan bahwa aku menyukainya.

Akhirnya keinginan itu aku kubur lagi setelah aku tahu ia menyukai kris. Keinginanku semakin aku kubur dalam lagi ketika aku tahu bahwa kris ternyatanya menyukainya juga. Yang bisa aku lakukan hanya berharap kalau kris tidak akan merebut yoon ni dariku. Tetapi hari itu datang juga. Hari ini kris telah mengambil yoon ni dariku. Aku hanya bisa menghela napas dan tetap menjadi sahabat yoon ni. Aku harus menerima posisiku yang hanya bisa menjadi sahabatnya. Bukankah menjadi sahabat lebih baik daripada menjadi pacar?

$$$
Choi Yoon Ni POV
Aku menghempaskan diriku di kasur biru mungil tepat di sudut kamarku yang juga mungil. Lelah rasanya hari ini. Fisik hingga batinku terasa lelah sekali.  Hari ini adalah hari dimana aku berada di level terbawah dari moodku. Keadaanku benar-benar kacau, sangat kacau. Tetapi beruntung ada kejadian tak tertuga yang membantu aku tetap terkontrol.

Kris oppa tanpa diduga menyatakan perasaannya padaku. Aku sempat tidak percaya dan menganggap itu hanya untuk menyemangatiku saja. Namun ia terus menyakinkanku untuk memercayainya. Aku akan mencoba percaya, dan aku harus percaya. Bukankah ini yang aku harapkan selama ini? Semoga ini bukan mimpi.

Ayah dan ibu juga berjanji akan datang mengunjungiku sebelum natal. Sebenarnya mereka datang untuk menjemputku dan merayakan natal bersama di Daegu. Semoga mereka menepati janjinya, kalau tidak maka aku akan merayakan natal pertama sendirian di seoul. Bibi dan pamanku memang akan mengajak aku, tetapi natal akan benar-benar terasa kalau bersama ayah, ibu dan adik-adikku.

Ada yang sedikit aneh juga hari ini. Chan Yoel yang datang terlambat ke pertunjukan baletku terlihat sangat pendiam. Selain itu, ia tidak ikut merayakan keberhasilanku mendapatkan juara 3 dalam kontes balet itu. Ia beralasan kalau ia ada janji dengan ayahnya. Tidak biasanya chan yoel begitu. Apa ia ada masalah? Sebaiknya aku meneleponnya, jam segini seharusnya ia belum tidur.

Aku menekan angka 4 diponselku, maka akan langsung terhubung padanya. Aku menunggu sampai terdengar lebih dari 3 kali dering, tidak ada yang menjawab. Biasanya ia akan langsung menerima teleponku tanpa menunggu lama. Ia tetap tidak menjawab hingga operator cerewet itu yang menjawab. Aku ulangi lagi meneleponnya untuk ke-2 dan ke-3 kalinya. Hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan mengiriminya pesan.

CHAN YOEL-AH…KAMU SUDAH TIDUR? MIANHAE, AKU GANGGU. BESOK KITA JALAN-JALAN YUK? ^^ ADA SESUATU YG INGIN AKU CERITAKAN…XIXI. AKU TUNGGU DI CAFÉ BIASA YA? ANNYEONG… YOEBOE :p TIDUR NYENYAK!!!!

Pesan itupun terkirim. Tanpa aku sadari, aku menguap. Aku juga harus segera tidur rupanya.

$$$
Secangkir cappuccino hangat tersaji dimeja bundar kecil untuk dua orang. Aku sabar menunggu di sudut ruangan café kopi tempat aku dan chan yoel biasanya menghabiskan waktu. Aku sudah menyiapkan banyak cerita untuknya. Tentu saja tentang kris oppa. Namun sampai jam 10 pagi, ia belum datang. Aku sudah menunggu 30 menit disini, dan sudah memesan cappuccino ke-2ku. Biasanya ia yang akan menunggu, atau ia akan berinsiatif menjemputku ke rumah.

Sampai saat ini tidak terlihat tanda-tanda ia akan datang. Selain itu, ia tidak membalas pesanku tadi malam. Apa ia sakit? Aku mulai khawatir. Tidak biasanya ia seperti ini. Aku mencoba menunggu beberapa menit lagi. Jika ia tidak datang juga, aku akan mencoba meneleponnya.

Aku mulai kesal. Ia belum juga menampakkan dirinya. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar saja dari café itu. Udara sangat dingin diluar, rupanya sebentar lagi akan turun salju. Aku ingin menelepon chan yoel tadi, tetapi ponselku tertinggal dirumah. Chan yoel mungkin tidak akan datang, sebaiknya aku pulang saja. Aku tetap khawatir, semoga ia baik-baik saja.

$$$
“neoui sesangeuro yeorin barameul tago. Ne gyeoteuro eodieseo wannyago. Haemarkge mutneun nege bimirira malhaesseo. Manyang idaero hamkke georeumyeon. Eodideun cheongugilteni….. Mikael boda neon naege nunbusin jonjae. Gamhi nuga neoreul geoyeokhae naega yongseoreul an hae……” aku bernyanyi dengan suara pelan sambil menaiki tangga menuju rumah atapku.“eden geu gose bareul deurin taechoui geu cheoreom….me…” aku berhenti bernyanyi. “omo…hahhh, mengagetkan saja!” aku kaget ketika melihat sosok seseorang sedang melihat-lihat tanamanku.

“ah…Yoon ni-ah! Kamu sudah pulang?!”

Aku langsung melepas headset yang aku pake sejak tadi. “Morago, kris op…pa?” kataku ragu.

Ia tertawa. “ kamu baru pulang? Habis jalan-jalan?”

“ne?” aku kelabakan. “ne…mencari udara segar.emmm…kris oppa sudah lama menunggu? Aku tidak melihat motor kris oppa dibawah. Ada apa ya?” aku mencubiti diriku sendiri. Apa yang baru saja aku katakan?

“haha…” ia menghampiriku yang tertunduk malu. “lumayan lama sih! Aku mencoba meneleponmu, tetapi tidak dijawab.”

“ahh…mian! Ponselku tertinggal! Kris oppa pasti kedinginan? Ayo masuk!” aku segera mencari kunci rumah. Tanganku gemetar karena sedikit kedinginan. Aku tidak bisa menemukan kunci rumahku. “kuncinya dimana sih?” aku kesal sendiri.

“ kemari!!!” kris oppa menarikku pelan ke pelukannya. “ kamu ini, pagi-pagi begini jalan-jalan. Udaranya kan dingin sekali. Lihat bibirmu membiru, kalau sakit bagaimana?”

Aku terkejut setengah mati dan diam saja dalam pelukan kris oppa. “nde?”

“lain kali kalau mau jalan-jalan, bawa sarung tanganmu.” Kris oppa melepaskan pelukannya dan menggenggam tanganku.

“nde?” aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar dan aku alami sekarang. “gomawo!” tanganku mulai terasa hangat dalam genggaman tangan kris oppa.

$$$
Park Chan Yoel POV
Bodohnya aku, aku lupa menaruh ponselku dimana. Kemarin setelah  dari pertunjukan yoon ni, aku meninggalkan ponselku dirumah dan langsung pergi ke rumah Kyung Soo. Aku ke rumahnya hanya untuk mencoba menenangkan diri dan melupakan kejadian yang aku lihat kemarin. Aku masih terus mencari ponselku. Aku mencoba menelepon ponselku sendiri, tetapi tidak ada hasil. Mungin ponselku sudah mati karena kehabisan baterai.

Aku mencoba mengingat-ingat dimana aku menaruhnya. Aku semakin kacau setelah pembantuku bilang kalau semalam terdengar ada yang meneleponku. Aku yakin pasti itu yoon ni. Aku masih dan terus mencari. Hampir 2 jam aku mencari dan ponsel itu ketemu juga. Aku menemukannya berada di bawah kolong kasur. Mungkin ia terjatuh saat aku buru-buru  pergi kerumah kyung soo.

Ponsel itu segera aku carg agar menyala kembali. Terdapat 3 panggilan tidak terjawab dan satu pesan dari Yoon ni. Aku langsung membuka pesan itu. Aku benar-benar sial, jam menunjukkan pukul 12 siang. Yoon ni pasti sudah pulang dan kesal karena aku tidak datang. Aku mencoba meneleponnya dan akan meminta maaf. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Aku mengulangi meneleponnya untuk ke-7 kalinya. Tetap tidak ada jawaban.

$$$
Beberapa menit lagi aku akan sampai dirumah Yoon ni. Sekantung coklat dan makanan kesukaannya telah aku persiapkan untuk meredam amarahnya. Yoon ni tidak akan marah dan melupakan setiap kesalahanku dengan membawa beberapa sogokan.  Aku sudah dekat dengan rumah yoon ni. Dari kejauhan bisa aku lihat yoon ni sedang bersama seseorang. Orang itu seorang pemuda tinggi dan kelihatan keren. Aku memperlambat laju motorku.

Yoon ni menyadari kedatanganku. “ Yoebo!” ia melambaikan tangan padaku.

“morago?” terdengar pemuda yang bersamanya terkejut dengan panggilan yoon ni padaku.

“hehe…chan yoel-ah! Pwalli!!!” ia tersenyum kepada pemuda itu.

Aku segera mendekati tempat mereka. “annyeong!”

“yakkk… kenapa baru datang?” yoon ni menarikku turun dari motorku. “kenalkan yoebo…ini kris oppa!” senyum yoon ni sumringah

“ah ne…annyeong haseyo! Park Chan Yoel imnida!” kataku dengan sopan.

“ne…Kris imnida” pemuda itu melirik ke arah yoon ni. “Yoeboe?”

Yoon ni tertawa. “ah…chan yoel sahabatku.”

“oh..arrasoe! kalau begitu aku pergi dulu. Besok aku jemput. Annyeong” kris terlihat masih bingung dan seperti tidak rela meninggalkan yoon ni denganku.

Yoon ni menarik tanganku. “kaja…diluar dingin tahu.”

“ne..ara! pelan-pelan” kataku tetapi tetap menurutinya dan membiarkan dia menarikku.

$$$
Choi Yoon Ni POV
Chan yoel hanya mengangguk dan mengiyakan semua yang aku ceritakan. Ia tidak atau mungkin belum mengeluarkan komentarnya. Aku menceritakan semuanya dari A sampai Z tetang kris oppa lagi. Aku menceritakan tentang bagaimana kris oppa menyatakan kalau ia ingin aku menjadi pacarnya. Loncat sana loncat sini, aku senang bukan main.

“terus jadinya kamu pacaran sama dia sekarang? Dia namjachingumu sekarang?” chan yoel terdengar penasaran.

Aku akhirnya duduk dan hanya geleng-geleng kepala. “emmmmm….”

“weo? Kok geleng-geleng?”

“not yet… aku belum menjadi pacarnya!” aku cengir kuda.

Chan yoel bingung. “lah kok?”

“soalnya kemaren dia begitu mendadak sey…terus aku kan lagi kesel karena oemma dan appa yang tidak jadi datang.”

“jadi kamu menolaknya?” chan yoel terlihat antusias dan tertawa licik.

Aku memukulnya. “tidaklah….”

“auch…appo, ara!” ia memukulku balik. “terus?”

“aku bilang aku akan menjawabnya saat hari   dimana salju turun” kataku dengan wajah bodoh.

“merong…!” ia mengejekku. “phabo!”

“weo?”

“kalo salju tidak turun, berarti kamu tidak akan pernah menjadi pacarnya? Chinca…phabonika”

Aku kesal melihat chan yoel yang tertawa terbahak. “kamu senang aku tidak jadi pacar kris oppa?”

“ne…” jawabnya singkat dan masih tertawa terpingkal.

“pulang sana! Sana pergi…”aku marah

Ia masih tertawa. “hahahaha…marah ya yoeboe?”

“pulang sana!” aku mendorongnya agar pulang. “sana pergi aku  bilang! Jangan pernah datang lagi….selamanya. tidak usah jemput aku lagi berangkat maupun pulang sekolah. Aku enggak mau liat mukamu. Pulang sana, Park chan yoel.”

“morago?” chan yole berhenti tertawa. “yoon ni-ah…kamu marah sama aku nih?”
“pergi sana!!!” aku mendorongnya hingga keluar rumah. “Park Chan Yoel…shiroeyoe! Noemu shiroe…kha! Khagara guyoe. Tapppenum…” aku menutup pintu dan menguncinya.

$$$
Park Chan Yoel POV
“Yoon ni-ah…mianhae!” aku panik, yoon ni benar-benar marah.

 “kha….shiroe!” teriaknya dari dalam rumah.

“Yoon ni-ah…miannata. Chinca….mianhae. jangan marah dong! Jebal” aku mencoba membuka pintu rumahnya, tetapi sudah dikunci.

“ania….!!!” Terdengar langkah kakinya menjauhi pintu.

Aku mencoba mengintip dari jendela kecil. “Yoon Ni-ah…miannata” tidak terlihat bayangannya. “oke… aku pergi. Annyeong…sampai bertemu besok”

Ragu-ragu, itu yang aku rasakan. Meyakinkan diri kalau yoon ni tidak benar-benar marah, sedikit mengurangi khawatirku. Tidak biasanya ia  marah sampai mengusirku, paling parah ia hanya akan memukulku. Apa aku terlalu keterlaluan tadi? Apa aku  mengatakan sesuatu yang sangat salah? Aku hanya berniat untuk menggodanya, tidak lebih. Walaupun aku juga sangat berharap yoon ni tidak akan memberikan jawabanya pada kris.

Aku pasrah saja, harus rela menerima apapun keputusan yoon ni. Melihat ia senang itu sudah cukup. Menjadi sahabatnya lebih baik daripada menjadi pacarnya. Ia pernah secara tidak langsung mengatakannya kepadaku. Aku sempat kaget juga waktu ia mengatakannya.

$$$ Flashback
Waktu itu kami sedang tanpa sengaja menonton drama disebuah restoran tradisional. Pemilik restoran dan pelayannya terlihat menantikan drama itu. Beberapa pengunjung juga terlihat antusias. Aku dan yoon ni hanya berdecak heran. Khususnya aku,  aku sangat tidak suka menonton drama. Sedangkan yoon ni hanya menonton drama yang pemainnya merupakan actor kesayangannya.

“Yakk…ndo joahe?” aku melirik kearahnya. “biar bisa menonton kan makanya kamu mengajak aku makan siang disini?”

Ia memelototiku. “ania…aku tidak suka drama ini. Menyebalkan….” Ia melahap sesendok penuh sup kimchi dan nasi ke mulutnya yang terlihat kecil kalau sedang tertutup.

“hey…makannya pelan-pelan. Kamu ini kebiasaan.” Ia hanya cengengesan. “habis ini jadi mencari kaset?”

“ne..” kata-katanya tidak terdengar jelas,mulutnya masih penuh makanan.

“ara….” Aku juga mulai melahap makananku.

“lihat-lihat” ia menarik lengan sweaterku. “memang bodoh itu namja!”

“weo?” aku menurutinya untuk menonton drama itu.

“kenapa sih berpacaran lebih dipilih dari pada persahabatan? Kalo sudah sahabatan buat apa minta jadi pacar? Menurut aku tindakannya bodoh, noemu phabo. Persahabatan adalah segalanya dan lebih baik dari pacaran.”

Aku menelan ludah. “weo?”

“mwo?” ia memelototiku lagi. “sudah jelaskan? Orang yang merusak persahabatannya hanya karena ingin menjadi pacar adalah orang paling bodoh dan jahat. Na shiroeyo! Persahabatan kan lebih indah. Betul tidak?”

“ne” aku menghela napas. “kamu benar. Yoon ni-ah, aku ini siapa menurutmu?”

“ndo?” ia terlihat seperti sedang berpikir keras, padahal aku tahu kalau itu hanya acting. “ kamu adalah sahabat terbaikku, my bestfriend. Saranghae,,,”

“ne….saranghanda!” aku mencoba tersenyum, walaupun ada perasaan kecewa dihati.

Sejak saat itu aku sudah mengubur dalam- dalam keinginanku untuk memilikinya. Lebih dari seorang sahabat adalah hal yang buruk. Seperti katanya, tidak ada hubungan yang lebih dari sahabat. Aku tidak tahu dia mendapatkan pemikiran itu dari mana. Tetapi setelah dipikir ada benarnya juga. Pilihan inilah yang terbaik untuk saat ini agar aku tetap berada di sampingnya.
Flasback end

$$$
Choi Yoon Ni POV
Sudah 2 hari aku tidak mendengar kabar tentang chan yoel. Sejak hari dimana aku sangat marah padanya itu, dia tidak pernah menghubungiku. Aku juga enggan untuk mencari tahu. Gengsi setinggi Himalaya dan seluas tembok cina menghalangi aku untuk menghubunginya. Dasar bodoh, dia benar-benar bodoh. Kenapa sama sekali tidak memberi kabar? Apa aku yang harus selalu memohon padanya?

Aku semakin kesal memikirkannya. Memang 1 hari yang lalu ia meneleponku, tetapi aku abaikan. Semua pesan yang ia kirimkan padaku tidak aku gubris. Akhirnya ia menyerah dan berhenti mencoba membujukku. Ada rasa menyesal karena mengabaikannya. Seandainya ia berusaha lebih keras untuk membujukku, aku pasti akan memaafkannya.

“ahh….park chan yoel phabo! Kenapa tidak menghubungiku lagi?” aku tidak henti-hentinya mengutak-atik ponselku.

Hye sun geleng-geleng kepala. “Ya sudah…kamu yang menghubunginya.”

“shiroe…” ponsel itu sudah beralih tempat ke dalam kantung seragamku.

“weo? Apa salahnya? Sahabat sendiri juga…pwalie!”

Aku berpikir panjang. “gengsi ah…toh dia yang salah. Shiroe…”

“ terserah deh… awas saja kalo kamu uring-uringan terus mikirin dia. Kalian ini kayak pacaran saja.”

“morago?”

“kamu sama chan yoel..” ia memasukkan sepotong cookies ke dalam mulutnya. “…kayak orang pacaran saja. Sebentar-bentar berantem, ntar baikan. Pusing aku..”

“yakkk…aku sama chanyoel hanya sahabatan.lagian sahabatan lebih baik dari pacaran.”

Hye sun tertawa. “hahaha…. Kalo begitu kenapa tidak sahabatan saja sama kris oppa? Buat apa kamu mau pacaran sama dia?”

“mwo?” aku kaget mendengar kata-kata hye sun. “kalo soal itu sudah beda. Aku sudah terlanjur suka sama dia, terus…” aku diam dan memandangi hye sun yang menunggu jawabanku. “akan sulit menjalin persahabatan dengan ada rasa suka didalamnya. Ahhh….aku bingung harus bilang apa. Intinya berbeda situasi.”

“ara…jadi kamu tetap tidak mau menghubungi chanyoel?”

“sebenarnya, selain karena gengsi….aku sudah menghapus nomor ponselnya.”

“phabo… aku ada nomor ponselnya, tetapi katamu dia ganti nomor.”

“ne…aku tidak hafal nomornya yang baru.”

Hye sun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah hendak meninggalkan kantin.

“mau kemana?”

“ke kelaslah…bentar lagi masuk.”

Aku melirik ke arah jam dinding besar kantin tepat diatas pintu masuknya. “oh…matta! kaja” aku menarik paksa hyesun.

$$$
Park Chan Yoel POV
aku turun dari bis dihalte yang tepat berada sebelum halte bis di depan sekolah Yoon ni. Aku sengaja tidak membawa motor hari ini agar bisa menemui yoon ni. Aku harap ia belum pulang. Aku berjalan menuju sekolah yoon ni. Mengira-ira aku akan sampai tepat ketika ia pulang. Bukannya aku tidak mau menunggu, hanya saja aku memang benci menunggu.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah yoon ni. Terdengar bel sekolah yang menandakan waktu jam sekolah yang telah usai. Aku mempercepat langkahku dan siap menghadang yoon ni di pintu gerbang. Dari kejauhan aku melihat beberapa murid meninggalkan sekolah. Setengah berlari aku menuju gerbang sekolah yoon ni. Beberapa murid melihat ke arahku, mungkin karena aku mengenakan seragam yang berbeda dengan mereka.

“annyeong haseyo…” aku mencoba menyapa mereka ramah.

Tatapan mereka makin aneh padaku. Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Aku tidak ada niat untuk mengajak tawuran. Apa karena aku menyapa mereka?

“biarlah… aku tidak peduli” gumamku dengan wajah dan tingkah yang sebenarnya merasa malu.

$$$
KRIS POV
Aku melangkah dengan wajah cemberut di sepanjang lorong sepi menuju kelas Yoon Ni. Aku mengemban tugas yang menurutku sangat merepotkan dari Jun Myeon. Tetapi ia terus memohon padaku dengan wajah memelasnya, dan aku benci akan hal itu. Dalam hati aku mencoba mengingat dengan persis  apa yang harus aku katakan dan aku lakukan menurut permintaannya. Aku menarik napas  dan menghembuskannya dengan malas. Kenapa aku yang jadi grogi?

“ah..oppa!” hye sun terlihat tidak sabar.

“ah..ne! sudah lama menunggu?” aku berbasa-basi

Ia tersenyum. “ne… ada apa? Yoon Ni sebentar lagi kembali. Atau kita temui saja dia?”

“ania… memang dia kemana?”

“menemui min ah sesannim…biasa menyusun waktu latihan. Sebentar lagi akan ada kontes balet lagi.”

Aku menghela napas. “syukurlah dia tidak ada”

“weo?” hye sun terlihat bingung.

“aku ada keperluan penting denganmu. Tetapi aku tidak mau kalau ia sampai tahu”

“mwo?”

“dengarkan baik-baik, aku serius!”

$$$
Choi Yoon Ni POV
Senangnya bukan kepalang, akhir minggu ini salju akan turun. Tadi aku sempat membaca koran di ruangan guru ketika menunggu min ah sesannim. Turun salju adalah pertanda baik, semua impianku akan terwujud. Otakku penuh dengan hayalan ini dan itu. Aku membayangkan bagaimana reaksi kris oppa, jika aku mengatakan kalau aku juga menyukainya. Tetapi yang lebih mengganggu pikiranku adalah, bagaimana aku harus menemuinya akhir minggu ini? Apa yang harus aku kenakan? Bagaimana aku harus berbicara?

Lorong menuju kelasku sudah sangat sepi. Aku jadi tidak enak hati dengan hye sun, ia pasti sudah bosan menungguku. Aku mempercepat langkah kakiku. Sayup-sayup terdengar suara hye sun dan seseorang. Aku mengenali suara itu, kris oppa, dialah pemilik suara indah itu. Terbersit niat untuk mengejutkan mereka berdua. Aku mengendap-endap mendekati pintu masuk kelasku. Aku mencoba sebisa mungkin agar mereka tidak menyadari kedatanganku.

“Sebentar lagi akan ada kontes balet lagi.” Aku mendengar dengan jelas suara hye sun

“syukurlah dia tidak ada” aku terkejut, itu suara kris oppa. Apa maksud perkataannya?

“weo?” hye sun terdengar bingung. Aku semakin mendekat ke pintu.

“aku ada keperluan penting denganmu. Tetapi aku tidak mau kalau ia sampai tahu”

“mwo?” hye sun terkejut.

“dengarkan baik-baik, aku serius!” jantungku semakin berdegup kencang mendengar nada suara kris oppa yang serius.

Aku masih tetap menguping dan mengurungkan niat untuk mengagetkan mereka. terdengar kris oppamenghela napas. “hye sun-ah… aku memang tidak seperti yang kamu harapkan. Aku tidak seperti namja ideal keinginanmu. Kau begitu sempurna untuk disandingkan denganku. Pasti banyak namjadeul yang lebih sempurna dari padaku yang selalu mengelilingimu. Tetapi, bisakan aku menyukaimu? Bolehkah?”

“mwo? Jangan bercanda deh kris oppa!”

Aku terdiam, sesak rasanya dada ini. Aku mencoba bersabar dan menguping lagi. Sekarang aku mencoba mengintip. Aku penasaran, apakah itu benar suara kris oppa atau bukan? Aku melihat kris oppa berlutut.

“maukah kau menjadi pacarku?” Ia mengeluarkan sebuak kotak dari dalam sakunya.

Aku hampir pingsan karena tidak bisa bernapas. Aku mencoba tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Tetapi setelah melihatnya sendiri, hatiku terasa sakit. Dadaku terasa sesak tidak karuan. Aku langsung membalik badanku dan berniat meninggalkan tempat itu sebelum mendengar jawaban dari hye sun.

$$$  
KRIS POV
“maukah kau menjadi pacarku?” aku mengeluarkan sebuak kotak dari dalam sakuku

Hye sun terlihat kaget. Aku mengumpat kesal dalam hati dengan apa yang sedang aku lakukan sekarang. Bagaimana kalau ada orang lain yang lihat?

“maukah kau menjadi pacarku?” aku mengulangi perkataanku sekali lagi.

Hye sun terkekah. “yak…kris oppa? Jun myeon yang menyuruhmu melakukan ini?”

Aku menghela napas dan kembali berdiri. “ne… benar-benar merepotkan. Jadi bagaimana jawabanmu?”

“kenapa sih bukan dia sendiri yang bilang?”

“katanya ia takut mendengar jawabanmu.”

Hye sun tertawa terbahak. “dasar anak itu! Bagaimana kalau ada orang lain yang lihat. Mereka pasti mengira kris oppa yang menyatakan cintanya padaku. Untung yoon ni tidak ada.”

“ne…jadi bagaimana ini?”

“bilang padanya katakan sendiri akhir minggu ini. Kalau tidak awas!!!!” hye sun semakin tidak dapat menahan tawanya.

“ne arasoe!!! Yoon ni mana? Kenapa belum kembali?”

Hye sun segera mencari ponselnya. “tunggu sebentar.” Hye sun terlihat sedang mengirimi yoon ni  pesan.

Aku dan hey sun terdiam sebentar dan kami terkadang tersenyum mengingat apa yang telah terjadi tadi. Ponsel hye sun berbunyi.

“dia menyuruhku pulang duluan katanya. Ia masih da urusan dengan min ah sesannim. Kenapa tidak biang dari tadi sih?”

“sabar… aku antar pulang?”

Hye sun pura-pura menimbang. “boleh saja… asal tidak merepotkan kris oppa.”

“ne kwaenchana… kunde bisa tolong tanya yoon ni jam berapa ia akan selesai?”

“aigoo… arasoe!”

$$$
Choi Yoon Ni POV
Sepi dan sendiri, merasa sakit hati dan terhianati. Semuanya campur aduk dalam diriku sekarang. Aku sedang terduduk di kursi tempat kris oppa sering tertidur. Tempat yang sering aku lihat dari tempat persembunyianku. Tempat yang sangat aku favoritkan. Disinilah pertama kali aku melihat kris oppa yang sedang tertidur. Saat itulah aku mulai menyukainya. Rasanya begitu bahagia saat itu. Tetapi sekarang semua telah hancur. Kurasa aku akan mulai melupakannya atau mungkin aku akan membencinya.

Ponselku aku berbunyi lagi. Nama hye sun tercantum disana, sedari tadi dia mengirimiku pesan tetapi tidak aku gubris. Akhirnya ia meneleponku.

“yumseo…” aku mencoba terdengar tenang

“kenapa pesanku tidak dibalas?” terdengar suara hye sun di seberang, ia terdengar senang.

“mianhae…aku belum membacanya. Ada apa?”

“emmm…kamu pulang jam berapa? Biar nanti kris oppa jemput”

Dadaku merasa sesak lagi mendengar nama itu. “nde? aku tidak tahu. Nanti aku kabari, annyeong” aku segera memutuskan sambungan telepon itu.

Airmata hampir mengalir. Aku berusaha untuk tidak membiarkannya membasahi pipiku. Kutarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Aku harus segera pulang.

$$$
Park Chan Yoel POV
Aku hampir putus asa menunggu. Yoon ni tidak kunjung terlihat sedangkan sekolah sudah hampir sepi. Sempat terpikir kalau yoon ni telah pulang bersama kris dan aku berniat untuk pulang. Tetapi beberapa saat yang lalu aku melihat kris pulang dengan hye sun, teman dekat yoon ni.

“Yoon Ni…kamu dimana?” aku mulai khawatir. Kuambil ponselku dan hendak menelepon yoon ni.

Seseorang melintas didepankan. Aku kaget setengah mati sekaligus senang ketika mengenali sosok yang baru saja lewat didepanku. Akhirnya yoon ni kelihatan juga.

“yoon ni-ah…” panggilku dan segera menyusulnya. Ia tidak menjawab. “Yoon Ni-ah…kenapa baru pulang?” ia tetap acuh tak acuh. “yoon ni-ah…” aku segera menghalangi jalannya.

“oh…chan yoel-ah” ekspresi yoon ni terlihat aneh, seperti hanya raganya saja yang disini sedangkah pikiranya entah kemana.

“we gurrae?”

“ania…genyang…ania” ia segera naik ke bis yang baru saja tiba.

Aku juga ikut terdiam dan tidak berani  bertanya lebih lanjut. Tatapan mata yoon ni jauh menerawang keluar jendela. Aku seperti duduk dengan patung saja, ia sama sekali tidak menggubris keberadaanku.

“yoon ni-ah” tidak ada jawaban. “ yoon ni-ah!” ulangku

“nde?”ia tetap tidak menatapku.

“ tadi aku melihat hye sun pulang dengan kris…kenapa bukan kamu yang pulang dengan kris? Aku kira…”

“ara…” ia memotong perkataanku. “arasoe! Memangnya siapa aku? Harus pulang dengan kris oppa…obsoe! Nega obsoe” tatapan matanya berubah sedih

“ndo kwaenchana? We gurrae?” aku khawatir

“animida…kemanhae! Aku tidak mau membicarakannya sekarang.”

Aku terdiam, menuruti apa kemauan yoon ni. Mataku tidak henti-hentinya memperhatikan semua ekspresi wajahnya. Ada yang tidak beres dengan yoon ni hari ini. Ia terlihat begitu kacau. Kami terdiam cukup lama. Beberapa kali aku lihat yoon ni menghela napasnya.

Tiba-tiba terbersit sebuah ide di kepalaku untuk memecah kecanggungan diantara kami. Aku segera mengambil i-pod yang memang tidak pernah lupa aku bawa. Musik mengalun indah di telingaku setelah earset terpasang disitu. Setelah memilih lagu kesukaan aku dan yoon ni, aku memasangkan sebelah earsetku di telinga yoon ni.

“ini… aku yakin kamu pasti suka!” aku menawarkannya pada yoon ni.

“emm..” ia tetap kaku

Aku merasa yoon ni akan menangis, tetapi  ia selalu menghela napasnya untuk menenangkan diri. Kami terus terdiam sepanjang perjalanan pulang. Aku semakin khawatir melihatnya dengan tatapan kosong itu. Seandainya aku bisa membaca pikirannya.

$$$
Jalanan cukup padat. Bis yg kami tumpangi melaju dengan pelan. Aku mencoba mengalihkan perhatianku dari yoon ni ke jalanan yang ramai. Terkadang aku juga menghela napas. mencoba menebak- nebak apa yang ada di dalam pikiran yoon ni. Aku mulai tertular kebiasaan yoon ni. Setelah  sekian lama menatap ke arah jalanan yang macet, aku pusing juga.

Aku mencoba sekali lagi memecah keheningan antara aku dan yoon ni. “Yoon ni-ah” tetap tidak ada jawaban.

Aku menoleh ke arah yoon ni, ternyata ia tertidur. Sesekali kepalanya terantuk ke jendela. Segera mungkin aku menyelamatkan kepalanya yang akan terantuk untuk kesekian kalinya. Dengan perlahan aku menyandarkannya dipundakku. Aku berusaha sepelan mungkin, jangan sampai ia terbangun.

Wajahnya terlihat begitu tenang saat tertidur. Ia mungkin merasa lelah sekali. Tak henti-hentinya aku memperhatikan wajahnya yang tertidur. Hatiku merasa damai melihatnya. Sesekali aku tersenyum  bahagia,bahagia bukan kepalang. Senyumku tiba-tiba hilang, aku melihat sesuatu yang mengkilap diujung mata yoon ni. Apakah ia menangis?

$$$
Aku mengkutinya dari belakang dengan perlahan. Tatapan matanya yang kosong itu kembali aku lihat. Aku lebih suka melihatnya tertidur saja tadi. Langkah kakinya terdengar terseok-seok. Aku merasa ada sesuatu yang berat di pundaknya.

Kini ia menaiki tangga menuju rumahnya. Aku khawatir melihatnya, takut-takut kalau ia akan terpeleset. Langkah kakinya semakin berat. Aku yang sedari tadi menjaga jarak, sekarang semakin mendekat. Yoon ni tidak berkomentar, ia tetap bergelut dengan pikirannya sendiri.

“sampai kapan kamu mau mengikutiku?” yoon ni angkat bicara setelah berhasil menemukan kunci rumahnya.

Aku sedikit kikuk. “mwo? Emmm… aku masih tidak boleh ke rumahmu?”

“ania…” ia menghela napas. “terserah kamu saja.!”

Yoon ni dengan sembarang melepas sepatunya dan dengan malas menaruh tasnya di meja belajar.  Kemudian ia merebahkan diri di kasur mungilnya dengan malas. Diambilnya selimut yang tepat berada dibawah  kakinya. Ia telah bersembunyi di bawah selimut itu sekarang, masih dengan seragam sekolah dan kaos kakinya. Ini tidak seperti kebiasaan yoon ni.

“yoon ni-ah…! Sudah makan?”

“emmm…” ia hanya menggeram

“tidak ganti baju dulu baru tidur?”

“nanti…. Kamu pulang saja” suaranya terdengar hanya berupa geraman saja

Aku semakin bingung. “aku diusir?”

“ania… aku hanya mau tidur. Aku capek”

Tiba-tiba ponsel yoon ni berdering. Sebuah panggilan masuk menunggu untuk dijawab. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan di dalam selimutnya, yang pasti ia terlihat sedang mencoba mengeluarkan ponselnya dari saku roknya. Ponsel itu tetap berdering, tidak ada tanda yoon ni akan menjawabnya.

$$$
Choi Yoon Ni POV
Aku merogoh saku rokku dengan susah payah untuk mendapatkan ponselku. Aku segera melihat layarnya. Hatiku semakin kesal setelah tahu dari siapa panggilan itu. Aku tidak ada niat untuk menjawabnya dan membiarkannya terus berdering. Chan yoel pasti sangat heran sekarang.

“kenapa tidak dijawab?”  kata chan yoel

“emmmm…” aku hanya mengerang.

Bukannya pulang, chan yoel malah menyalakan televisi. Aku sedang malas berurusan dengan siapapun untuk saat ini, jadi aku mengabaikannya saja. Ponselku berhenti berdering. Aku memejamkan mata, mencoba untuk tidur lagi. Tidurlah yang mampu menenangkanku sekarang.

Aku hampir tertidur lelap,  namun ponselku berbunyi lagi. Aku lihat layar ponselku, orang yang sama lagi yang menelepon.

“chan yoel-ah” aku mengjulurkan tanganku dari balik selimut. “ ini!!!”

“hahhh?” ia terdengar bingung

Aku menggoyangkan tanganku tidak sabar. “ jawab! Bilang aku sudah tidur”

“mwo?” ponselku telah berada ditangannya sekarang. “kris? Weo?”

“cepat jawab…berisik tahu”

“yomseo?” chan yoel akhirnya menjawab telapon itu. “ah aku chan yoel, kris… yoon ni sudah pulang!” chan yoel terdiam sebentar, menunggu jawaban dari seberang. “dia sedang tertidur sekarang. Moodnya sedang jelek.”

Aku segera menyembulkan kepalaku dari balik selimut. “mwo? Ndo...” aku mengomel tanpa suara

Chan yoel nyengir kuda. “aku bercanda…ia sepertinya kecapekan, jadi langsung tidur tadi……….. oh iya, nanti aku sampaikan.”

“apa katanya?” aku penasaran tetapi tetap kesal pada kris sunbae.

“katanya besok pagi, ia akan menjemputmu”

“tidak perlu” aku kembali membenamkan diri didalam selimut. “chan yoel, bisa kan jemput aku saat berangkat dan pulang sekolah? Bisakah kau datang lebih awal?” suaraku tersedat, sepertinya ada yang mengganjal di tenggorokan. “mau kan?”

“lalu kris bagaimana?”

“kalau tidak mau, ya sudah! Aku pake bis saja”

“ania…aku bisa kok!” kami berdua hening beberapa saat. “kamu tidak makan?”

“emmm…aku masih kenyang”

“aku carikan makanan ya?”

“tidak perlu” aku menolak dengan halus.

“aku pergi… makanan seperti biasakan?”

Terdengar langkah kaki menjauh, kemudian suara pintu yang tertutup. Chan yoel sudah pergi, aku semakin merasa sesak. Suasana yang hening, terlalu hening semakin terasa menusuk di dada.

To be Continued>>>>>

Tidak ada komentar: