Oktober 28, 2012

[FanFict] You're Not My Destiny (Sequel: Don't Love Me Like That)




Author: Choi Ye Joon/ Yunn Wahyunee/ @yunsurya_elf

Casts: You as Choi Yoen Ni
Yesung as Kim Jong Won
Donghae as Lee Dong Hae
Yoon Ah as Im Yoon Ah

Other Casts: Kris as Kris
Key as Kim Kibum
Tao as Tao
Soehyun as Soe Joo Hyun
Heebum (heechul’s cat) as kitty ….etc

Genre: Romance, Sad

Length: One Shoot (SEQUEL:  Don’t Love Me Like That)

Words: 14.977

Summary: Aku mencintaimu, tetapi kamu bukan takdirku. Tidak seharusnya kita bersama, karena mereka akan tersakiti. Kita bukan orang yang egois kan?



(FF ini mengandung beberapa kalimat dalam bahasa inggris. Mohon maaf apabila bahasa inggrisnya berantakan. Maklum, orang Indonesia asli. Jangan mencela, jebal???No COPAS tanpa permisi)

\(^.^)/ @ Canada

Yoeja itu mencoba dengan sabar menunggu. Beberapa orang melintas didepannya, tetapi ia tidak menghiraukannya.  Ketika ia sendiri, kenangan-kenangan itu mulai hadir kembali. Kenangan yang indah namun menyakitkan. Kenangan yang selalu ingin ia lupakan.

Miss Choi” panggil seorang perawat.

Yes?” jawab Yoen Ni setengah terkejut.

Come in! Doctor waiting for you

Thank you!” ia tersenyum pada perawat itu.

Yoen ni memasuki sebuah ruangan yang sangat familiar baginya. Ia  tidak menemukan dokter yang dimaksud di ruangan itu. Yoen ni memilih untuk duduk saja, ia tidak cukup kuat untuk berdiri lama. Ia memandangi meja dokter itu, ada sebuah foto disana. ia mengambil foto itu dan tersenyum melihatnya.

“ kenapa senyam-senyum?” suara namja membuat ia menoleh.

“ooooh… mianhae dokter Lee” yoen ni segera meletakkan foto itu. Gerak-geriknya kaku.

Dokter lee  tertawa. “ chagiya… ada apa denganmu?”

“aku bercanda! Merong #:P#” yoen ni tertawa  terbahak. “ dari mana, oppa?”

“ini…. oppa habis mengambil hasil pemeriksaanmu!” dokter lee geleng-geleng kepala

Yoen ni mengerutkan kening. “otthe? Masih belum membaik?”

“emmmmm….”

“bagaimana hasilnya?” yoen ni harap-harap cemas

Dokter lee menunjukkan ekspresi sedih. “ Sayang sekali….”

“apa?” yoen ni semakin penasaran. “ kakiku semakin parah?” yoen  ni menunggu. Tidak ada jawaban. “yaakkkkk… lee donghae!bagaimana hasilnya? Jangan buat aku penasaran”

“sayang sekali…” muka donghae serius. “ I will not see you again” donghae tersenyum dibuat-buat.

“morago? Maksudnya apa…oppa?”rengek yoen ni

“kakimu sudah sembuh… malapetaka” donghae kembali murung

Yoen ni bingung. “kenapa oppa tidak senang?oppa tidak suka aku sembuh?”

Donghae berdiri dari kursinya dan menghampiri yoen ni. Ia membantu yoen ni untuk berdiri. “aku sangat senang” ia memeluk yoen ni. “tetapi aku juga sedih… kamu  akan meninggalkanku kan?”

“ania oppa” yoen ni membalas memeluk donghae dan mencoba menenangkannya.

“kamu sendiri yang bilang. Jika kakimu sembuh, kamu akan kembali ke Korea” donghae semakin mempererat pelukannya.

“ne… aku akan kembali ke Korea. Tetapi aku akan tetap menyukai oppa, dan itu tidak akan berubah. Aku tidak akan melupakan oppa”

Donghae melepaskan pelukannya. “aku akan percaya”

“oppa!” yoen ni kesal. “maksud oppa apa? Oppa tidak percaya padaku?”

“ania… oppa hanya tidak pernah dengar kata kamu ‘mencintai’ oppa”

Yoen ni tertawa kecil. “oppa…. Oppa kekanak-kanakan sekali sih?” yoen ni melihat wajah donghae berubah serius. “saranghaeyoe, oppa!”

“kamu tidak terpaksa kan?”

“ania… sumpah! Aku sangat mencintai Lee…. Dong….hae” yoen ni segera memeluk donghae erat.

Me too

“ehem….ehem…” kris berdehem dari arah pintu. “ do you enjoy it?”

Yoen ni yang menyadari  ada kris segera melepaskan pelukannya. “kris oppa?”

“ne… noemu joahe” donghae tidak mau melepaskan pelukannya.


\(^.^)/

2 tahun 33 hari, selama waktu itulah yoen ni meninggalkan Korea dan semua kenang-kenangannya disana. 1 tahun 139 hari, yoen ni mengenal lee donghae. Seorang namja yang mau menerima dia sebagai Choi Yoen Ni. Dan 369 hari sudah, keluarganya kembali utuh dengan ayah dan ibunya yang kembali bersatu.

Yoen ni merasa keputusan yang dia ambil saat itu sangatlah tepat. Membuang kenangan itu membuat dia mendapatkan hidup yang lebih baik. Ia menemukan lagi keluarganya yang utuh dan seseorang yang sungguh-sungguh mencintainya.

Lee Donghae adalah seorang dokter orthopedic,  senior dan teman dekat kris. Ia bagaikan keajaiban yang hadir  untuk yoen ni. Dialah namja yang mampu membantu yoen ni untuk  bisa berjalan kembali dan namja yang pada akhirnya mengisi  hati yoen  ni.

good bye!” yoen ni melambaikan tangannya kepada donghae.

“Kris, aku titip nyawaku padamu” teriak donghae

Kris yang tidak  mendengar dengan jelas kata-kata donghae karena suara musik didalam  mobilnya hanya melongo. “apa hyung?”

Donghae mendekat dan memasukkan kepalanya ke dalam mobil melalui jendela. “jaga nyawaku baik-baik!”

“oppa!” yoen ni merasa malu karena wajah donghae  sangat dekat dengan wajahnya. “oppa… minggir!”

“ne… hyung! Percayakan padaku! Yoen ni is my precious little sister” kris hanya tertawa.

Yoen ni mencoba menjaga jarak dari wajah donghae. “oppa… keluar! Cepat!”

never!” donghae semakin mendekatkan wajahnya. “popo!” donghae menyodorkan pipinya.

“kris oppa… help me!” yoen ni memohon

Kris memalingkan wajahnya. “woooohuuuu… I’m not see it

Hurry up! Or you can’t go!

“arasoe!” yoen ni mengalah dan  memberikan kecupan dipipi donghae. “pergi… aku mau pulang!”

“gomawo..chagiya! annyoeng… oppa akan menemuimu nanti”

Yoen ni hanya  diam dan melambaikan tangan. Ia sangat malu saat ini., terutama pada kris. Sedari tadi kris hanya menoleh kearahnya dan kemudian tertawa. Yoen merasa risih dengan  kelakuan kris  itu. Selama  perjalanan kris hanya diam dan sesekali bergumam mengikuti musik yang ia putar.

“oppa! Kalau ada yang dipendam katakan saja” yoen ni sudah tidak sabar

“ania… oppa tidak memendam apa-apa” kris menahan  tawa.

Yoen ni mencubit kris pelan. “oppa!” rengek yoen ni manja. “oppa tahu aku bukan tipe yoeja seperti itu. Aku hanya tidak mau mengecewakan donghae oppa”

And then?”

“oppa jangan senyum-senyum seperti itu! Menyebalkan sekali”

“oppa tidak menertawakanmu!” kris tetap berkonsentrasi pada  jalan. “oppa hanya senang. Yoen ni yang dulu oppa kenal sudah kembali. Yoen ni yang periang, manja dan nakal. Oppa juga senang kamu sudah bisa berjalan lagi. Oppa senang kamu baik-baik saja”

“aku memang selalu baik-baik saja kan oppa?” yoen ni tidak mengerti

“yaaaa” kris  menghela napas. “You always fine,,,, (but not a few years ago!#kata kris dalam hati#)

\(^.^)/

“noona!” tao berlari menghampiri yoen ni yang baru turun dari mobil.

“mwo?” yoen ni heran melihat tao yang berlari ke arahnya.

Kris segera menghalangi. “mau apa kamu?”

“yakkkk… hyung!” tao mengerem. “hyung….minggir!”

“kamu mau apa? Yoen ni masih sakit…”

what? abushi bilang noona sudah sembuh! Aku mau kasih selamat”

Kris menarik tangan tao dan tangan yoen ni kemudian membuatnnya berjabat. “sudah kan?”

“hahahaha” yoen ni tertawa. “oppa… kasihan tao!” yoen ni menyuruh kris menyingkir. “kaja… kamu mau mengucapkan selamat kan?”

“merong #:P#” pada kris. “ noona… I love you” tao memeluk yoen ni erat. “akhirnya noona bisa lomba lari lagi denganku”

“eyyy…” kris menjitak kepala tao. “kamu ini ada-ada saja. Yoen ni tidak boleh berlari”

“mianhae tao-ya… noona tidak bisa berlari. Kita jalan-jalan saja yak?”

“sudahlah yoen ni-a… jangan dengarkan dia! Lihat umur tao-ya!”kris menggulat tao

“kris oppa dan tao sama saja!” yoen ni memutuskan masuk kedalam rumah.

Selama di Canada yoen ni tinggal dirumah keluarga kris. Ibu kris adalah saudara ayahnya. Ayah kris yang keturunan china asli sangat menyayangi yoen ni karena ia tidak mempunyai anak perempuan. ayah dan ibu yoen ni sudah kembali ke korea setahun yang lalu, jadi kris dan keluargalah yang mengurusinya. Ayah dan ibu kris sudah dia anggap seperti ibu dan ayah kandungnya.

“oemma!” yoen ni memeluk  ibu kris erat. “appa mana?”

“anak perempuanku yang cantik! Selamat kakimu sudah sembuh. Tetapi sayang sekali kamu harus kembali ke korea. Appa sedang di halaman belakang”

“oemma jangan sedih…  yoen ni akan sering ke sini kok! Aku ke appa dulu ya?” yoen ni  melangkahkan kakinya dengan pasti.

“yoen ni-a…. jangan jingkrak-jingkrak!” kris menasehati.

“arasoe oppa!” yoen ni berjalan mengendap-endap.

“tao mana?” tanya ibu kris

“tadi temannya datang, jadi ia langsung pergi” kris menyusul yoen ni.


\(^.^)/

Donghae tidak melepaskan pandangannya dari yoen ni, yoeja yang sangat ia cintai. Ia terus mengenggam tangan yoen ni erat. Hari ini  ia sedang mendapat libur dari rumah sakit. Kesempatan ini tidak akan ia sia-siakan, karena mungkin ia  tidak akan bertemu lagi dengan  yoen ni.

Yoen ni terus saja terdiam sejak tadi. Wajahnya terlihat murung, namun ia tetap  cantik dan manis. Kaos berwarna putih dengan sweater berwarna aqua blue membukus badannya. Celana warna hitam yang menutupi setengah pahanya membuat ia semakin manis. Sepatu tanpa heals tetap tidak merusak penampilannya. Donghae senyum-senyum sendiri memperhatikan gaya berpakaian yoen ni.

“oppa kenapa?” yoen ni memperhatiakn dirinya dari kepala sampai ujung kaki. “ada yang aneh?”

“ania… yepposoe!  Hanya saja mianhae… kamu  tidak akan bisa memakai  high heels seperti yoeja pada umumnya. Oppa tidak berhasil menyembuhkan kakimu secara sempurna.”

“oppa…”  yoen ni tersenyum hangat. “aku tidak suka pakai high heels, jadi oppa tenang saja. Aku bisa berjalan saja suatu keajaiban. Oppa adalah keajaibanku”

Donghae mempersilahkan yoen ni duduk disebuah bangku taman. “kamu juga adalah keajaiban buat oppa. Tetapi, keajaiban oppa akan pergi meninggalkan oppa”

“mianhae oppa!” yoen ni menyandarkan kepalanya di pundak oppa. “seandainya aku bisa, aku ingin tinggal saja disini”

“kalau begitu lakukan!” donghae memohon

“mustahil oppa… oemma dan appa memintaku untuk pulang. Sudah waktunya aku mengurusi cafĂ© oemma. oemma  dan appa seharusnya bisa santai sekarang”

Donghae menghela napas.  tiba-tiba ada ide bagus yang terbersit diotaknya. “yoen ni-a”

“nde?” yoen ni menatap donghae.

“oppa akan ikut bersamamu ke Korea” kata donghae yakin.

“morago?”

Donghae memegang pundak yoen ni erat. “oppa akan meminta untuk dipindahkan ke  Korea.”

“andwae… pihak rumah sakit tidak akan mengizinkan. Oppa tahu sendiri, karier oppa akan hancur jika oppa meninggalkan Canada.”

“ania… jika ada rumah sakit di Seoul yang meminta oppa untuk bekerja disana, karier oppa  tidak akan hancur”

“tetapi sekarang tidak ada kan?”

“oppa akan mencarinya. Maukah kamu menunggu oppa?”

Yoen ni terdiam. “aku akan menunggu oppa. Tetapi oppa jangan  nekat meninggalkan Canada dan merusak karier oppa hanya untuk menyusulku. Aku akan sangat marah”

“arasoe!” donghae kembali menyandarkan kepala yoen ni ke pundaknya. “oppa akan mencari cara terbaik dan tercepat untuk menyusulmu ke Korea. Saranghaeyo.. chagiaya”

“saranghaeyo…oppa! Emmmm…” yoen ni menghentikan kalimatnya.

“waeyo?”

“besok aku akan kembali ke Korea”

“mwo?”

Yoen ni segera memeluk donghae. “mianhaeyoe oppa! Aku harus kembali besok. Tidak bisa ditunda”

“tetapi besok adalah 15 oktober!”

“saengil chukka hamnida oppa! Mungkin aku tidak akan sempat mengucapkannya besok. Joengmal mianhae.” Yoen ni mencium pipi  donghae lembut. “aku harus pulang oppa! Aku harus menyiapkan barang-barangku”

Donghae hanya diam. Ia tidak menyangka yoen ni akan pergi secepat itu. Ia  tidak habis pikir, yoen ni akan melewatkan ulang tahunnya dan  memilih kembali ke Korea. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam.  Semua rencana menyenangkan yang ia susun untuk hari  ini dan besok gagal total.

\(^.^)/

Ibu kris meneteskan airmata. Ia tidak rela yoen ni harus meninggalkannya sekarang. Donghae hanya diam, ia tahu semuanya akan sia-sia jika ia mencoba menghalangi yoen ni pulang.  Ia tidak mau terlihat sebagai orang yang egois. Mungkin saja yoen ni sudah rindu dengan orang tuanya.

“oemma… gomawo selama ini oemma mau mengurusiku.” Yoen ni memeluk ibu  kris erat.

“ne…chagiya!” ibu kris masih meneteskan airmata.

Yoen ni bergantian memeluk ayah kris. “appa…gomawo! Appa  tidak memberi tahu  oemma dan appa di Korea kan? Aku ingin ini menjadi kejutan”

“ne… rahasiamu aman pada appa!”

“kaja….” Kris membawa barang-barang yoen ni. “kamu tidak mau ketinggalan pesawat kan?”

“ne… oppa!”

Donghae membukakan pintu mobil untuk yoen ni. Raut wajahnya sedang tidak baik. Kris hanya tersenyum melihat donghae yang mengambek. Kris duduk di kursi belakang dan donghae yang menyetir.

46 menit kemudian mereka sampai di bandara.

“annyeong oppa!” yoen ni mengucapkan kata perpisahan pada kris.

“jaga diri baik-baik… my lovely little sister  kris memeluk yeon ni

“aku akan merindukan oppa! Oppa harus menjengukku ke Korea ya?”

“oppa janji!” kris akan menyium kening yoen ni.

“andwae…” donghae yang tadi diam menghalangai. “kalian ini sepupuan apa pacaran?”

“keduanya hyung!” kris semakin memeluk yoen ni erat. Ia senang melihat donghae kesal.

Donghae memisahkan yoen ni dari kris. “andwae… yoen ni milikku. Kamu mau mati hahhhh?” donghae memelototi kris.

“mianhae…   hyung! Silahkan..” kris mengalah

Yoen ni menahan tawa. “donghae oppa kenapa?”

“dengarkan oppa….jangan dipotong” donghae mengultimatum

“ne…oppa!”

“oppa terima kamu memilih pergi dari pada merayakan dulu ulang tahun oppa disini. Tetapi oppa berjanji akan menyusulmu segera. Oh ya…  jangan pernah berlari, jangan jingkrak-jingkrak dan jangan pakai high heels. Oppa  takut nanti kakimu kenapa-napa disaat oppa tidak ada disana. arayoe?”

“siap oppa!” yoen ni hormat.

“cepat sana pergi!” kris menghalangi donghae yang mau memeluk yoen ni. “sana pegi!”

Yoen ni hanya tertawa dan donghae kesal bukan main pada kris. Donghae dan kris hanya melambaikan tangannya mengiringi yoen ni yang memasuki ruang tunggu penumpang. Beberapa menit kemudian yoen ni tidak terlihat lagi.

“akhirnya dia pergi!” donghae hampir menangis

“kaja… kita pulang!” kris menyeret donghae.

“hey…bisa perlakukan hyungmu dengan baik?”

\(^.^)/

Yoen ni celingukan sana sini. Tao belum juga terlihat.  Kalau sampai tao  tidak datang, semuanya akan gagal total. Dikejauhan yoen ni melihat tao berlari tergesa-gesa.

“mianhae… noona! Tadi aku sedikit tersesat” kata tao dengan napas tersengal.

“arayoe… kaja! Jangan sampai mereka sampai lebih dulu”

Tao yang merencanakan semua ini. Keberangkatan yoen ni  ke Korea  adalah kebohongan. Tiket pesawat yang dimiliki yoen ni juga palsu. Dan petugas bandara yang mengizinkan yoen ni masuk ke ruang tunggu dengan tiket palsunya adalah sahabat tao.

Tao segera memasukkan barang-barang yoen ni ke  bagasi mobil. Mereka  harus sampai terlebih dahulu di rumah donghae sebelum donghae dan kris.  Tao sudah menyiapkan sebuah kejutan untuk donghae disana. yoen ni  tidak henti-hentinya melihat jam tangannya.

“tao… cepat!”

“ne noona! Kris Hyung sudah menyusun rencana agar mereka datang terlambat”

Sementara itu di dalam mobil donghae. Kris mengambil alih untuk menyetir agar rencana mereka berhasil. Donghae terlihat gelisah. Ia selalu mencoba menelepon yoen ni tetapi tidak bisa tersambung.

“kenapa  tidak bisa tersambung?”  donghae kesal.

“hyung…mungkin pesawatnya sudah take off. Hyung ini kayak tidak tahu saja. Dokter kok phabo?”

“morago?”

“ania… obsoeyoe!”

“ya…ya….ya! kamu mau kemana? Bukannya kita harus belok kanan?” donghae yang menyadari kris salah  jalan,  memberi tahu.

Kris pura-pura lupa. “oh…mianhae hyung! Hyung sih ngajak ngomong mulu”

“cepat berbalik!”

“ne…hyung!” kris menahan tawa

\(^.^)/

“aku heran denganmu, kenapa bisa nyasar terus sih?” donghae yang kesal berusaha membuka pintu rumah.

“mianhae hyung… ini semua gara-gara hyung yang terus cemberut. Aura negatifnya mengganggu konsentrasiku” kata kris

#tluittt# donghae berhasil membuka pintu rumahnya. Cahaya bulan diluar rumah menerobos masuk melewati pintu. Kris segera menghalangi, ia tidak mau cahaya bulan itu menerangi dalam  rumah. Donghae bingung, kenapa lampu rumahnya tidak mau menyala.

“kenapa gelap gulita?  Seharusnya lampunya menyala sendiri, apa sensor geraknya rusak?” kata donghae. Ia meraba-raba tembok mencoba menyalakan lampu secara manual.

“ne… sepertinya rusak hyung!” kris menutup pintu.

“ini dia sakelarnya!” donghae menekan sakelar itu.

Happy birthday to you, Supprise!” teriak beberapa orang

“yakkk… how do you can  come in?” donghae  tidak menduga teman-temannya memberikan kejutan dihari ulang tahunnya. “But, why do you use masks?”

“Lee Donghae… makes a wish!

Donghae memperhatikan sosok yoeja  yang menggunakan topeng didepannya dan membawa sebuah kue. “Yoen ni-ya… beraninya kamu membohongi oppa?”

Sorry… Pardon me?” yoeja itu membuat-buat suaranya.

“sini!” donghae merebut kue yang dibawa yoeja itu. “kamu pikir oppa bodoh? Aku tahu itu kamu, chagiya!”

“ketahuan deh!” kris tidur ogah-ogahan di sofa. “dia…..yoen ni, hyung! Disebelahnya tao… ini ide tao”

“kris hyung…” tao melepas topengnya. “hyung ini merusak rencana saja”

“benar kan? Ini yoen ni”  donghae mencoba membuka topeng yoen ni.

Yoen ni pelan-pelan  mundur. “ania… jangan dibuka oppa!”yoen ni segera berlari kecil ke arah dapur.

“hey…jangan berlari!” donghae yang khawatir melihat yoen ni berlari segera mengejar.

Teman-teman donghae yang lain akhirnya juga membuka topeng mereka. kris memberi isyarat pada tao untuk memulai saja pestanya tanpa menunggu donghae dan yoen ni. Sedangkan  donghae masih berusaha membuka topeng yang digunakan yoen ni. Yoen ni terus bisa menghindar. Tetapi sayangnya ia akhirnya terpojok.

“oppa sudah bilang jangan lari-lari” donghae menyudutkan yoen ni

“mianhae oppa….” Yoen ni tidak bisa kemana-mana lagi. Di belakangnya terdapat tembok yang menghalangi.

Donghae mendekatkan dirinya pada yoen ni yang terpojok. “mau kemana lagi eoh?” donghae membuka topeng yoen ni.

“hehehe…. Saengil chukka hamnida oppa!”

“kamu berani membohongi oppa! Sebagai gantinya… popo!” donghae memanyunkan bibirnya.

“shiroe…” yoen ni memalingkan wajahnya.

Donghae memegang dagu yoen ni dan membuat wajah yoen ni berhadapan lagi dengannya. “yakkk… hari ini ulang tahun oppa. Tidak bisakah oppa meminta hadiah yang istimewa?” donghae semakin mendekatkan wajahnya pada  yoen ni.

“emmm…” yoen ni mengecup bibir donghae kemudian setengah berlari meninggalkan  donghae. “saengil chukka hamnida, oppa”

“aish… hanya begitu saja!  Yakkk… choi yoen ni!”

\(^.^)/ @Seoul, Korea Selatan

Akhirnya yoen ni tiba juga di incheon airport. Ada rasa sedikit menyesal  ia memilih kembali lagi ke Seoul. Ia berharap kenangan-kenangan itu telah lenyap semua dan tidak   menampakkan dirinya lagi. Yoen ni berusaha sekuat tenaga menurunkan kopernya dari tempat pengambilan barang penumpang dari bagasi pesawat. Ia harus sedikit ikut terseret oleh benda itu saat berusaha mengambil kopernya.

“mari saya bantu!” kata seorang namja

“gomawo!” kata yoen ni.

“ne… aku sarankan lain kali kopernya yang kecil saja yoen ni-a!” kata namja itu sambil tertawa

Yoen ni yang sedari tadi sibuk dengan kopernya menoleh ke  arah namja yang membantunya. Yoen ni kaget ketika menyadari bahwa  ia mengenali namja itu.

“annyeong…. Lama tidak bertemu” sapa kibum

“nde?” yoen ni pura-pura tidak mengenali kibum. “apa aku mengenalmu?”

“yoen ni-a…ini aku kim kibum! Kamu lupa?”

“mianhae… anda mungkin salah orang. Gomawo sudah membantu” dengan susah payah yoen ni menyeret kopernya dan meninggalkan kibum yang masih tertegun.

“bukankah itu yoen ni? Tetapi kenapa ia tidak mengenaliku? Apa aku memang salah orang?” kibum terus melihat ke mana arah yoen ni pergi. “aku yakin itu yoen ni, choi yoen ni”

\(^.^)/

Butik khusus baju pengantin itu terlihat mewah sekali. Dinding butik itu dipenuhi dengan warna krem yang terlihat sangat elegan. Dekorasi berupa  pohon-pohon kecil tanpa daun membuat tempat itu semakin terlihat mewah. Lampu-lampu berwarna putih membingkai show room butik itu.

Jong won terlihat suntuk menunggu disebuah sofa berwarna senada dengan dinding butik itu. Yoeja yang ia temani sedang asyik-asyiknya melihat sketsa gaun pengantin yang dibuatkan khusus oleh desainer butik itu untuknya. Sesekali   yoeja itu  menoleh ke arah jong won dan meminta pendapat, tetapi jong won acuh tak acuh.

“oppa… jebal! Aku bingung harus pilih yang mana!” rengek yoeja itu.

“yoon ah-ya… jangan ganggu aku! Aku sedang sibuk.”  Jong won berlalu meninggalkan yoon ah ketika sebuah telepon masuk ke ponselnya.”ne…sunbae!”

Adalah Im yoon ah, yoeja yang cantik dan sangat sabar.  Sudah hampir 1 tahun ia menjadi yoejachingu  jong won.  Sejak yoen ni pergi meninggalkan jong won, dialah satu-satunya orang yang berada disisi jong won. Mendengar segala keluh-kesah jong won, dan menerima setiap emosi yang diluapkan padanya.

Hingga akhirnya orang tuanya dan orang tua jong won menjodohkan mereka. Dengan senang hati yoon ah menerimanya, ia sudah mencintai jong won cukup lama, bahkan sebelum ia pindah ke paris.  Namun berbeda reaksinya dengan jong won, jong won tidak menolak perjodohan ini tetapi menerimanya dengan terpaksa.  Oleh sebab itu, jong won tidak pernah memperlakukannya sebagai seorang yoeja yang akan menjadi pendamping hidupnya. Yoon ah hanya bisa bersabar, yang terpenting sekarang,  kim jong won adalak miliknya untuk selamanya.

Jong won kembali duduk ditempatnya tadi setelah menutup telepon. “kamu sudah menentukan pilihan?”

“aku bingung oppa… bantu aku memilih ya?”  kata yoon ah manja

Jong won melihat-lihat sekilas sketsa-sketsa itu. “ini saja!” ia menyerahkan pilihannya pada yoon ah

“mwo? Oppa ini terlalu simple.  Aku mau yang lebih anggun”

“argggg” jong awon kesal. “tadi kamu meminta saranku, sekarang kamu menolaknya. Maumu apa yoon ah-ya? Seharusnya kamu bersyukur aku meluangkan waktuku untuk  menemanimu. Kamu tidak seberuntung young ni atau yoen ni”

“oppa….mianhae! baiklah, aku akan memilih ini” yoon ah mengalah

“sebaiknya iya…jangan buang-buang waktuku. Lagian untuk apa kamu memilih gaun hanya untuk pertunangan kita? Kamu bisa memakai gaun-gaunmu yang lain kan?”

“itu adalah hari yang istimewa. Oppa tidak mau melihat tunangannya yeppo?” yoon ah tersenyum lembut.

“jangan senyum ke arahku seperti itu. Senyumanmu tidak akan bisa meluluhkanku, senyumanmu berbeda dengan young ni atau  yoen ni”

Yoon ah kesal. “arayoe! Kenapa oppa selalu membandingkanku dengan mereka?”

“kamu tidak suka? Baiklah, kita batalkan saja pertunangan ini” jong won keluar butik itu meninggalkan yoon ah yang menangis.

“oppa…!” yoon ah mengejar. “mianhae oppa! Aku janji tidak akan menuntut apapun dari oppa. Hanya saja jangan tinggalkan aku. Jangan batalkan pertunangan kita.” Yoon ah mengusap air matanya. “baiklah oppa, aku tidak akan menggunakan gaun baru. Jebal…mianhae”

“ne…” jong won mengusap airmata  yang  masih tersisa dipipi yoon ah. Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya karena ia memperlakukan yoon ah dengan kasar. “uljima…  kamu jelek ketika menangis”

“chinca?” yoon ah segera mengambil cermin kecil dari dalam tasnya.”ania… oppa, ayo ki…”

“kamu pulang saja!”  jong won memotong. “aku harus ke kantor sekarang”

“arasoe… hati-hati oppa!”

Yoon ah melambaikan tangannya mengiringi mobil jong won yang melaju kencang dijalanan. Ia menghela napas panjang. Selalu seperti ini, jong won selalu memperlakukannya seperti ini. Kenapa ia tidak bisa melupakan young ni yang sudah meninggal 2 ½ tahun lalu? Kenapa ia juga tidak bisa melupakan yoen ni yang mencampakanya hampir lebih dari  2 tahun yang lalu?

“kwaenchana yoon ah-ya… mereka tidak mungkin kembali. Young ni sudah meninggal dan yoen ni tidak akan kembali ke Korea karena ia malu akan dirinya yang cacat.” Yoon ah berbicara sendiri. “jong won oppa akan menjadi milikmu selamnya, tidak ada yang akan merebutnya darimu”

Yoon ah berjalan dengan anggunnya menuju halte bis. Setiap tatapan mata namja di halte bis itu tertuju padanya. Siapa yang tidak akan melakukan itu? Ia sangat cantik, sempurna. Kakinya jenjang, kulitnya putih, badannya sangat ideal, ia juga pandai berdandan. Sangat beruntung bagi namja yang bisa memilikinya.

\(^.^)/  @Canada

Donghae bolak-balik memasuki ruangan direktur rumah sakit. Beberapa kali ia mengalami penolakan atas keinginannya untuk dipindahkan ke rumah sakit di Korea. Ia melakukan segala cara untuk membujuk direktur rumah sakit, yang juga seniornya saat di universitas, untuk mengabulkan permohonanya.

Come on Tony! Can I move to Korea? Please…” donghae memohon.

I can’t do that.donghae-ya…” tony  mencoba berbahasa korea walaupun tidak fasih. “tidak semudah itu…harus ada permohonan dari pihak rumah sakit di Korea yang memintamu ke sana. Kamu tidak bisa pindah seenaknya.” Katanya dengan nada suara yang aneh.

“hyung bisa kan mencarikan rumah sakit di Korea  yang menginginkanku?”

I can’t… you’re a precious doctor in here. I don’t want you out from here.” Tony kembali  sibuk dengan beberapa berkas dimejanya.

OK… but I still want move to Korea. You can’t prevent me!”Donghae keluar dari ruangan itu dengan kesal.

\(^.^)/

Donghae mencoba berpikir, mencari cara untuk bisa  pindah ke  Korea. Ia tidak memiliki satupun teman yang bisa dimintai tolong di Korea. Apakah ia kabur saja? Atau ia harus memalsukan surat-surat permohonan pindahnya?

“hey… kenapa hyung?” kris mengagetkan donghae

“sedang menikmati suasana sore saja!” kata donghae lesu

Kris mengeryitkan kening. “tumben sekali… setahuku hyung tidak pernah duduk-duduk di halaman belakang rumah ini. Aku  sempat berpikir hyung tidak ada tadi.”

“aku merindukannya”

“yoen ni?”

“emmmm…” tatapan donghae mengarah ke langit sore Canada.

“hyung sungguh-sungguh mencintai yoen ni?”

“tentu saja!” donghae menatap kris serius. “aku tidak pernah main-main.”

“ne…arayoe! Jangan melotot gitu dong”

Mereka berdua akhirnya hanya terdiam. Donghae sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan kris bingung harus melakukan apa. Kris pun memilih untuk bersenandung sendiri dan membiarkan donghae tetap bergelut dengan pikirannya sendiri.

“kris… bagaimana caranya aku bisa berada di Korea sebelum yoen ni ulang tahun?”  donghae memecah keheningan.

“emmm…gampang. Hyung cuti saja, terus terbang ke Korea”

“tetapi aku tidak mau harus kembali lagi ke sini”

“weo?”

“aku akan melamar yoen ni”

“morago?” kris tidak menduga donghae akan mengatakan itu. “hyung yakin?”

“tentu saja… aku akan memintanya menjadi istriku saat ia ulang tahun nanti. Ketika ia menerimaku nanti, aku ingin menetap disana dan hidup bersamanya”

“kalau dia menolak bagaimana?”

Donghae merasa  aneh dengan pertanyaan kris. “nde?”

“seandainya  hyung… yoen ni kan masih muda. Mungkin ia belum siap”

“emmm… aku akan tetap  ingin selalu didekatnya. Jadi aku  harus pindah dari sini.” Kata donghae mantap.

“baiklah  hyung!” kris memegang pundak donghae. “aku akan membantu hyung. Ini sebagai ucapan terima kasihku karena hyung bisa membuat yoen ni berjalan kembali.” Kris terdiam sejenak. “dan juga, karena hyung mencintai yoen ni dengan tulus”

“nde?” donghae bingung.

“aku senang  yoen ni mengenal hyung. Aku  yakin yoen ni juga sangat merindukan hyung dan menanti hyung dengan sabar disana. hyung adalah nyawa yoen ni.”

“yakkkk… kamu sok tahu sekali sih?”

\(^.^)/ @Seoul, Korea Selatan

“yumseo!” yoen ni menjawab panggilan masuk  yang sedari tadi membuat ponselnya bergetar.

annyeong…chagiya” kata donghae di seberang.

“oppa…. Marry Chrismas!”

natal masih besok! Oppa sudah mengirimkanmu sesuatu… oppa pastikan akan sampai tepat waktu, pada malam natal

“chinca? Oppa tidak perlu melakukan itu. Oppa mengucapakan selamat natal saja, aku sudah senang. Oppa sehat kan? Makan teratur kan? Tidur yang cukup kan?”

eyyy…. Oppa ini dokter. I know everything about keep healthy.”

“hahahaha….mianhae oppa! Karena oppa mengirimi aku kado natal, aku akan mengirimi oppa juga. Tapi maaf kalau telat. Seoul Canada kan jauh. Santa cuma pake rusa terbang, jadi lelet”

emmm…baiklah kalau memaksa. Oppa akan sabar menunggu Santa disini.” Donghae terdengar bahagia dari  telepon.

“sudah ya oppa? Ada banyak pelanggan. Annyeong”

ne… i love you”

Sambungan telepon terputus. Yoen ni memasukkan ponselnya ke saku celana. Sejak ia tiba di Seoul, ia sudah memaksa oemmanya untuk mengizinkannya membantu di cafĂ© baru yang dikelola ibunya. Bukan hanya karena  oemmanya tidak mau melihat yoen ni mengalami masalah dengan kakinya nanti, tetapi oemmanya tidak mau ia bertemu lagi dengan jong won. Beruntungnya, hingga saat ini jong won tidak pernah menampakkan diri.

“oemma…” panggil yoen ni

“ada apa chagiya?” oemma terlihat sibuk  mengecek pekerjaan koki cafĂ©.

“aku izin keluar sebentar ya? Ada sesuatu yang harus aku beli…”

“ara…pergilah. Oemma tidak pernah memintamu untuk tetap disini kan? Kamu bebas melakukan apapun”

“gomawo oemma.” Yoen ni mencium pipi oemmanya. “saranghae…”

Yoen ni sudah mengenakan pakaiannya yang  biasa, bukan seragam karyawan cafĂ©. Ia harus pergi ke sebuah mall, Coex Mall. Ia baru saja mendapat informasi tetang barang yang sangat ia inginkan tersedia disana. barang special itu khusus untuk donghae.

Yoen ni terus melirik jam tangannya, cuaca siang ini sangat teduh. Cuaca seperti ini sangat bagus untuk berpiknik di taman, atau bersepeda. Yoen ni berharap, seandainya ia boleh bersepeda. Kemampuan kakinya saat ini sangat terbatas. Bisa berjalan seperti biasa pun sangat berharga bagi yoen ni. Donghae  sudah berusaha keras untuk membuatnya bisa berjalan lagi tanpa bantuan kursi roda atau tongkat, ia harus menjaga itu.

\(^.^)/

Jong won meninggalkan apartementnya tanpa membawa mobil. Siang ini ia hanya ingin berjalan-jalan, menikmati cuaca yang teduh dan sejuk. Salju belum menampakkan tanda-tanda akan jatuh ke bumi. Angin juga bertiup dengan normal, tidak berniat menusuk tulang dengan dinginnya.

Setelah 2 kali berganti bis, tiba juga ia ditempat tujuan. Kibum  meneleponnya tadi pagi dan meminta untuk bertemu di cafĂ© milik oemma  yoen ni. Sudah lama ia tidak bertemu dengan adik satu-satunya itu. Beberapa bulan terakhir ini kibum selalu keluar kota atau keluar negeri untuk menghadiri acara fashion internasional. Adiknya itu memang sangat sibuk dan bisa kemanapun sepuasnya. Tidak seperti  dia yang harus terkekang oleh yoon ah.

Jong won menyebrang dengan tertib bersama pejalan kaki yang lain. Sekitar 200 meter lagi, ia akan tiba di cafĂ© itu. Ia melewati sebuah halte bis tepat berbarengan dengan sebuah bis yang berniat menaik turunkan penumpang disana.  jong won geleng-geleng kepala melihat para calon penumpang yang berebut naik.

“permisi…” kata seorang yoeja dari antrian calon penumpang itu.

Jong won menoleh ke arah sumber suara. Ia mengenali pemilik suara itu.  Ia mencari-cari pemilik suara, tetapi percuma. Ia tidak menemukannya. Jong won masih penasaran. Hingga bis itu melaju meninggalkan halte bis itu, ia tetap melihat ke arah jendela bis.

“yoen ni?” jong won seperti melihat yoen ni di dalam bis. “itu…yoen ni kan?” bis itu melaju kencang meninggalkannya yang masih penuh tanda tanya.

Jong won memasuki café milik oemma yoen ni. Kibum terlihat sedang berbincang dengan oemma yoen ni. Jong won langsung mengambil tempat duduk. Ia masih penasaran dengan apa yang ia lihat tadi.

“hyung…kapan datang? Tidak ada salam sama sekali” kibum menghampiri jong won.

“mianhae…” jong won segera berdiri dan memberi salam pada empunya cafĂ©. “annyeong haseyo ommoni.”

“kwaenchana…kalian santai saja. Ommoni mau mengecek didalam dulu” oemma yoen ni pergi.

Kibum menepuk pundak jong won yang kembali melamun. “hyung…ada masalah apa? kapan acara pertunanganmu dengan yoon ah noona?”

“aku tidak tahu. semuanyanya dia yang mengurus” jawab jong won cuek.

“hyung…kenapa hyung berubah seperti ini sekarang? noona sangat baik pada hyung, tidak bisakah hyung berbuat baik padanya?”

Jong won menatap kibum serius. “kurang baik apa aku sama dia? Aku menuruti keinginannya untuk menjadi yoejachinguku, dan sekarang kami akan bertunangan.”

“hyung melampiaskan semuanya pada noona!hahhh….pantesan saja yoen ni meninggalkan hyung, hyung melampiaskan cinta hyung pada young ni ke yoen ni. Siapa yang tidak akan sakit hati” kibum mulai kesal juga.

“jadi… kamu mau bertemu denganku karena mau  mengajariku?” jong won terlihat marah besar

Kibum menelan ludah. “bukan begitu hyung… maksud utamaku, aku hanya mau memberitahu hyung kalau aku melihat yoen ni di bandara beberapa bulan yang lalu. Mungkin sekitar akhir oktober”

“mwo?” jong won ingin tahu lebih jauh. “kenapa kamu baru memberitahu aku sekarang?”

“aku baru sempat…dari kemarin aku harus bolak-balik jepang!” kibum terdiam. “tetapi tadi aku bertanya pada ommoni, katanya yoen ni masih di Canada.”

“aku melihatnya juga tadi!” kata jong won mencoba kembali tenang. “ommoni pasti berbohong! Yoen ni ada di Korea sekarang… aku yakin”

“lalu apa yang akan hyung lakukan? Hyung dan noona akan bertunangan, apa hyung akan membatalkannya?”

Jong won hanya terdiam. Ia terlihat berpikir keras. Kibum hanya geleng-geleng kepala. Sejak yoen ni pergi, hyungnya ini berubah menjadi temperamental dan kasar. Buktinya ia tidak pernah memperlakukan yoon ah dengan baik.

\(^.^)/

From: My Soul
Honey… sorry I can’t call you!
Oppa sedang sibuk sekali. Dimalam tahun baru, Tony sunbae menugaskan oppa  untuk piket T.T
Oppa tidak bisa meneleponmu. Mianhae…
Happy New Year… Happy 2015! I LOVE YOU

Yoen ni tersenyum membaca pesan dari donghae. Ia harus segera membalasnya.

To: My Soul
Arrasoe oppa! Don’t worry about that…
Aku mengerti, nyawa orang harus didahulukan. Oppa kerja yang semangat…  FIGHTING!!!
Happ New Year too… bogoshipoe

#Pesan terkirim…..# Pipi yoen ni memerah mengingat pesan yang baru saja ia kirim.

“eyyy… ini anak  mikir yadong?” kris menyentil kening yoen ni.

“aaa… appo!” yoen ni mengelus keningnya yang kena sentil. “oppa ada apa kesini?” yoen ni mengambil nampan yang sempat ia taruh di meja kasir tadi.

“oppa kangen kamu” Kris memaksa untuk memeluk yoen ni.

“oppa… andwae! Dilihat pengunjung tuh”

Kris menoleh ke arah yang yoen ni tunjuk. “biarkan saja… aku kan  oppamu. Tidak boleh?”

“malu oppa… nanti mereka mikir yang tidak-tidak”

“kamu yang mikir aneh… tidak boleh oppa memeluk dongsaeng kesayangannya”

Yoen ni berpikir sejenak. “boleh deh… tapi sebentar saja”

“ara…” kris memeluk yoen ni erat kemudian mengangkatnya

“aaaa….” Semua pengunjung cafĂ© terheran-heran melihat kelakuan mereka. “oppa…turunkan!”

“baiklah…” kris mencubit pipi yoen ni. “kamu ini sudah hampir 22 tahun masih saja bikin oppa gemes.”

“oppa yang aneh… aku bukan anak kecil lagi. Kenapa oppa selalu memperlakukanku seperti ini?”

“kita keluar yukk!!!… untuk apa kamu bekerja di malam tahun baru? Nanti aku meminta izin pada ajumma untuk mengizinkanmu cuti kerja malam ini. Lihat pengunjung cafĂ© tidak banyak”

#kriiing….# pertanda ada pelanggan cafĂ© yang datang. Seorang pelayang cafĂ© menyambutnya. Kris menoleh ke arah pintu masuk cafĂ©.

“oppa… aku harus bekerja.”  Yoen ni mengambil daftar menu dan berniat melayani pelanggan tersebut.

“andwae…” kris menghalangi.

“weo oppa?” kris menghalangi pendangannya.

“kris?” panggil seseorang.

Perlahan kris membalik badannya agar yoen ni tetap tidak terlihat. “oh… jong won hyung. Annyeong haseyo..”

“mwo?” ucap yoen ni tanpa suara. Ia segera merapat dirinya di belakang kris.

“sedang apa kamu disini?” tanya jong won

“oh… aku hanya berlibur dan ada urusan pekerjaan disini!” kris nyengir kuda. Ia juga memberi isyarat pada yoen ni untuk segera pergi. “hyung… sepertinya temanmu memanggil”

“chingu?” jong won penasaran dan menoleh ke belakang.

“gomawo…oppa!” bisik yoen ni. ia segera masuk ke dapur.

“mianhae  hyung… ternyata salah orang. Bagaimana kabar hyung?”

“baik…emmmm, yoen ni? Apakah ia sudah kembali ke sini? Apa ia bisa berjalan lagi?”

“ania… yoen ni masih di Canada. Ia sudah bisa berjalan lagi,  tetapi belum sempurna. Jadi butuh perawatan lebih lanjut.”

Jong won terlihat sedih. “apa ia sudah menemukan orang yang ia cintai?”

“nde?” kris kaget dengan pertanyaan jong won.ia tertawa kecil. “setahuku, ia sudah menemukannya. Namanya Lee donghae, ia seorang dokter. Ia sangat mencintai yoen ni, begitu juga sebaliknya.” Kata kris blak-blakan. “aku rasa dalam waktu dekat ini donghae akan melamarnya.”

“oh….begitukah? syukurlah… aku senang yoen ni bahagia”

of course

“sepertinya ommoni tidak ada, sebaiknya aku pulang saja” jong won mengalihkan pembicaraan.

“ajumma ada dirumah sekarang. Aku dimintai tolong untuk mengawasi cafĂ© sebentar” bohongnya lagi.

“baiklah…aku pergi. Selamat tahun baru”

“ne hyung….annyeong” jong won keluar dari cafĂ©, kris segera menghela napas. ia merasa sedikit keterlaluan tadi. Akahkah jong won menyadari kalau ia berbohong?

\(^.^)/

Sejak pagi yoen ni sibuk di café. Ia hampir harus berlari untuk segera melayani pelanggan yang datang. Beberapa kali oemmanya melarang ia berlari atau bekerja berat karena kondisi kakinya itu, tetapi yoen ni acuh tak acuh. Ia terlalu menikmati kegiatannya itu.

“oemma… ini tanggal berapa? Supplier menanyakan akan mengirim barang tanggal berapa?”

“kamu lihat saja sendiri sana.” Oemmanya sibuk melayani pelanggan yang akan membayar.

“ne…”

Yoen ni berlari ke ruang kerja oemmanya.  Sebuah kalender terpampang didindingnya. Yoen ni segera menuju ke tempat kalender itu berada. MARET 2015, begitu yang tertera di halaman kalender itu. Ada sebuah lingkaran merah yang menandai tanggal di kalender itu.

“sudah maret ya? 3 maret lusa?hahahaha… tidak terasa juga.” Yoen ni berbicara sendiri.

“yoen ni-ah…. Cepat kemari” teriak oemmanya.

“ne…oemma!” yoen segera menemui oemmanya di meja kasir. “ada apa  oemma?”

“itu…” oemma menunjuk seorang namja yang baru masuk dan terlihat kebingungan.

“siapa dia oemma?” yoen ni melihat dari ujung rambut hingga ujung kaki namja itu. “apa ia teroris oemma?”

“sudah…kasihan dia tuh” oemma mendorongnya.

Yoen ni perlahan dan ragu-ragu mendekati namja itu. Namja itu terlihat sangat mencurigakan dengan jaket hitamnya, topi hitam dan masker hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya kecuali mata. Namja itu hanya celingukan seperti pencuri.

“permisi….selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?”

Namja itu berbalik ke arah yoen ni dan langsung memeluknya. “aaaahhh…bogoshipoe!”

“yakkk….” Yoen ni mendorong namja itu sekuat tenaga. “nappenum….!” Ia menendang tulang kering namja itu.

“auch…. Noemu appo. Chagiya… negae wae?”

“morago? Nugu?!!!!” bentak yoen ni. Ia mungkin mengenali namja itu.

Namja itu melepas topi dan masker di wajahnya. “honey…it’s me!

“omo…” yoen ni kaget setengah mati. “oppa…donghae oppa?aaaaaa, mianhae. Habis oppa mencurigakan sekali.” Yoen ni segera menarik donghae dan mempersilahkannya duduk. “yang sakit mana? Mianhae”

“kamu ini masih saja galak.” Donghae bersin. “oppa kena flu setiba disini, makanya oppa berpakaian seperti ini.”

“oppa kenapa tidak bilang kalau mau ke Korea? Aku kan bisa menjemput oppa dibandara.” Yoen ni memberi isyarat, memanggil pelayan.

“haccih….ini adalah supprise!

“eyyy… kejutan apaan?” seorang pelayan membawakan secangkir minuman. “ini oppa…teh jepang! Mungkin bisa meredakan flu oppa”

“gomawo!” donghae meminum seteguk. “bogoshipoesoe!”

“Nado…noemu bogoshipoe. Oppa berapa lama mengambil cuti?”

Donghae tersenyum senang. “oppa akan menetap selamanya disini”

“chinca?” yoen ni tidak kalah senangnya. “tapi? Oppa tidak….”

“ania… oppa dipindahkan dengan baik. Rumah sakit pusat Seoul meminta oppa untuk bekerja disana. Kris memang hebat”

“nde?” yoen ni tidak mengerti.

“Kris yang membantu oppa untuk pindah ke sini…”

“kris oppa memang jjang!.” Yoen ni terdengar bersemangat menyebut nama kris.

“kris saja yang begitu? Oppa bagaimana?”

“saranghae…” yoen ni membentuk tanda hati melingkar di atas kepalanya.

\(^.^)/

Hari kedua donghae di seoul, ia terlihat sedikit membaik. Ia menggandeng tangan yoen ni erat.  Yoen ni menjelaskan setiap tempat yang mereka kunjungi. Mulai dari Apgujeong, jembatan banpodaegyo, myoendoeng, insadong, hingga istana chandoekgung, dan masih banyak tempat-tempat lainnya. Intinya hari ini mereka berniat  menghabiskan waktu bersama.

Di istana chandoekgung hari sudah sore, tetapi mereka belum terlihat lelah.

“oppa… istana ini indah kan?” yoen ni duduk di beranda salah satu bangunan istana itu.

“ne…yeppo!” donghae menatap yoen ni lekat-lekat.

Yoen ni yang tidak menyadari dirinya diperhatikan oleh donghae sedang menikmati suasana tenang sore itu. Angin semilir meniup lembut rambutnya. Yoen ni memejamkan mata dan menikmati semuanya. Donghae hanya memperhatikan apa yang dilakukan yoen ni dan terkadang tersenyum melihat tingkah yoen ni. Lama mereka terdiam. Yoen ni terlalu larut dalam suasana di istana itu, dan donghae larut akan keindahan wajah yoen ni.

“waaaah… aku tidak mau pulang. Aku betah disini… kalau oppa bagaimana?” yoen ni membuka matanya dan menunggu jawaban donghae. “oppa?” yoen ni menoleh dan mendapati donghae menatapnya. “oppa…. Ada apa? Ada yang aneh lagi denganku?”

“nde?” donghae tersadarkan. “ania… oppa juga mau kita terus seperti ini”

“oppa berbicara apa sih? Ngelantur… kaja pulang! Oppa lapar tidak? Kita makan soondubu jiggae (soft tofu stew), ddukbokkie, dakjuk, hoedeok, bulgogi, atau bibimbap?” yoen ni mencoba mengingat semua makanan khas seoul. “oppa mau yang mana?”

“hahahahah…” donghae tertawa. “kamu cerewet sekali hari ini” donghae menarik hidung yoen ni. “dari pagi mengoceh ini itu seperti guide, sekarang seperti waitress.

“oppa…appo! Oppa lapar tidak?”

“ne…chagiya…kaja!”

\(^.^)/

“oppa….ayolah!sudah lama kita tidak berkencan” rengek yoon ah pada jong won.

“kamu ini seperti anak kecil saja. Aku tidak bisa, aku ada banyak pekerjaan” jong won menarik paksa tangannya yang dirangkul yoon ah. “kamu pergi saja sendiri!!!”

“oppa…jebal!” mata yoon ah berkaca-kaca.

“baiklah… aku akan mengantar kemanupun kamu mau!” jong won mengalah.

Yoon ah kembali tersenyum. “gomawo oppa!”

Jong won dan yoon ah melaju di jalanan dengan mobil berwarna merah milik jong won. Yoon ah tidak henti-hentinya tersenyum dan melihat ke arah jong won. Jong won sudah dipastikan acuh tak acuh, ia membiarkan saja yoon ah senang akan pikirannya sendiri.

“sudah sampai….” Kata jong won setelah merapatkan mobilnya ditrotoar jalan.

“mwo?”

“kita sudah sampai! Bukannya kamu mau makan malam? Ini tempat yang aku rekomendasikan”

Mereka berdua berhenti tepat di seberang sebuah restaurant tradisional yang menyadiakan menu khas makanan tradisional korea di sekitar daerah taman Hangan. Yoon ah hanya menatap ke arah restaurant itu tidak mengerti. Jong won keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk yoon ah.

“oppa… aku tidak mengerti” kata yoon ah polos. Ia keluar dari mobil.

“silahkan turun, pergi ke restaurant itu dan makan disana. ara?” jong won menutup pintu mobil itu dan melangkah menuju sisi dimana setir mobil berada.

“lalu oppa? Bukannya kita akan makan malam bersama?”

Jong won tersenyum licik. “aku kan hanya bilang akan mengantarmu kemanapun kamu mau. Sekarang aku sudah mengantarmu. Bereskan? Aku ada urusan dikantor” jong won masuk kedalam mobil.

“oppa!” yoon ah berusaha membuka pintu mobil, tetapi percuma. “oppa…”

“annyeong…” jong won melambaikan tangannya dan meninggalkan yoon ah begitu saja.

Yoon ah melongo. “yakkkk…kim jong won. Tunggu aku!!!” mobil jong won melaju kencang meninggalkannya. “ah…nappenum! Kenapa oppa selalu melakukan ini padaku?”

Disisi lain, yoen ni dan donghae turun dari bis.

“oppa… cepatlah! Aku sudah lapar sekali.” Yoen ni menarik tangan donghae agar lebih cepat berjalan.

“kamu ini…” donghae hanya tersenyum. “kalau memang lapar, kenapa  tidak makan di sekitar tempat tadi saja?”

“tidak bisa…” yoen ni bertingkah seolah ia seorang guru. “karena oppa baru kembali ke korea lagi setelah sekian lama, oppa harus makan makanan khas korea dulu. Dan….. restaurant yang paling enak ada disini.”

Donghae hanya mengiyakan. “baiklah chagiya… aku menurut saja”

“kaja oppa! Cepatlah…”

“jangan lari-lari dan jingkrak-jingkrak!”  donghae tetap siaga.

Yoon ni hanya tertawa dan meninggalkan donghae. Ia terus saja tertawa dan berusaha membuat donghae tetap senang. Hingga akhirnya ia berjalan mundur dan menabrak seorang yoeja.

“ah….miannata!” yoen ni segera meminta maaf. “jongmael miannata”

“kalau jalan yang bener dong! Kayak anak kecil saja, main-main” yoeja itu marah.

Donghae segera menyusul yoen ni yang terlihat dalam masalah. “ yoen ni-a! kwaenchana?”

“ne oppa… hanya saja aku menyakiti eonnie ini!” kata yoen ni menunduk, karena merasa bersalah.

sorry… yoen ni tidak sengaja. Mohon dimaafkan” donghae juga meminta maaf.

Yoeja itu mengernyitkan kening. “ yoen ni?”

“ne?” yoen ni melihat ke arah yoeja itu.

“kamu choi yoen ni?” tanya yoeja itu lagi.

“ne… choi yoen ni imnida. Anda tahu dari mana?”

Yoeja itu tertawa kecil. “annyeong… naega im yoon ah imnida.”

“nde?”yoen ni bingung. Ia melihat ke arah donghae, meminta bantuan.

“kamu kenal kim jong won kan? Aku tunangannya. Kami telah bertunangan januari kemarin” kata yoon ah dengan bangga

“oh…tunangan jong won oppa! Selamat…” kata yoen ni tersenyum.

“dia siapa?” yoon ah ingin tahu

“lee donghae imnida… tunangannya yoen ni”

“oppa?” yoen ni kaget.

“oh…. Kalian terlihat serasi. Emmm… kalian akan makan di restaurant ini? Ayo kita makan malam bersama. mungkin kita bisa berbagi cerita” yoon ah menarik tangan yoen ni.

Donghae dan yoen ni hanya saling menatap dan bingung harus bagaimana. Akhirnya mereka ber-3 makan malam bersama. Yoon ah terlihat antusias bercerita tentang dia dan jong won.  Tanpa canggung sedikit pun yoon ah menanyakan semua hal yang diketahui yoen ni tentang jong won. Yoen ni sesekali menatap donghae ketika yoon ah melontarkan pertanyaan tentang jong won. Donghae hanya tersenyum sopan. Dan yoen ni merasa bersalah akan itu.


\(^.^)/

Sejak keluar dari restaurant itu, yoen ni dan donghae hanya terdiam. Donghae sibuk dengan pikirannya sendiri dan yoen ni sibuk memikirkan apa yang sedang dipikirkan donghae sekarang. Hingga sampai disebuah halte bis dan menunggu bis, mereka tetap terdiam. Mereka duduk berdekatan menunggu bis, donghae tidak menggenggam tangan yoen ni seperti biasa.

Setelah 5 menit menunggu bis  dan terus terdiam, donghae pun berdiri dan hendak pergi.   Yoen ni segera menahan donghae, ia menarik ujung sweater donghae

“oppa… mau kemana? Jangan tinggalkan aku.” Kata yoen ni, ia terdengar sedih.

“oppa hanya ingin membeli kopi hangat. Kamu tunggu saja eoh?” donghae tersenyum

Ragu-ragu yoen ni melepas tangannya yang menahan donghae. “aku tidak suka kopi, oppa?”

“arayoe… tenang saja!”  donghae menarik hidung yoen ni pelan.

Beberapa menit kemudia donghae kembali dengan 2 buah gelas minuman hangat. Segelas kopi untuknya dan segelas coklat panas untuk  yoen ni. Tepat setelah ia mencapai halte, sebuah bis datang. Sepanjang perjalanan mereka kembali terdiam. Hangat dari minuman yang mereka minum tidak terasa sama sekali. Keheningan diantara mereka membuat cuaca menjadi semakin dingin.

“oppa…. Mianhae!” yoen ni kembali memecah keheningan antara mereka berdua setelah turun dari bis. “joengmal mianhae”

“nde?” donghae mencoba mencari penjelasan. “minta maaf atas apa?”

“selama ini aku berbohong pada oppa. Aku tidak pernah menceritakan tentang jong won pada oppa” yoen ni tidak berani menatap donghae. “aku ingin melupakan jong won oppa. Dia adalah masa lalu yang kelam. Aku sama sekali tidak mau mengingatnya.” Yoen ni meneteskan air mata, langkah kakinya terhenti. “mianhae…oppa!”

Donghae yang 3 langkah didepan yoen ni membalik badan dan menghampiri yoen ni. “kwaenchana” donghae memeluk yoen ni. “oppa tidak menyalahkanmu. Oppa mengerti kalau kamu memang tidak mau membahasnya.”

“aku membencinya oppa… sangat membencinya!” tangis yoen ni meledak.

“uljima…uljimaseyoe! Jebal… oppa tidak bisa melihatmu menangis. Jebal uljimaseyoe!” donghae mengelus rambut yoen ni pelan.

“mianhae oppa! Aku mencintai oppa. Oppa jangan tinggalkan aku. Jangan membenci aku.”

“oppa tidak menyalahkanmu. Uljima… oppa sangat mencintaimu. Kamu adalah nyawa oppa. Oppa percaya padamu. Yoen ni-a, you’re my everything. Don’t cry, please!

\(^.^)/

Donghae berdiri didepan cermin kamar mandinya. Ia menyikat giginya perlahan.  Pikirannya tertuju pada sebuah nama, Kim Jong Won. Apakah yang terjadi diantara yoen ni dan jong won itu? Kenapa  yoen ni tidak pernah menceritakannya padanya? Yoen ni bukan tipe yoeja yang akan menutup sesuatu. Ia selalu menceritakan apapun padanya. Yoen ni bahkan menceritakan tentang young ni, saudara kembarnya, yang telah meninggal.

“ania donghae-a..” setelah berkumur ia menatap dirinya lekat-lekat di cermin. “yoen ni pasti punya alasan yang kuat kenapa ia tidak menceritakan tentang jong won. Kamu harus mempercayakan semuanya pada yoen ni. Yoen ni tidak akan menghianatimu”

Donghae mencuci mukanya dan berjalan ke tempat tidur. Sekarang untuk sementara, ia tinggal disebuah rumah dinas yang disediakan oleh rumah sakit. Semua hal yang ada di Seoul tidak berubah jauh. Kenangnya tentang masa kecilnya di seoul kembali muncul.

10 tahun yang lalu, saat ia menginjak kelas 2 SMA, orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ia seorang anak tunggal yang akhirnya harus hidup sendiri. Ia anak yang cerdas, dan mampu mendapatkan beasiswa untuk kuliah kedokteran di Canada. Ia dapat menyelesaikan seluruh pendidikannya sebagai dokter dan dokter specialis orthopedic selama 7 tahun. Selama di Canada  orangtua Tony, direktur rumah sakit di Canada, mengangkatnya sebagai anak. Sejak ia di Canada, ia tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di korea.

\(^.^)/

Yoen ni terlihat sedang senam pagi ringan di halaman belakang rumah. Entah kenapa pagi ini ia sangat ingin berolah raga sambil menghirup udara pagi yang segar dan cukup dingin. Daun-daun terlihat ikut melambai mengikuti gerakannya. Beberapa tetes embun bergantung di ujung daun seolah tidak rela untuk jatuh ke tanah. Kumbang dan kupu-kupu terbang ke sana kemari, dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Taman belakang rumahnya memang dipenuhi oleh bunga-bunga yang indah dan wangi.

“yeon ni-a…. ada telepon!” teriak oemma dari dalam rumah.

“ne oemma… tunggu sebentar!” yoen ni berjalan santai menuju ruang keluarga, tempat telepon rumah berada. “dari siapa oemma?” tanya yoen ni

“ini… dari donghae! Oemma mau menyiapakan sarapan dulu…” oemma pergi ke dapur.

“gomawo oemma!” telepon itu berpindah ke tangannya. “yumseo!”

“good morning….”kata donghae diseberang. “tumben pagi-pagi sudah bangun. Kenapa ponselmu tidak dijawab?”

Yoen ni tertawa kecil. “ponselku ketinggalan dikamar. aku hanya berolah raga sedikit oppa! Otot-ototku mulai kaku, harus dilatih”

baguslah kalau begitu… pagi ini kamu ada acara eoh?

“pagi ini?” yoen ni mencoba mengingat. “aaaahh…mian oppa! Jam 9 ini aku ada rencana ke suatu tempat.emmmm….oppa mau ikut?”

oh…ania! Kalau begitu lain kali saja… tetapi setelah itu kamu tidak ada acara kan?”

“ne… aku free! Memang oppa mau mengajak aku kemana pagi ini?”

ke suatu tempat… tetapi bisa kapan-kapan kok. Sepertinya rencanamu pagi ini lebih penting.”donghae diam sejenak. “baiklah…. Nanti sore oppa jemput! Oppa juga ada kejutan untukmu”

Yoen ni mengerutkan kening. “apa oppa?”

rahasia…annyeong” donghae menutup telepon.

Yoen ni bingung. Apa yang akan ditunjukkan donghae padanya? #tintong…# bel rumah diberbunyi. Yoen ni segera membukakan pintu. Seoarang tukang pos berdiri didepan pintu rumahnya dengan 2 buah bingkisan yang besar. Setelah menandatangani bukti penerimaan, dengan susah payah yoen ni membawa masuk bingkisan itu.

“annyeong putri kesayanganku…. Saengil….”

“appa…” yoen ni memotong. “bantu aku!”

“oh ne… dari siapa kado ini?”

“tidak tahu… tapi..” yoen ni mencoba melihat asal pengiriman kado itu. “dari kris oppa dan tao!” yoen ni senang bukan main.

Kedua kado itu sudah terbuka. Kris memberikannya bola  Kristal yang sangat besar, sebesar bola voli. Bola itu persis seperti milik peramal-peramal itu. Appa dan oemma heran melihat kado dari kris.

“maksudnya apa?” oemma ingin menghilangkan rasa penasarannya.

Yoen ni tertawa. “kris oppa memang aneh. Saat malam tahun baru kemarin, kami berjalan-jalan dan bertemu peramal. Aku sempat bilang seandainya punya bola ramalam seperti itu. Ternyata kris oppa membelikan aku. Dasar aneh”

Appa yoen ni menemukan sebuah kartu ucapan. “Happy birthday my lovely little sister! I bought you a crystal ball, like you want #xixixi#. Hope you can be a good diviner (peramal)” appa yoen ni bingung, semakin bingung.

Sedangkan tao memberikannya sebuah boneka panda sebesar anak umur 5 tahun. Yoen ni, appa dan oemma yoen ni tertawa karena dibaju yang dikenakan panda itu ada foto tao. Secarik kartu ucapan terselip disana dan bertuliskan ‘noona…If you miss me. Hug this panda! Saengil chukka hamnida’

\(^.^)/

“eonnie…. Saengil chukka hamnida!” yoen ni menaruh sebuquet bunga tulip hitam kesukaan young ni di atas makamnya. “bogoshiposeo, oennie! Lihat eonnie…aku bisa berjalan lagi. Semuanya berkat donghae oppa. Eonnie, aku merasa bersalah padanya. Apakah benar kalau aku menutupi tentang jong won oppa darinya?”

Yoen ni duduk dan membelai nisan yoen ni. “eonnie… jong won oppa masih ada disini” yoen ni menunjuk dadanya. “ia masih tinggal di sisi gelap hatiku. Aku tidak bisa menyingkirkannya. Aku tidak bisa melupakannya. Eonnie…. Apa yang harus aku lakukan jika ia muncul lagi? Aku tidak mau donghae oppa tersakiti nantinya dan mungkin orang lain juga akan terluka. Otthoke eonnie?” tanpa ia sadari  air mata mengalir dipipinya.

“yoen ni?” panggil seseorang di belakang yoen ni.

Yoen ni menoleh. “nde?” jong won berdiri dibelakangnya. “oppa?” yoen ni segera berdiri. “annyeong haseyoe”

“kamu sudah sembuh sepertinya. Kamu terlihat baik-baik saja. oppa betul kan?” jong won tersenyum lembut. Senyum yang sudah lama menghilang kembali lagi.

“ne oppa… aku sangat baik” yoen ni mencoba membalas senyum jong won.

Jong won mendekati yoen ni. “diamlah!” jong won mengerakkan tangannya menuju wajah yoen ni. “kamu habis menangis?” jong won mengusap airmata di pipi yoen ni.

“ania….” Yoen ni menepis halus tangan jong won. “sepertinya hanya kelilipan tadi” yoen ni kikuk. “oppa mau berziarah juga?”

“ne… aku tidak pernah melupakan young ni dan tentu saja dirimu” jong won menaruh bunga yang ia bawa di atas makam young ni.

“ah ne… ini sudah siang. Aku harus segera pulang.  Permisi oppa!” yoen ni melangkahkan kakinya pergi.

“tunggu!”  jong won menahan yoen ni dengan memegang tangannya. “tidak bisakah kita berbicara sebentar?”

“mungkin lain kali saja oppa! Oemma sudah menungguku…” yoen ni berusaha menolak dengan halus.

Jong won tetap tidak mau melepaskan cengkraman tangannya di pergelangan tangan yoen ni. “jebal…. Ada yang harus aku jelaskan padamu.”

“menjelaskan apa oppa?” yoen ni pura-pura tidak mengerti

“semuanya… aku akan menjelaskan kesalahpahaman diantara kita. Aku tidak mau kamu terus membenciku”

Yoen ni sekali lagi mencoba melepaskan tangannya. “aku tidak membenci oppa… semuanya jelas kan? Sekarang lepaskan aku. Aku harus pulang!”

“yoen ni-a jebal….” Jong won memohon

“oppa… lepaskan!”

Sebuah mobil berwarna putih berhenti di jalan yang tidak jauh dari posisi jong won dan yoen ni. Pemilik mobil itu menurunkan kaca mobilnya dan berusaha melihat keluar. Itu adalah donghae, ia rupanya ada di pemakaman juga.

“yoen ni-a….chagiya!” donghae turun dari mobilnya.

“lepaskan oppa…” yoen ni sekuat tenaga menarik tangannya dari cengkraman jong won dan berhasil.

“siapa dia?” tanya jong won sinis.

“oppa…aku disini”  yoen ni melambaikan tangannya pada donghae.

Donghae melihat ke arah jong won. “sedang apa kamu disini, chagiya?” tanyanya pada yoen ni.

“aku habis mengunjungi eonnie…”

“oh…” donghae sekali lagi melihat ke arah jong won. “dia siapa? Chingu?”

“dia…” yoen ni berpikir sejenak. “dia jong won oppa, tunangan eonnie sebelum eonnie meninggal”

“kim jong won imnida!”

“lee donghae imnida… berarti dia tunangannya yoon ah-ssi sekarang?”

“nde?” jong won terkejut. “kalian mengenal im yoon ah?”

“ne… kami bertemu dengannya tadi malam di restaurant” kata donghae tetap tersenyum.

Yoen ni hanya terdiam dan akhirnya angkat bicara. “oppa….kita pulang?” katanya pada donghae.

“baiklah…kaja! Kami duluan jong won-ssi”donghae menganggandeng tangan yoen ni erat.

Jong won kesal sendiri di pemakaman. Tatapannya tidak hentinya mengiringi kemana yoen ni pergi. Sesekali ia juga melihat yoen ni menoleh kepadanya dan segera berpaling lagi.

\(^.^)/

Yoen ni dan donghae hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Donghae tidak berniat untuk menanyakan apapun, karena ia ingin yoen ni menjelaskannya sendiri tanpa paksaannya.

“oppa ada apa ke pemakaman?” yoen ni memecah keheningan.

“oppa habis mengunjungi almarhum orangtua oppa” donghae menjawab dengan senyuman.

“aahhh.. kenapa oppa tidak mengajak aku ke sana? Jangan-jangan tadi pagi tempat yang oppa maksud adalah makan orangtua oppa?”

“ne… tetapi kita bisa pergi lain waktu”  donghae kembali terdiam. “rencana kita sore ini jadi kan?”

“tentu saja oppa…” yoen ni mencoba terlihat santai. “oppa mau mengajak aku kemana?”

“rahasia…” donghae menghentikan mobilnya didepan gerbang rumah yoen ni. “sudah sampai eoh” ia membukakan pintu mobil untuk yoen ni.

“gomawo oppa!”

“ne…. annyeong!” donghae melangkah menuju pintu mobil bagian pengemudi.

“oppa!” yoen ni berlari kecil dan memeluk donghae dari belakang.

“kamu kenapa?”

“biarkan aku memeluk oppa sebentar saja!” yoen ni memendamkan wajahnya di punggung donghae.

Donghae membalik badannya. “kamu kenapa?” ia memeluk yoen ni erat.

“aku hanya mau memeluk oppa!” suara yoen ni tertahan.

“baiklah… silahkan tuan putri”

Hampir 10 menit yoen ni memeluk donghae. Donghae hanya membelai rambut yoen ni pelan. Pikirannya juga melayang entah kemana. Lebih tepatnya memikirkan jong won. Ia ingin tahu siapa jong won. Mengapa yoen ni menjadi aneh belakangan ini?

\(^.^)/

“oemma… otthe?”  yoen ni memutar badannya bak model.

“yeppodae! Anak oemma mau kemana sih?” oemma membantu merapikan rambut yoen ni.

“donghae oppa mengajakku ke suatu tempat. Mungkin akan merayakan ulang tahunku?” tebak yoen ni

#ting…tong#

“sepertinya itu oppa! Aku bukakan pintu dulu ya oemma?” yeon ni terlihat senang sore ini.

#klek# yoen ni membuka pintu depan rumahnya. Seorang namja dengan setelan jas yang rapi berdiri di depannya. Senyum yoen ni hilang ketika menyadari kalau namja itu bukan donghae, melainkan jong won.

“annyeong… kelihatannya kamu akan pergi ke suatu tempat?” sapa jong won ramah.

“ah….ne! oemma ada di dalam, jadi langsung masuk saja” yoen ni tidak mau lama-lama berbasa basi.

“aku ingin bertemu denganmu” jong won to the point.

“ada apa, oppa?”

“ini…. Saengil chukka hamnida. Semoga kau menyukainya”

Yoen ni terpaksa mengambil kado pemberian jong won. “gomawo… aku juga mau mengucapkan selamat atas pertunangan oppa dengan yoon ah-ssi.”

“ah ne… itu hanya formalitas. Belum tentu ia akan menjadi istriku. Pilihanku bisa berubah. Dan kamu mungk…”

Yoen ni memotong. “oppa tidak boleh seperti itu. Yoon ah-ssi orang yang baik. Oppa pasti sangat mencintainya. Kalian pasangan yang serasi”

“tetapi…” jong won ingin menjelaskan semuanya sekarang.

“mianhae” yoen ni memotong lagi. “sore ini aku ada janji dengan seseorang. Lebih baik oppa pulang!”

“arayoe.. sampai bertemu lagi” jong won pergi begitu saja.

Yoen ni berdiri terpaku di tempatnya semula. Ia hanya bisa melihat punggung jong won yang berlalu meninggalkannya. Terbersit pikiran untuk mengejar jong won dan memeluknya erat, tetapi segera ditepis oleh akal sehat yoen ni. Sebelum mencapai  gerbang, jong won berpapasan dengan donghae.

Donghae dan jong won hanya menatap satu sama lain dan memberi hormat. Kemudian jong won lenyap dibalik pintu gerbang. Yoen ni masih mematung dengan kado dari jong won yang ia genggam erat. Beberapa kali donghae tersenyum ke arahnya, tetapi  ekspresi wajah yoen ni aneh. Ia tidak melihat kedatangannya donghae.

“chagiya…”panggil donghae setelah ia dekat dengan yoen ni.

“oh….omo!” yoen ni kaget.

“weo? Kamu tidak menyadari oppa datang?” donghae terdengar kecewa.

“ania oppa…ania… hanya…hanya saja…”

Donghae mengacak-acak rambut yoen ni. “sudahlah lupakan… kamu siap?”

“ne…” yoen ni menengok ke dalam rumah. “oemma…. Aku pergi”

“kaja!” donghae menggandeng tangan yoen ni.

Sesampai di luar gerbang rumah, yoen ni seperti mencari sesuatu. Tepat di dekat tiang listrik ia melihat tempat sampah. Kado yang tadi diberikan oleh jong won ia buang. Ia mencoba untuk tidak dilihat oleh donghae,  tetapi donghae melihatnya.

“apa yang kamu lakukan tadi? Mencari sesuatu?” tanya donghae setelah mereka melaju dengan mobil dijalanan.

“nde? Ania…animmida” yoen ni tersenyum.

“oh….baiklah!” donghae kembali berkonsentrasi pada jalan raya.

Yoen ni melihat sana sini. Ia  baru menyadari kalau mobil yang dibeli donghae sangat bagus. “oppa… mobil oppa bagus sekali. Keren!”

“kamu menyukainya?” donghae tertawa kecil. “baguslah kalau begitu. Oppa sengaja membeli mobil ini, khusus buatmu.  Karena mobil ini akan sipa sedia mengantar tuan putri kemanapun tuan putrid mau”

“eeey… oppa ada-ada saja.” Yoen ni melihat ke arah dasbor. “ini kan?” ia mengambil sebuah foto. “oppa membawa juga foto ini?”

“ne…weo?”

“ini jelek oppa…lihat! Aku menggunakan baju rumah sakit dengan kaki di gipp? Ahhh…shiore. Ganti oppa!” rengek yoen ni.

Donghae merebut foto itu dari tangan  yoen ni. “andwae… kalau masalah yang ini oppa tidak mau mengalah. Ini akan tetap disini”

“aaaah…oppa! Kalau chingu oppa naik di mobil ini dan melihatnya  bagaimana? Aku malu oppa”

“kenapa kamu harus malu?” donghae menarik hidung yoen ni. “kamu sangat cantik disini, walalupun dengan baju rumah sakit dan kaki di gipp. Oppa menyukainya”

Yoen ni cemberut. “lihat saja nanti… aku akan mencuri foto itu”

“hahahaha” donghae hanya bisa tertawa.

\(^.^)/

Donghae membentuk tangannya seolah berkacak pinggang dan meminta yoen ni untuk menggandenganya. Yoen ni hanya tersenyum dan menurut saja. Donghae tidak mengira kalau malam ini yoen ni akan sangat cantik dengan dress model rumbai tanpa lengan berwarna krem dan pantopel (bener gag?)  berwarna senada dengan manik-manik dibagian atasnya. Donghae juga tidak kalah sempurna dengan kemeja lengan panjang berwarna caramel dan celana berwarna hitam. Lengan kemejanya di gulung sampai siku.

Mereka masuk ke sebuah restaurant yang terletak di sebuah bukit  kecil. Lantai dua restaurant itu terlihat sepi namun romantis. Dindingnya dipenuhi kaca yang menyajikan pemandangan kota seoul di malam hari. Sebuah meja di ruangan itu sudah dipersiapkan untuk mereka. para pemain musik standby di tempat mereka. rupanya donghae telah menyewa tempat ini khusus untuk yoen ni.

“silahkan duduk!” donghae mempersilahkan yoen ni duduk.

“oppa… jangan bilang oppa menyewa tempat ini?”

“ania… teman oppa hanya meminjamkannya untuk oppa” bohongnya, sejak kapan donghae punya teman di seoul?

“chinca?” yoen ni masih tidak percaya.

Donghae menjentikkan jarinya dan memberikan kode kepada seseorang. Musik mulai mengalun lembut (angel- EXO blues version).  Kemudian seorang pelayan datang dengan hidangan pembuka. Pelayan itu hanya menunduk, tidak berani menampakkan wajahnya. Kebetulan juga yoen ni tidak memperhatikan, ia terlalu terlena dengan pemandangan di luar.

“yoen ni-a!” panggil donghae

“ne…oppa?” yoen ni menatap donghae

Sebuquet bunga mawar kecil berwarna putih di sodorkan donghae ke arah yoen ni. “saengil chukka hamnida!”

“oppa… sejak kapan oppa membawa bunga?” yoen ni bingung

“aku memeng selalu membawanya” donghae tersenyum

Merekapun berbincang satu sama lain. Sesekali donghae melontarkan lelucon yang membuat yoen ni tertawa. Obrolan mereka terus berlanjut hingga makanan penutup tiba.Pelayan datang dengan sebotol wine  putih dan 2 buah gelas. Pelayan itu menaruh masing-masih gelas di hadapan donghae dan yoen ni. Kemudian menuangkan wine ke dalamnya, setelah itu ia pergi.

“oppa… aku tidak bisa meminumnya” kata yoen ni menunjuk gelas wine di hadapannya.

“baiklah…oppa yang minum”

Donghae akan mengambil gelas yoen ni, tetapi tanpa sengaja menyenggolnya. Gelas itu jatuh, serta wine didalamya tumpah dan hampir mengenai yoen ni.

“omo…” yoen ni reflex berdiri.

“mianhae…chagiya” donghae panik

Yoen ni mengambil tissue di meja dan mencoba membersihkan diri. “kwaenchana oppa!” ia melihat ada yang berkilau di meja. “oppa… ini apa?” yoen ni mengambil benda itu. “cincin?”

Donghae meminta dengan lembut cincin yang ditemukan yoen ni. Ia mengelapnya dengan tissue. Kemudian di hadapan yoen ni donghae berlutut.

“oppa…kenapa oppa?” yoen ni bingung

Musik latar berubah seketika. Sebuah musik yang berbeda dengan yang sebelumnya mengalun (marry u- reff part). Donghae nampak serius.

“choi yoen ni… aku tahu mungkin ini terlalu cepat bagimu. Tetapi bagiku, ini sudah terlalu lama. Aku sudah terlalu lama menunggumu, berharap kamu muncul dihadapanku. Dan kini kamu muncul, apa aku harus menundanya lagi? Tentu saja tidak.”

“oppa?” pipi yoen ni memerah.

“chagiya….. aku mungkin bukan namja yang sempurna atau bukan tipe namja yang kamu idamkan. Tetapi yang terpenting adalah, kamu yoeja terindah yang ditunjukkan tuhan untukku. Aku mencintaimu setulus hatiku, walaupun kamu tidak mencintaiku. Aku menyayangimu sepenuh hatiku, walaupun kamu tidak. Aku tidak berharap balasan lebih darimu. Aku hanya ingin menguangkapkan semuanya padamu malam ini. Karena kau tahu, memendam perasaan bisa membunuhmu”

Yoen ni tidak menyangka donghae akan melakukan ini. “oppa…ini?”

“Choi yoen ni… will you marry me?” donghae menundukkan kepalanya dan terus mengarahkan cincin itu pada yoen ni.

Yoen ni melihat sekeliling. Ia melihat seorang pelayang dikejauhan yang berjingkrak-jingkrak tidak karuan. Ia mengenalinya, itu adalah tao dan di sebelahnya berdiri kris yang mengatur para pemusik. ia meminta pendapat mereka. tao mengangguk keras sedangkan kris acuh tak acuh.

“emmm…” yoen ni berpikir keras. “oppa… saranghae!”

Donghae mengangkat  kepalanya. “chinca?”

“ne..” yoen ni mengangguk.

Donghae memasangkan cincin itu di jari manis tangan kiri yoen ni. “gomawo!”

“nado!” yoen ni memeluk donghae erat. “noemu saranghae!”  wajah yoen ni terlihat murung.

\(^.^)/

Donghae tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Semua yang Ia alami hari ini bagaikan sebuah mimpi. Setengah berlari ia menuju kamarnya dan menyalakan musik. Ia menari sekuat tenaga. Loncat sana sini, sesekali berteriak mengikuti lagu yang ia putar.

Sungguh melelahkan. Ia merebahkan dirinya di kasur sambil terus tersenyum dan tertawa. Beberapa detik ia memejamkan matanya dan akhirnya memutuskan untuk mandi. #plukk# sesuatu jatuh dari saku celananya. Donghae segera memungutnya.

“aaaah… benda ini. Aku hampir lupa” seketika wajahnya berubah murung. “ kenapa yoen ni membuang benda ini? Aku rasa ini kado dari seseorang”

Donghae terus memperhatikan kado sebesar  kotak tempat cincin itu. Ia tidak berniat membukanya dan mengetahui apa isinya. Setelah mengantar yoen ni pulang tadi, ia penasaran akan   benda yang dibuang yoen ni tadi  sore. Beruntung ia masih menemukannya di tempat sampah dan kemudian mengambilnya.

“apa ini dari jong won?” donghae ingat sempat berpapasan dengan jong won dirumah yoen ni. “Apa benda ini hadiah ulang tahun dari jong won? Tetapi kenapa yoen ni membuangnya? Apakah…..”

Pikiran itu menghampiri donghae. Ide gila tentang apa yang terjadi sebenarnya diantara yoen ni dan jong won. Ia sangat berharap kalau tebakannya itu salah. Karena jika itu benar, berarti selama ini dia hanya wadah pelampiasan bagi yoen ni. Dan jika itu memang benar, apa yang terjadi malam ini adalah suatu sandiwara dan kebohongan besar.

\(^.^)/

Pagi yang cerah, dan sangat berisik. Yoen ni terbangun dari tidurnya dengan perasaan sedikit kesal. ia berencana untuk bangun sedikit lebih siang dari biasanya, tetapi semuanya gagal. ia menggeliat dengan malasnya dan berjalan perlahan untuk membuka jendela. Jendelan kamarnya mengarah ke halaman belakang rumah.

“noona….ironaaa!” teriak seseorang di halaman belakang.

Yoen ni memincingkan matanya. “nugu?” katanya pelan

“Noona…good morning. Come on! We jogging together” teriak tao lagi

“yakkk… kalian sedang apa pagi-pagi disini?”

Kris hanya tersenyum dan terlihat menawari yoen ni kopi. Ia duduk santai sambil membaca koran. Sedangkan tao, berlari sana sini dengan kucing peliharan yoen ni, kitty. Yoen ni hanya mendengus.

“turunlah noona…!” teriak tao lagi

“ara!!!” balas yoen ni.

Ia segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri. 20 menit kemudian ia sudah berada diruang makan. Sudah lama yoen ni sekeluarga tidak sarapan bersama, apalagi plus tao dan kris dimeja makan, suasana menjadi semakin cerah.

Selesai makan tao sibuk membantu oemma yoen ni dan melarang yoen ni membantu. Akhirnya kris menarik yoen ni dan mengajaknya mengobrol di halaman belakang.

“otthe?” tanya kris

Yoen ni mengernyitkna dahi. “mwo?”

“apa kamu yakin dengan pilihanmu sekarang?”

“ooooh…” yoen ni mengerti. “aku yakin! Aku rasa ini pilihan terbaik untukku”

“untukmu?” tanya kris

“ne…” yoen ni mengangguk serius.

“lalu bagaimana dengan mereka? apa alasanmu hanya karena dirimu saja?”

Yoen ni menghela napas. “aku juga tidak tahu,oppa! Apakah keputusanku ini terbaik untuk mereka, khususnya donghae oppa. Aku tidak peduli dengan jong won oppa”

“apa kamu mencintai donghae hyung?”

“nde?” yoen ni terdiam sebentar. “aku rasa aku mencintainya”

“lalu jong won hyung? Apa kamu masih mencintainya?” kris menekankan pada kata ‘masih’

“mollayoe!” katanya ragu.

Kris menatap yoen ni serius. “apakah kamu lebih mencintai jong won hyung dibanding donghae hyung?” yoen ni tidak menjawab. “hahhhh…” kris pasrah. “ aku pernah mendengar suatu kalimat yang sangat bagus”

“mwo?” yoen ni ingin tahu.

“apa kamu percaya takdir?” tanya kris balik.

“aku percaya” yoen ni serius.

Sometimes the people you love are not your destiny!”  kris mengelus kepala yoen ni dan pergi.

Yoen ni mencoba mencerna perkataan kris. “apakah itu benar?”

\(^.^)/

Yoon ah berjalan dengan anggun menuju kantin rumah sakit Seoul untuk menemui sahabatnya yang juga bekerja di sana. Ia memilih tempat duduk dengan sofa dan untuk dua orang. Beberapa perawat menyapanya, karena ia memang sering mengunjungi sahabatnya yang juga sekaligus dokter di rumah sakit itu.

“eonnie…”

Yoon ah melambaikan tangannya. “Joo hyun-ah!” ia menyambut  sahabatnya, soe joo hyun, dengan pelukan hangat.

“eonnie… yepposoe!” kata joo hyun. “kelihatanya eonnie sedang senang.”

“ania…” yoon ah berubah murung.

“weo?”

“oppa menolak untuk menikah denganku secepatnya!” suara yoon ah tertahan.

“lagi?” joo hyun kesal. “sudah berapa kali ia menolak? Sekarang alasannya apa?”

“katanya ia belum siap!” yoon ah hampir menangis.

“alasan kuno…belum siap apa lagi?  Kalian hampir 4 bulan lebih bertunangan. Sampai kapan akan ditunda pernikahan kalian? Eonnie harus tegas padanya”

“aku sudah melakukannya… tetapi…” tangis yoon ah meledak.

Joo hyun segera mengambil tissue. “uljima!”

“tetapi ia selalu mengancam akan membatalkan pertunangan ini. Aku sangat mencintainya. Aku tidak mau kehilangan jong won oppa. Aku tidak mau kehilangan dia lagi.”

“arayoe…uljima eonni.” Joo hyun mencoba menenangkan.

“kamu tahu sendiri kan?” yoon ah mencoba tenang. “jong won oppa adalah cinta pertamaku. Aku mencintainya sejak aku berumur 7 tahun. Aku tidak mau dia pergi lagi dariku seperti dulu.”

“ne eonni… arasoe! Aku tahu bagaimana eonnie akhirnya memilih kembali ke Korea dan menolak kontrak dengan designer itu kan? Aku tahu semua alasan eonnie kembali ke Korea. Itu semua demi jong won oppa.” Joo hyun mencoba mengingat. “ waaaah…. Eonnie sangat berantakan waktu itu.”

“ne..” yoon ah mengangguk.

“eonnie seperti mayat hidup waktu itu. Seandainya eonnie tidak mendengar berita kalau jong won oppa akan menikah dengan…emmm…dengan…aku lupa. Eonnie sudah menjadi model terkenal sekarang. Eonnie sudah dibutakan cinta”

Yoon ah memukul joo hyun pelan. “ jangan ungkit itu lagi. Karena aku sudah mengorbankan semuanya, oppa harus menjadi milikku. Apapun caranya dan bagaimanapun resikonya” yoon ah membara. “aku tahu, ini pasti karena dia. Kenapa dia harus kembali?” gumam yoon ah.

Ponsel  joo hyun berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk. Joo hyun segera membukanya, dan isi pesan itu membuat ia terkejut. “mwo?”

“ada apa, joo hyun-ah?” yoon ah masih terisak.

“daebak…” joo hyun memasukkan ponselnya ke saku jas putihnya. “eonnie… tahu dokter Lee? Yang pernah aku ceritakan itu. Dokter spesialis orthopedic yang keren itu.”

“ah…arayoe. Weo?”

“dia sudah bertunangan… dan dalam waktu dekat akan menikah. Ahhhh… beruntungnya yoeja yang bisa mendapatkannya” joo hyun kecewa. “eonnie tahu… yeoja yang beruntung itu siapa?”

“nugu?” entah kenapa yoon ah jadi penasaran, padahal ia sudah tahu jawabannya.

“dia adalah  pasiennya saat di Canada dulu. Dan itu juga alasan dia pindah ke Korea, demi mengejar yoeja itu. Aku penasaran bagaimana wajah yoeja itu? Apa ia sangat cantik?”

“ania…” yoon ah tiba-tiba menjawab.

“morago?”

“ahhh….animmida” yoon ah segera mengalihkan pembicaraan.

\(^.^)/

Berita tentang pertunangan yoen ni dan donghae juga sampai di telinga jong won. Kibum yang kebetulan menghadiri acara pertunangan yoen ni dan donghae menceritakan semuanya. Pertunangan yoen ni dan donghae secara resmi diadakan 1 minggu yang lalu. Acara pertunangan itu hanya sebatas acara keluarga saja. Yoen ni hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat, sedangkan donghae hanya  mengundah beberapa keluarga yang masih ia punya dan tentu saja keluarga angkatnya di Canada.

Jong won uring-uringan di apartementnya. Yoon ah hanya bisa bersabar menghadapi sikap jong won  yang kasar padanya. Jong won melampiaskan amarahnya ke pada yoon ah. Beberapa kali jong won menginginkan pertunanganya dibatalkan dengan yoon ah. Yoon ah harus meminta bantuan kibum dan  orangtua jong won untuk meminta jong won mengurungkan niatnya.

Disatu sisi yoon ah sangat senang yoen ni akhirnya bertunangan dengan donghae dan akan lenyap dari kehidupan jong won dan dirinya. tetapi disisi lain, kejadian itu merubah jong won menjadi namja yang jahat.

“oppa mau kemana?” teriak yoon ah dari arah dapur.

“bukan urusanmu.” Jong won terlihat berantakan. “untuk apa kamu berada disini? Aku sudah mengusirmu kan?”

Yoon ah terisak. “aku khawatir dengan keadaan oppa! Oemma dan appa juga khawatir”

“mwo? Kalau kamu memang mengkhawatirkanku, pergi dari hadapanku” bentak jong won

“oppa….kenapa oppa jadi seperti ini sekarang? Apa lagi-lagi karena nappen yoeja itu, haa?” yoon ah tidak tahan lagi. “oppa tahu… ia tidak mencintai oppa lagi. Buktinya dia akan menikah dengan namja lain.  Sampai kapan oppa tidak mau menerima ini? Yoen ni sudah melupakan masa lalunya dan menemukan kehidupan barunya. Oppa adalah pecundang. Oppa phabo!”

“morago?”

“oppa phabo” tangis yoon ah menjadi. “oppa egois! Oppa hanya memikirkan diri oppa sendiri. Oppa tidak pernah peduli orang disekitar oppa yang sangat mencintai oppa. Oppa tidak tahu? keadaan oppa sekarang membuat kami cemas. Hanya kami yang peduli pada oppa. Nappen yoeja itu tidak peduli  sama sekali. Apa yang oppa harapkan dari dia, ha?”

Jong won mengepalkan tangannya. “diam…diam! Jangan katakan apapun lagi. Yeon Ni selalu mencintaku. Aku tahu itu. Kamu tidak tahu apa-apa, karena kamu tidak pernah merasakan bagaimana dicintai seseorang”

Yoon ah membanting mangkuk yang sedari tadi ia pegang  #prangg#. “oppa egois!” ia mengambil tasnya dan hendak pergi. “oppa terlalu yakin tentang perasaan yoen ni pada oppa. Coba oppa pikir, jika ia memang sangat mencintai oppa seperti yang oppa katakan. Kenapa ia meninggalkan oppa? Kenapa ia lebih memilih donghae dibanding oppa? Aku yakin yoen ni pernah mengatakan alasannya.” Yoon ah mendekatkan wajahnya ke jong won. “tetapi oppa tidak pernah mempedulikannya. Karena oppa egois! Oppa bangunlah, jangan terus bermimpi” yoon ah membanting pintu dan pergi.

Jong won berdiri terpaku. Ia memikirkan apa yang dikatakan yoon ah.  Apa yang dikatakan yoon ah benar? Apa benar  yoen ni tidak mencintainya?

\(^.^)/

Donghae dan yoen ni baru saja pulang dari sebuah butik. Pernikahan mereka sebentar lagi.  Segala persiapan telah  dilakukan, hanya tinggal menunggu menyebar undangan saja. Yoen ni telah memikirkan semuanya masak-masak. Ini adalah keputusan terbaik. Ia menyadari bahwa ia masih mencintai jong won. Tetapi ia juga mencintai donghae, walaupun tidak sebesar kepada jong won. Yoen ni yakin  suatu saat ia akan mencintai donghae sepenuh hati.

Yoen ni memandangi donghae lekat-lekat. Namja didepannya ini sangat mencintainya. Mencintainya sebagai yoen ni, dirinya sendiri. Tidak mungkin ia mengecewakan perasaan donghae oppa yang tulus. Kata-kata kris saat itu sangat berpengaruh padanya. Donghae oppa adalah takdirnya, dan itu tidak akan berubah. Kita pasti akan mencintai seseorang yang ditakdirkan untuk kita, walaupun itu membutuhkan waktu.

#trrrrrrt# ponsel yoen ni bergetar.

Ia tidak mengenali nomor yang meneleponnya “oppa…” yoen ni menatap donghae

“woe? Angkat saja… mungkin chingu” donghae tetap berkonsentrasi pada jalanan.

“yumseo?” yoen ni mengangkat telepon itu.

“………….”

“nuguseyoe?”

“………….”

“oh… ada apa?”

“………………”

“aku…” yoen ni berpikir sejenak. “aku tidak bisa. Katakan saja sekarang!”

“……………..”

“arasoe… odiseo?”

“………….”

“ne…!” yoen ni menghela napas. “oppa…bisa mengantar aku ke suatu tempat? Sebentar saja!”

“arayoe!” donghae tersenyum. “aku akan mengantar kemanapun tuan putri  mau.” Donghae menarik hidung yoen ni, lagi.

“gomawo, oppa!” yoen ni tersenyum

\(^.^)/

“oppa yakin tidak mau ikut?” yoen ni menawarkan

“ne… kamu pergi saja. Mungkin chingumu hanya ingin berbicara 4 mata denganmu. Oppa akan menunggu disini”

“baiklah…” yoen ni melangkah meninggalkan donghae, ada sedikit perasaan ragu menghinggapinya.

Jong won terlihat menunggu dengan tidak sabar. Penampilannya tidak terlalu buruk, ia tidak mau terlihat kacau didepan yoen ni. Taman itu cukup sepi, hanya terlihat beberapa orang yang berjalan. Bising suara kendaraan di jalanan tidak terlalu menganggu karena terhalangi pohon-pohon.

Yoen ni melangkah ragu. Ia melihat orang yang meneleponnya tadi sedang terduduk  disebuah kursi. Cahaya di sekitar tempat duduk itu remang-remang. Yoen ni berhanti tepat dibawah lampu taman yang berjarak sekitar 6 meter dari kursi itu.

“ada apa oppa ingin menemuiku?” kata yoen ni dengan suara kecil.

Jong won segera berdiri. “kamu sudah datang? Duduklah!”

“ne…” yoen ni melangkah ragu menuju kursi itu. Ia tidak bisa melihat wajah jong won dengan jelas.

“chukkae!” kata jong won. “aku rasa ia pilihan yang tepat.” Jong won berkata setengah hati.

“ne….” yoen ni menunduk.

“emmmmm….” Jong won terdiam sejenak. “apa kamu bahagia?”

“ne…noemu  haengbokhae (bahagia)” yoen ni menghela napas. “aku sangat mencintainya”

Jong won sontak berdiri. “jangan mencoba membohongiku. Kamu tidak mencintainya, yoen ni-a”

“aku tidak mau berdebat soal itu” yoen ni berdiri dan hendak pergi.

Jong won menahannya. “jebal…dengarkan aku dulu. Ini yang terakhir, dan aku tidak akan menggangumu lagi.”

“baiklah!” yoen ni mengalah.

“apakah sekarang kamu mencintaiku atau dia?”

Yoen ni berpikir, memilih kata-kata yang tepat. “aku mencintainya, sekarang dan selamanya.”

“weo? Aku tahu kamu mencintaiku”

“oppa jangan sok tahu. aku akui, sebelum bertemu donghae oppa aku  mencintaimu. Tetapi sekarang semua berubah, aku mencintai donghae oppa. Karena ia mencintaiku diriku, bukan orang lain. Ia tulus mencintai, bukan sebagai pelarian.”

“hahhh…” jong won kesal. “tetapi kamu mencintainya karena pelarian kan?”

“ania… aku sungguh-sungguh mencintai donghae oppa. Mungkin oppa benar, awalnya aku mencintainya karena pelarian darimu. Tetapi sekarang, aku belajar untuk mencintainya setulus hati”

“belajar? Cinta tidak untuk di pelajari.”

“donghae oppa adalah takdirku. Dan aku harus belajar mencintai takdirku. Aku rasa oppa juga harus melakukan itu. Cintailah orang yang ditakdirka untuk oppa. Jangan oppa menjadi orang yang egois. Yoon ah-ssi sangat mencintai oppa, dan oppa harus membalasnya”

Jong won memegang kedua lengan yoen ni. “kamulah orang yang ditakdirkan mencintaiku”

“ania oppa!”

“persetan dengan takdir. Aku mencintamu, kamu juga mencintaiku kan? Ini adalah takdir yang kamu inginkan eoh?”

Yoen ni melepaskan lengannya perlahan. “orang yang kamu cintai belum tentu adalah takdirmu.” Yoen ni melangkah pergi.

Jong won segera menghadang yoen ni. “akan aku buktikan kalau kamu mencintaiku hingga sekarang. Dan aku tidak peduli dengan takdir itu.”

“mwo?” yoen ni bingung.

Jong won memegang kedua pipi yoen ni dan kemudian menciumnya. Yeon ni meronta, dan mendorong jong won sekuat tenaga.  Tangan kanan jong won berpindah ke bagian belakang kepala yoen ni dan menahan yoen ni menjauh, begitu juga tangan kirinya yang menahan yoen ni di pinggangnya. Jong won melampiaskan emosinya dengan mencium yoen ni. Yoen ni tidak bisa mendorong jong won menjauh dan melepaskan ciumanya karena tenaganya tidaklah cukup.

 Yoen ni hanya bisa menangis. Bayangan wajah donghae yang tersenyum padanya melintas begitu saja. Senyum yang begitu hangat dan tulus. Senyum yang selama ini selalu memenuhi  hari dan hatinya. Ia melakukan perbuatan yang salah saat ini. Donghae pasti akan sangat terluka. Sekali lagi sekuat tenaga yoen ni melawan.

#plakkk# sebuah tamparan melayang ke pipi jong won setelah yoen ni berhasil melepaskan diri. Jong won hanya terdiam dan memegangi pipinya. Yoen ni menangis terisak, airmatanya terus mengalir. Ia mengusap bibirnya dengan punggung tangan dan menatap jong won dengan jijik. Ia pun berlalu dan meninggalkan jong won yang akhirnya jatuh berlutut.

“weo, yoen  ni-ah?” tanyanya.

“karena aku mencintai donghae oppa, dan aku tidak mencintaimu lagi. Oppa hanya masa laluku.  Dan aku ingin melupakan itu” yoen ni masih terisak.

\(^.^)/

Yoen ni berjalan tertatih dan terus menangis. Ia tidak mau mengingat lagi apa yang terjadi tadi. Semuanya berlalu begitu saja tanpa bisa dicegah. Yoen ni terus mengusap bibirnya yang kotor itu. Ia mengigitinya, kesal pada dirinya sendiri. Ia tidak menyadari kalau bibirnya mulai berdarah karena ia mengigitnya.

Donghae terlihat keluar dari sebuah cafĂ© coffe dengan 2 gelas  minuman. Yoen ni yang melihat donghae dari kejauhan menangis semakin menjadi. Ia berlari menghampiri donghae. Donghae hanya terpaku dan tidak mengerti apa yang terjadi pada yoen ni.

“jangan berlari” teriak donghae.

#klek# terdengar sesuatu ditelinga yoen ni. Kakinya terasa sakit dan ia pun jatuh tersungkur. Donghae panik dan menjatuhkan minuman yan ia bawa. Sesegera mungkin ia menghampiri yoen ni.

“kwaenchana?” donghae segera membatu yoen ni bangun.

Yoen ni hanya menangis dan memeluk donghae. “oppa!”

“kamu kenapa? Ada yang terluka?”

“oppa” yoen ni tidak mau melepaskan pelukannya.

“uljima… oppa tidak akan kemana-mana. Kaja!” donghae mengendong yoen ni dan mendudukkannya di sebuah kursi diluar cafĂ© itu. “coba oppa lihat”

“auch” yoen ni meringis kesakitan.

“lihat…lututmu berdarah, sikumu juga.” Donghae melihat wajah yoen ni. “kenapa bibirmu juga berdarah?”

Yoen ni hanya terdiam dan terisak. Ia menunduk, tidak berani menatap donghae.

“apa terjadi sesuatu antara kamu dan chingumu?”

Yoen ni geleng kepala. “ania…”

“lalu kenapa menangis?”

“oppa tidak lihat?” yoen ni mencoba tersenyum. “aku baru saja jatuh dan itu menyakitkan. Sepertinya aku menghancurkan lututku.”

Donghae tertawa. “dasar cengeng! Siapa suruh berlari….oppa kan sudah melarangnya”

“karena….karena…” yoen ni ragu-ragu. “aku merindukan oppa”

“eyyy…. Kaja pulang!”

Donghae mengendong yoen ni kedalam mobil. Sebelum sampai dirumah , ia mengurusi dulu luka-luka yoen ni.

\(^.^)/

“dia memang sembrono!” kata oemma yoen ni. “donghae-a… sebaiknya kamu menginap saja. Ini sudah terlalu malam.”

“ania ommoni! saya pulang saja”  tolak donghae sopan.

“oppa…jangan pergi oppa. Donghae oppa!” yoen ni mengigau

Donghae segera menghampiri yoen  ni. “oppa disini!” donghae memegang kening yoen ni. “ommoni, ia demam”

“aigoo… ommoni akan mengambil air panas untuk mengompresnya.”

“ania… biar saya yang merawatnya”

“arasoe… akhirnya kamu akan menginap juga kan? Kalau butuh sesuatu bilang pada ommoni”

“ne…gomapsumnida!”

Tidak lebih dari 15 menit, donghae sudah mengompres yoen ni. Melihat keadaan yoen ni, donghae merasa tidak tenang. Apakah ini karena kejadian tadi?

~FLASHBACK~

#trrrrrttttt# sebuah ponsel bergetar. Donghae mencoba mencari letak ponsel itu. Ia akhirnya menemukannya, dan itu milik yoen ni. Tertera nama kris di layarnya.

“yumseo…ada apa?” jawabnya.

hyung….yoen ni mana?”

“ia pergi menemui temannya dan kurasa ponselnya tertinggal!”

aish…ada hal penting yang harus aku bicarakan padanya. Bisakah hyung menyusulnya dan memberikan ponselnya?”

“apakah tidak bisa nanti?”

jebal hyung!” kris memohon. “ini darurat…please!”

“arayoe… nanti aku telepon balik”

gomawo…hyung” sambungan telelpon terputus.

Sedikit susah menemukan yoen ni disebuah taman yang cukup luas. Hingga ia akhirnya menemukan yoen ni dengan seorang namja, dan terlihat seperti jong won. Donghae berniat berteriak untuk memanggil, tetapi… jong won mencium yoen ni. Donghae segera memalingkan wajahnya dan berlalu pergi.

~FLASHBACK END~

“Apakah kamu sangat mencintainya?” Tanya donghae dalam hati. “jika kamu memang mencintainya, kenapa kamu memilih aku?”

Donghae mengenggam tangan yoen ni erat dan akhirnye tertidur.

\(^.^)/

Tidak terjadi hal yang serius dengan lutut yoen ni. Ia hanya butuh waktu dua hari untuk sementara memakai tongkat. Donghae tidak henti-hentinya mengomel pada yoen ni.

“mianhae oppa… tetapi sekarang sudah sembuh kan?”

“eey… beruntung cepat sembuh. Kenapa kamu tidak pernah bisa mendengarkan apa kata oppa? Kalau kris yang berbicara selalu kamu dengarkan”

“mianhae oppa!” yoen ni tersenyum manja.

“ara…” donghae mengalah.

Donghae memapah yoen ni berjalan perlahan menuju loby rumah sakit. “yakin tidak mau oppa antar?”

“ne… aku bisa pakai taksi. Oppa tida perlu memapahku, aku bisa jalan sendiri!”

“arayoe… oppa hanya khawatir”

“donghae-ssi, yoen ni-ssi” panggil seseorang dari belakang.

Yoen ni menoleh. “oh…. Yoon ah-ssi”

“kalian mau kemana?” tanyanya.

“yoen ni mau pulang! Aku ingin mengantarnya, tetapi ia menolak. Jadi sekarang harsu mencari taksi” jawab donghae.

“oooo… bagaimana kalau ikut denganku. Seingatku rumah kita searah” yoon ah menawarkan.

Yoen ni tersenyum. “gomawo…. Aku bisa pakai taksi!”

“ayolah…!” paksa yoon ah

“chagiya… akan lebih baik kamu pulang dengan yoon ah-ssi” bujuk donghae

“tetapi nanti merepotkan!” yoen ni tetap menolak.

“ania….” Yoon ah tersenyum. “tidak akan merepotkan.”

“baiklah…” kata donghae tiba-tiba. “chagiya…dengarkan aku eoh?”

“arasoe…”

Akhirnya yoen ni menumpang pada yoon ah untuk pulang.

\(^.^)/

Ternyata yoon ah tidak mengantar yoen ni pulang. Melainkan membawanya ke sebuah rumah di pegunungan. Villa itu miliknya sebagai hadiah pertunangannya dengan jong won.

“wahhh…. Aku senang kamu mau menemaniku untuk mendekorasi ulang rumah ini” kata yoon ah setelah mempersilahkan yoen ni duduk.

“ne…eonnie! Rumah yang bagus, aku senang bisa membantu. Lagian aku tidak ada kerjaan jika harus berdiam diri dirumah”

“gomawo…yoen ni-a” yoon ah tersenyum licik. “semoga ada yang bisa dimakan!” ia menuju dapur.

Yoen ni melihat sekeliling rumah. Villa ini sangat bagus. Pemandanganya juga sangat indah. Rasanya ia ingin tinggal disitu.

“aku hanya menemukan apel. Apa kamu mau?” yoon ah datang dengan sekeranjang kecil apel dan pisau.

“gomawo!” yoen ni kembali duduk.

“eonnie kupaskan eoh?” yoon ah memperlakukan yoen ni seperti adiknya.

“ania eonnie… aku lebih suka memakan dengan kulitnya”

“baiklah!”

Yoon ah memotongkan  kecil buah apel itu agar lebih mudah dimakan. Beberapa buah aple ia kupas dan beberapa juga tidak.

“kamu tahu?” yoon ah angkat bicara. “aku mencintai jong won oppa sudah lama, dan Paris memisahkan kita. Suatu hari aku kembali dari Paris dan menghancurkan karierku demi menemuinya.”

“nde?” yoen ni tidak mengerti.

“aku kembali ke korea begitu mendengar ia akan menikah dengan seorang yoeja. Aku kira ia akan menungguku seperti janjinya dulu, ketika kamu bermain bersama. ketika umurku hanya 9 tahun. Aku mempercayainya akan menungguku. Tetapi seperti kamu tahu, itu hanya  janji anak kecil dan bodohnya aku percaya hingga sekarang”

“eonnie…”

“kenapa jong won oppa tidak bisa mencintaku? Kenapa ia lebih memilih yeoja itu? Aku menjadi gila memikirkannya. Terbersit keinginanku untuk memisahkan mereka berdua. Dan tuhan memihak padaku.”

~FLASHBACK            ~

Yoon ah hanya bisa melihat dari jauh namja idamanya itu. Namja itu seperti menungggu seseorang. Yoon ah hanya terdiam, ia bingung harus melakukan apa. haruskan ia mendekatinya? Akankan ia ingat padanya? Ia akhirnya memutuskan untuk mendekati namja itu.

“jong won oppa!” katanya.

Perbincang singkat diantara mereka pun terjadi. Yoon ah hanya bisa mengagumi jong won dan tidak lebih. Tepat sebelum ia pergi, ia melihat seorang yoeja mendekat. Yoeja itu terlihat bahagia dengan  sebuah kotak persegi panjang kecil ditangannya.

gomawo oppa. Aku suka tulip! Tetapi, ini untuk yoejachingu oppa kan?” yoon ah menerima bunga dari jong won.

“itu gampang! Ia tidak terlalu suka dengan  bunga”

“gomawo oppa!” yoon ah menyium pipi jong won. “oh...mianhae! aku lupa ini bukan Paris” yoon ah segera meminta maaf.

“kwaenchana!” jong won juga kaget

“annyeong oppa!” yoon ah pergi.

Ia tersenyum nakal ketika melihat ekspresi yoeja itu. Ia tahu bahwa yoeja itu adalah calon istri jong won. Mencium pipi jong won adalah rencana yang bagus.

~FLASHBACK END~

Yoen ni tercengang mendengar penuturan yoon ah. Apakah yoon ah  serius dengan ucapannya? Yoen ni menelan ludah.

“sayang sekali kamu juga muncul. Dan semuanya menjadi percuma. Kematian young ni memang diluar prakiraanku. Tetapi aku bersyukur ia meninggal, jadi aku tidak perlu mengotori tanganku.”

“eonnie… ini tidak lucu.” Yoen ni berdiri dan hendak pergi. “ yoon ah-ssi… ini hanya bercanda kan?”

“aku serius… sepertinya sekarang aku harus mengotori tanganku. Kamu mau kemana, choi yoen ni?”


\(^.^)/

Diwaktu yang sama, jong won baru saja terbangun. Kamarnya berbau tidak sedap, alcohol. Jong won segera keluar dari kamar itu dan menuju dapur. Tenggorokannya sangat kering, ia butuh air.

#trrrrrt# ada pesan masuk ke ponselnya. ‘OPPA… AKU AKAN MENGAKHIRI SEMUANYA SEKARANG!’

jong won melihat siapa pengirimnya, dan itu adalah yoon ah. Jong won sama sekali tidak mengerti maksud pesan tersebut. #tiluittt# seseorang membuka pintu.

“hyung….sudah sarapan?” tanya kibum terburu-buru.

“ania… aku belum lapar!” jawab jong won acuh.

Kibum mengeluarkan makanan yang ia bawa. “ini dari oemma… kata noona, hyung jarang makan akhir-akhir ini. Jadi oemma membuatkan makanan kesukaan hyung”

“yoon ah mengatakan itu pada oemma?” jong won mendengus.

“oh iya… tadi aku melihat noona saat lampu merah, tidak jauh dari rumah” kibum masih menyiapkan makanan.

“aku tidak peduli”

“noona memiliki hubungan baik dengan yoen ni. Mereka berdua terlihat akrab.” Kibum menyodorkan sarapan pada jong won yang sedang asyik menonton tv. “hyung tidak kerja?”

“tunggu… kamu melihat yoen ni dan yoon ah dalam satu mobil?”

“ne… sepertinya mereka akan ke villa!” kibum mencoba mengingat.

Jong won segera melihat pesan dari yoon ah. “kapan kamu melihatnya?”

“sekitar….” Kibum mencoba mengingat. “aku rasa 1 jam atau lebih. Pokoknya sebelum aku kerumah mengambil makanan ini. Tadi pagi aku sempat keluar dulu sebelum kesini.”

“gawat… tidak mungkin yoon ah…” jong won segera mengambil kunci mobilnya, ia masih berantakan.

“hyung ada apa?”

“temui dokter lee dirumah sakit seoul… dia spesialis orthopedic. Ajak dia menuju villa yoon ah. Arasoe?”

“ne….hyung!” kibum bingung.

\(^.^)/

“aaaaaaa….” yoen ni terjatuh. “yoon ah-ssi…apa ini jalan keluarnya?” yoen ni mencoba berdiri.

“ne….cuma ini. Aku senang kamu ke Canada waktu itu. aku berharap kamu tidak kembali, tetapi kenapa kamu kembali? Rencana pernikahanmu dengan donghae juga tidak memberi keuntungan padaku. jong won oppa semakin bertingkah menyedihkan mengetahui kalian akan menikah. Apa maumu haaaa?” yoon ah menendang kaki yoen ni.

#brukkk# yoen ni terjatuh lagi. Kakinya terasa  sakit sekali. “yoon ah-ssi….mianhae! aku tidak akan merebut jong won oppa darimu. Aku tidak mencintainya lagi” yoen ni hampir menangis.

“phabo… selama kamu masih hidup, jong won oppa akan selalu mengingatmu. Ia tidak pernah mau melihat ke arahku. Yang ada dipikirannya cuma kamu. Itu menyakitkan… seharusnya kamu tidak terlahir.”

“yoon ah-ssi…andwae” yoen ni memohon.

Yoon ah terus mengacungkan pisau buah itu ke arah yoen ni. “aku akan mengakhiri semuanya disini!mianhae yoen ni… aku mencintai jong won oppa” yoon ah berusaha menusuk yoen ni.

“yoon ah….!!!!”  Teriak jong won tepat dibelakang yoon ah. “michossoe? (kau sudah gila)”

“annyeong oppa… aku memang sudah gila. Semuanya karena kamu, oppa”

Yoen ni berusaha menjauh dengan menyeret tubuhnya. Kakinya terlalu sakit. “yoon ah-ssi…mianhae!”

“buang pisau itu sekarang!” bentak jong won.

“tidak bisakah oppa memintanya dengan sedikit lembut padaku?” yoon ah kembali mengacungkan pisau itu pada yoen ni.

“jebal…yoon ah-a! jangan buat aku semakin marah. Jebal…buang pisau itu”

“ania oppa… aku harus mengakhiri semuanya sekarang” yoon ah kembali menatap yoen ni yang tidak berdaya.

Jong won tidak  bisa bersabar. Ia segera menghampiri yoon ah dan hendak merebut pisau itu. akhinrya terjadilah insiden saling tarik menarik pisau antara jong won dan yoon ah. Yoen ni hanya bisa berdoa, semoga pisau itu tidak melukai siapapun. Ujung pisau itu tepat mengarah pada jong won. Dan…..

“aaaarggg” kata jong won lirih.

“oppa…..ania…oppa!” teriak yoon ah. #tiiing# pisau itu jatuh  ditanah. “oppa!”

Jong won terkapar. “pergi…pergi sana.cepat!!!” bentaknya pada yoon ah.

Sial bagi jong won. Pisau  buah itu menembus perutnya. Darah segar mengalir dari luka tusuk itu. yoen ni hanya terdiam, dadanya sesak. Sedangkan yoon ah sudah menangis sekuat tenaga.

“oppa!” yoon ah ingin menyentuh jong won.

“pergi kau!” bentak jong won lagi. “kamu mau dipenjara eoh? Cepat pergi sana!!!” jong won berusaha mengambil pisau yang tadi menusuknya.

“oppa…” tangis yoon ah. “oppa!”

“pergilah! Sekarang!!!” jong won berhasil mengambil pisau yang terkena darah itu. ia berusaha menghapus bekas sidik jari yoon ah. “kenapa masih disini? Pergi!” jong won meringis.

“oppa…” yoon ah akhirnya menurut pergi.

Jong won menoleh ke arah yoen ni. “yoen ni-a… kamu juga pergi. Tunggu donghae di luar villa ini. Kamu bisa berjalan kan?”

“oppa!” suara yoen ni tertahan, airmata terus mengalir. “ania….aku tidak bisa meninggalkan oppa!” yoen ni mendekati jong won dan berusaha menutup luka jong won agar darah bisa berhenti keluar. “oppa bertahanlah”

“pergilah..!” jong won meringis kesakitan. “aku mohon dengarkan aku. Pergilah!!”

“ania…shiore! Aku tidak bisa meninggalkan oppa seperti ini” yoen ni terus menangis.

“yoen ni-a… saranghamnida. Mianhae, selama ini aku hanya bisa menyakitimu. Saranghae” kata jong won terbata.

#brakkk# donghae membanting pintu. Ia segera berlari kearah yoen ni. Dibelakangnya ada kibum yang terlihat susah mengatur napasnya.

“hyung…” kibum segera  berlari menghampiri jong won yang terkapar tidak berdaya. “hyung…siapa yang melakukan ini? Noona mana?”

“kwaenchanayoe?” donghae memeluk yoen ni. Berusaha membuatnya tenang. “mianhae oppa terlambat”

“oppa…jong won oppa bagaimana?” yoen ni menangis dalam pelukan donghae

“kibum-ssi… cepat telepon ambulan. Jong won terlalu banyak mengeluarkan darah. Cepat!!!”

“ne…”

“kwaenchana!” donghae masih  berusaha menenangkan yoen ni. “jong won akan baik-baik saja!”

\(^.^)/

Donghae berlutut di depan yoen ni sambil membersihkan kedua tangan yoen ni yang berlumuran darah. Yoen ni masih terus menangis. Donghae tidak tahu harus berbuat apa, yoen ni tetap saja menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.

Seorang dokter keluar dari ruangan dimana jong won berada. Hampir berbarengan kibum juga datang dengan kedua orangtuanya.

“dokter bagaimana?” tanya kibum.

“miannata… tuan kim sudah…” dokter itu berubah sedih, ia menundukkan kepalanya.

“anakku… anakku!” oemma jong won jatuh pingsan.

Appa jong won segera  menangkapnya sebelum jatuh. “kibum-ah… kamu urus semuanya! Ayo istriku!”

Yoen ni yang juga mendengar langsung dari dokter hanya terpaku. Ia berharap ini hanya sebuah mimpi. Ia berharap sekarang bisa segera terbangun dan tidak ada yang terjadi. Dipojok lorong yoon ah terlihat mengintip. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Ia telah membunuh jong won, orang yang ia cintai.

“yoen ni-a….” donghae menghampiri yoen ni yang terlihat shock.

“ania…jong won oppa belum….ania” tangis yoen ni meledak.

“uljima…tuhan berkehandak lain pada jong won-ssi.mungkin ini yang terbaik”

“ania…ini semua salahku. Jong won opppa meninggal karena aku. Seharusnya aku yang meninggal, bukan jong won oppa” yoen ni menangis dalam pelukan donghae.

“apakah kamu mencintainya?” kata donghae dalam hati.

“aku sudah menyakiti jong won oppa. Aku yang pantas mati”

“uljima…jong won-ssi ingin kamu terus hidup. Itu sebabnya ia melakukan ini”

“ania…”

Donghae memeluk yoen ni semakin  erat. “uljima…jebal” wajah donghae murung,   entah kenapa hatinya terasa sakit.

\(^.^)/

Yoen ni duduk dengan anggun diruangan khusus pengantin perempuan. gaun pengantin berwarna putih dengan design yang simple dan elegan (bayangain sendiri ya? Author gag jago dalam hal beginian) melekat dibadanya. Rambutnya ia gulung di belakang sedikit ke atas, terlihat begitu anggun.

#tok---tok---tok# seseorang mengetuk pintu dan membukannya perlahan.

“chagiya…”kata donghae lembut.

“oppa?’ yoen ni terkejut. “oppa dilarang masuk ke sini kan?”

“ada hal penting yang ingin oppa bicarakan.”donghae menghampiri yoen ni. “sebelumnya, oppa rasa ini milikmu” donghae memberikan yoen ni sebuah kado kecil.

“ini kan?” yeon ni mengenali benda itu. “aku sudah membuangnya. Kenapa oppa bisa memilikinya?”

“ini dari jong won kan? Aku rasa ini sangat berarti buatmu”

Yoen ni membuka kado itu. sebuah liontin berwarna perak yang indah berada dibalik bungkusan itu. yoen ni membukannya dan mendapati fotonya dan foto young ni. Terdapat sebuah tulisan disana ‘aku mencintai kalian berdua’,  begitu yang tertulis. Yoen ni tersenyum membacanya namun juga meneteskan airmata.

“uljima…” donghae mengusap airmata yang mengalir dipipi yoen ni. “oppa sudah memikirkan semuanya masak-masak. Sebaiknya kita batalkan pernikahan ini”

“mwo?” yoen ni terkejut dengan pernyataan donghae. “maksud oppa apa?”

“oppa tidak mau memaksakan keinginan oppa. Oppa tahu kamu sangat mencintai jong won. Oppa tidak mau menjadi penghalang lagi. Walaupun jong won sekarang sudah tiada. Oppa sadar, seseorang pasti ingin menikahi orang yang ia cintai. Dan untuk saat ini kamu belum mencintai oppa. Jadi  sebaiknya pernikahan ini dibatalkan saja dan kita memulai semuanya dari awal. Oppa akan berusaha membuat kamu mencinta oppa sepenuhnya. Dan disaat itu tiba, baru oppa akan melamarmu lagi”

“oppa… ania oppa! Pernikahan ini tidak bisa dibatalkan semudah itu”

“gampang… oppa tinggal bilang kepada semua undangan bahwa pernikahannya dibatalkan. Selesai!”

“tetapi?” yoen ni tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

“oppa pergi dulu…. Sebelum mereka menghabiskan makanan, oppa harus membatalkan acara ini” donghae melangkah pergi dengan senyumnya yang hangat.

“oppa!” yoen ni meneteskan airmata,  jantungnya berdegup tidak karuan. “oppa…tunggu!” yoen ni berusaha berdiri dan mengejar donghae.

Tinggal 3 langkah lagi donghae mencapai pintu. Ia menghentikan langkahnya ketika mendengar yoen ni memanggil.

“oppa…” yoen ni menyeret kaki kirinya. “a…a….a..a” yoen ni hampir terjatuh.

“yakkk…” donghae segera menangkapnya. “ada apa pengantin perempuan dengan kaki di gipp?”

“oppa!” yoen ni memeluk donghae erat. “andwae… jangan batalkan pernikahan ini. Aku tidak mau. Aku tidak mau batal menikah dengan oppa. Aku mencintai oppa, dan masih akan terus mencintai oppa.”

“apa kamu yakin?” donghae tersenyum nakal. “jika pendetanya sudah datang, pernikahan ini tidak bisa dibatalkan.”

“yakkk…lee donghae! Kamu tidak percaya padaku? harus aku buktikan dengan apa?”

Donghae berpikir sejenak. “mungkin seperti ini”

Donghae memegang dagu yoen ni dan mengangkatnya sedikit, sehingga seolah yoen ni mendongak. Donghae mendekatkan wajahnya pada wajah yoen ni. Yoen ni memejamkan mata, jantungnya semakin berdetak tidak menentu. Akhinya sesuatu yang lembut menyentuh bibir yoen ni. Donghae mencium yoen ni dengan lembut dan penuh cinta.

#klekk…# terdengar pintu terbuka. Donghae segera mengakhiri ciumannya. Yoen ni hanya tertegun dan tersenyum bahagia.

“hey…permisi maaf menganggu. Pengantin pria, pendetanya sudah datang” kata kris menggoda. “ckckckc… kalian tidak bisa menunggu sebentar ya? Hyung tahu kan…pengantin pria dilarang menemui pengantin perempuan sekarang. Aigoooo…” kris geleng-geleng kepala.

“oppa…” rengek yoen ni pada kris. “oppa ini penguntit eoh?”

“eyyy…kenapa jadi aku yang salah. Hyung…cepatlah!  Nanti bisa dilanjutkan kok” kris meninggalkan mereka.

“gomawo!” kata donghae

“nado!” yoen ni kembali memeluk donghae. “saranghae”

“emmm..” donghae mencium yoen ni dikeningnya. “oppa pergi dulu. Oppa tunggu di altar”

“ne oppa!” tatapan mata yoen ni mengiringi kepergian donghae.

\(^.^)/
Epilog

Yoon ah terlihat berdiri di pojok rungan itu. tatapannya terus mengarah pada yoen ni yang sedang melempar buquet bunganya. Yoon ah menatap yoen ni dengan penuh kebencian. Tidak ada yang menyadari kehadiranyya disitu. Para tamu yang lain sedang bersenang-senang sehingga tidak ada yang menghiraukannya.

Gaun pengantin berbentuk kemben berwarma putih melekat ditubuh yoon ah. Ia juga menggunakan blazer putih lengan pendek untuk  menutupi pundaknya yang terbuka. Rambutnya tergerai begitu saja. Tidak ada sedikitpun make up melekat di wajahnya. Kakinya tidak menggunakan alas sama sekali. Dipergelangan tangan kirinya terdapat perban yang melingkari pergelanganan tangannya itu. Terdapat sedikit bercak darah diperban itu.

Yoen ni hanya bisa pasrah mendengar ejekan kris dan tao tentang kejadian tadi diruangan pengantin wanita. Donghae sama sekali tidak membelanya.

“oppa…andawe” yoen ni memukul kris pelan. Yoen ni melihat sekeliling. “yoon ah-ssi?”

“nugu?” tanya donghae.

“oppa tunggu sebentar”  yoen ni berusaha mendekati yoon ah di sudut ruangan. Susah payah ia menyeret kaki kirinya yang masih di gipp. “yoon ah-ssi”

Yoon ah hanya tersenyum sinis. Kemudian hilang begitu saja.

“ada apa?’ donghae menyusul yoen ni.

“aku melihat yoon ah-ssi!” yoen ni menunjuk tempat yoon ah berada tadi.

“mungkin hanya khayalanmu…kaja” donghae menuntun yoen ni perlahan.

THE END
Wahhh… sepertinya kepanjangan. Mungkin endingnya tidak sesuai harapan reader…mianhae. Nah…. Mari chit and chat! Mohon masukan dan keluaran yo?

Tidak ada komentar: