Author: Choi Ye
Joon/ Yunn Wahyunee/ @yunsurya_elf
Casts: You as Choi
Yoen Ni
Yesung
as Kim Jong Won
Donghae
as Lee Dong Hae
Yoon
Ah as Im Yoon Ah
Other Casts: Kris
as Kris
Key
as Kim Kibum
Tao
as Tao
Soehyun
as Soe Joo Hyun
Heebum
(heechul’s cat) as kitty ….etc
Genre: Romance, Sad
Length: One Shoot
(SEQUEL: Don’t Love Me Like That)
Words: 14.977
Summary:
Aku mencintaimu, tetapi kamu bukan takdirku. Tidak seharusnya kita bersama,
karena mereka akan tersakiti. Kita bukan orang yang egois kan?
(FF ini mengandung beberapa kalimat dalam
bahasa inggris. Mohon maaf apabila bahasa inggrisnya berantakan. Maklum, orang
Indonesia asli. Jangan mencela, jebal???No COPAS tanpa permisi)
\(^.^)/
@ Canada
Yoeja
itu mencoba dengan sabar menunggu. Beberapa orang melintas didepannya, tetapi
ia tidak menghiraukannya. Ketika ia
sendiri, kenangan-kenangan itu mulai hadir kembali. Kenangan yang indah namun
menyakitkan. Kenangan yang selalu ingin ia lupakan.
“Miss Choi” panggil seorang perawat.
“Yes?” jawab Yoen Ni setengah terkejut.
“Come in! Doctor waiting for you”
“Thank you!” ia tersenyum pada perawat
itu.
Yoen
ni memasuki sebuah ruangan yang sangat familiar baginya. Ia tidak menemukan dokter yang dimaksud di
ruangan itu. Yoen ni memilih untuk duduk saja, ia tidak cukup kuat untuk
berdiri lama. Ia memandangi meja dokter itu, ada sebuah foto disana. ia
mengambil foto itu dan tersenyum melihatnya.
“
kenapa senyam-senyum?” suara namja membuat ia menoleh.
“ooooh…
mianhae dokter Lee” yoen ni segera meletakkan foto itu. Gerak-geriknya kaku.
Dokter
lee tertawa. “ chagiya… ada apa denganmu?”
“aku
bercanda! Merong #:P#” yoen ni tertawa
terbahak. “ dari mana, oppa?”
“ini….
oppa habis mengambil hasil pemeriksaanmu!” dokter lee geleng-geleng kepala
Yoen
ni mengerutkan kening. “otthe? Masih belum membaik?”
“emmmmm….”
“bagaimana
hasilnya?” yoen ni harap-harap cemas
Dokter
lee menunjukkan ekspresi sedih. “ Sayang sekali….”
“apa?”
yoen ni semakin penasaran. “ kakiku semakin parah?” yoen ni menunggu. Tidak ada jawaban. “yaakkkkk…
lee donghae!bagaimana hasilnya? Jangan buat aku penasaran”
“sayang
sekali…” muka donghae serius. “ I will
not see you again” donghae tersenyum dibuat-buat.
“morago?
Maksudnya apa…oppa?”rengek yoen ni
“kakimu
sudah sembuh… malapetaka” donghae kembali murung
Yoen
ni bingung. “kenapa oppa tidak senang?oppa tidak suka aku sembuh?”
Donghae
berdiri dari kursinya dan menghampiri yoen ni. Ia membantu yoen ni untuk
berdiri. “aku sangat senang” ia memeluk yoen ni. “tetapi aku juga sedih…
kamu akan meninggalkanku kan?”
“ania
oppa” yoen ni membalas memeluk donghae dan mencoba menenangkannya.
“kamu
sendiri yang bilang. Jika kakimu sembuh, kamu akan kembali ke Korea” donghae
semakin mempererat pelukannya.
“ne…
aku akan kembali ke Korea. Tetapi aku akan tetap menyukai oppa, dan itu tidak
akan berubah. Aku tidak akan melupakan oppa”
Donghae
melepaskan pelukannya. “aku akan percaya”
“oppa!”
yoen ni kesal. “maksud oppa apa? Oppa tidak percaya padaku?”
“ania…
oppa hanya tidak pernah dengar kata kamu ‘mencintai’ oppa”
Yoen
ni tertawa kecil. “oppa…. Oppa kekanak-kanakan sekali sih?” yoen ni melihat wajah
donghae berubah serius. “saranghaeyoe, oppa!”
“kamu
tidak terpaksa kan?”
“ania…
sumpah! Aku sangat mencintai Lee…. Dong….hae” yoen ni segera memeluk donghae
erat.
“Me too”
“ehem….ehem…”
kris berdehem dari arah pintu. “ do you
enjoy it?”
Yoen
ni yang menyadari ada kris segera
melepaskan pelukannya. “kris oppa?”
“ne…
noemu joahe” donghae tidak mau melepaskan pelukannya.
\(^.^)/
2
tahun 33 hari, selama waktu itulah yoen ni meninggalkan Korea dan semua kenang-kenangannya
disana. 1 tahun 139 hari, yoen ni mengenal lee donghae. Seorang namja yang mau
menerima dia sebagai Choi Yoen Ni. Dan 369 hari sudah, keluarganya kembali utuh
dengan ayah dan ibunya yang kembali bersatu.
Yoen
ni merasa keputusan yang dia ambil saat itu sangatlah tepat. Membuang kenangan
itu membuat dia mendapatkan hidup yang lebih baik. Ia menemukan lagi
keluarganya yang utuh dan seseorang yang sungguh-sungguh mencintainya.
Lee
Donghae adalah seorang dokter orthopedic, senior dan teman dekat kris. Ia bagaikan
keajaiban yang hadir untuk yoen ni.
Dialah namja yang mampu membantu yoen ni untuk
bisa berjalan kembali dan namja yang pada akhirnya mengisi hati yoen
ni.
“good bye!” yoen ni melambaikan tangannya
kepada donghae.
“Kris,
aku titip nyawaku padamu” teriak donghae
Kris
yang tidak mendengar dengan jelas
kata-kata donghae karena suara musik didalam
mobilnya hanya melongo. “apa hyung?”
Donghae
mendekat dan memasukkan kepalanya ke dalam mobil melalui jendela. “jaga nyawaku
baik-baik!”
“oppa!”
yoen ni merasa malu karena wajah donghae
sangat dekat dengan wajahnya. “oppa… minggir!”
“ne…
hyung! Percayakan padaku! Yoen ni is my
precious little sister” kris hanya tertawa.
Yoen
ni mencoba menjaga jarak dari wajah donghae. “oppa… keluar! Cepat!”
“never!” donghae semakin mendekatkan
wajahnya. “popo!” donghae menyodorkan pipinya.
“kris
oppa… help me!” yoen ni memohon
Kris
memalingkan wajahnya. “woooohuuuu… I’m
not see it”
“Hurry up! Or you can’t go!”
“arasoe!”
yoen ni mengalah dan memberikan kecupan
dipipi donghae. “pergi… aku mau pulang!”
“gomawo..chagiya!
annyoeng… oppa akan menemuimu nanti”
Yoen
ni hanya diam dan melambaikan tangan. Ia
sangat malu saat ini., terutama pada kris. Sedari tadi kris hanya menoleh
kearahnya dan kemudian tertawa. Yoen merasa risih dengan kelakuan kris
itu. Selama perjalanan kris hanya
diam dan sesekali bergumam mengikuti musik yang ia putar.
“oppa!
Kalau ada yang dipendam katakan saja” yoen ni sudah tidak sabar
“ania…
oppa tidak memendam apa-apa” kris menahan
tawa.
Yoen
ni mencubit kris pelan. “oppa!” rengek yoen ni manja. “oppa tahu aku bukan tipe
yoeja seperti itu. Aku hanya tidak mau mengecewakan donghae oppa”
“And then?”
“oppa
jangan senyum-senyum seperti itu! Menyebalkan sekali”
“oppa
tidak menertawakanmu!” kris tetap berkonsentrasi pada jalan. “oppa hanya senang. Yoen ni yang dulu
oppa kenal sudah kembali. Yoen ni yang periang, manja dan nakal. Oppa juga
senang kamu sudah bisa berjalan lagi. Oppa senang kamu baik-baik saja”
“aku
memang selalu baik-baik saja kan oppa?” yoen ni tidak mengerti
“yaaaa”
kris menghela napas. “You always fine,,,, (but not a few years
ago!#kata kris dalam hati#)”
\(^.^)/
“noona!”
tao berlari menghampiri yoen ni yang baru turun dari mobil.
“mwo?”
yoen ni heran melihat tao yang berlari ke arahnya.
Kris
segera menghalangi. “mau apa kamu?”
“yakkkk…
hyung!” tao mengerem. “hyung….minggir!”
“kamu
mau apa? Yoen ni masih sakit…”
“what? abushi bilang noona sudah sembuh!
Aku mau kasih selamat”
Kris
menarik tangan tao dan tangan yoen ni kemudian membuatnnya berjabat. “sudah
kan?”
“hahahaha”
yoen ni tertawa. “oppa… kasihan tao!” yoen ni menyuruh kris menyingkir. “kaja…
kamu mau mengucapkan selamat kan?”
“merong
#:P#” pada kris. “ noona… I love you”
tao memeluk yoen ni erat. “akhirnya noona bisa lomba lari lagi denganku”
“eyyy…”
kris menjitak kepala tao. “kamu ini ada-ada saja. Yoen ni tidak boleh berlari”
“mianhae
tao-ya… noona tidak bisa berlari. Kita jalan-jalan saja yak?”
“sudahlah
yoen ni-a… jangan dengarkan dia! Lihat umur tao-ya!”kris menggulat tao
“kris
oppa dan tao sama saja!” yoen ni memutuskan masuk kedalam rumah.
Selama
di Canada yoen ni tinggal dirumah keluarga kris. Ibu kris adalah saudara
ayahnya. Ayah kris yang keturunan china asli sangat menyayangi yoen ni karena
ia tidak mempunyai anak perempuan. ayah dan ibu yoen ni sudah kembali ke korea
setahun yang lalu, jadi kris dan keluargalah yang mengurusinya. Ayah dan ibu
kris sudah dia anggap seperti ibu dan ayah kandungnya.
“oemma!”
yoen ni memeluk ibu kris erat. “appa
mana?”
“anak
perempuanku yang cantik! Selamat kakimu sudah sembuh. Tetapi sayang sekali kamu
harus kembali ke korea. Appa sedang di halaman belakang”
“oemma
jangan sedih… yoen ni akan sering ke
sini kok! Aku ke appa dulu ya?” yoen ni
melangkahkan kakinya dengan pasti.
“yoen
ni-a…. jangan jingkrak-jingkrak!” kris menasehati.
“arasoe
oppa!” yoen ni berjalan mengendap-endap.
“tao
mana?” tanya ibu kris
“tadi
temannya datang, jadi ia langsung pergi” kris menyusul yoen ni.
\(^.^)/
Donghae
tidak melepaskan pandangannya dari yoen ni, yoeja yang sangat ia cintai. Ia
terus mengenggam tangan yoen ni erat. Hari ini
ia sedang mendapat libur dari rumah sakit. Kesempatan ini tidak akan ia
sia-siakan, karena mungkin ia tidak akan
bertemu lagi dengan yoen ni.
Yoen
ni terus saja terdiam sejak tadi. Wajahnya terlihat murung, namun ia tetap cantik dan manis. Kaos berwarna putih dengan
sweater berwarna aqua blue membukus
badannya. Celana warna hitam yang menutupi setengah pahanya membuat ia semakin
manis. Sepatu tanpa heals tetap tidak merusak penampilannya. Donghae
senyum-senyum sendiri memperhatikan gaya berpakaian yoen ni.
“oppa
kenapa?” yoen ni memperhatiakn dirinya dari kepala sampai ujung kaki. “ada yang
aneh?”
“ania…
yepposoe! Hanya saja mianhae… kamu tidak akan bisa memakai high heels seperti yoeja pada umumnya. Oppa
tidak berhasil menyembuhkan kakimu secara sempurna.”
“oppa…” yoen ni tersenyum hangat. “aku tidak suka
pakai high heels, jadi oppa tenang saja. Aku bisa berjalan saja suatu
keajaiban. Oppa adalah keajaibanku”
Donghae
mempersilahkan yoen ni duduk disebuah bangku taman. “kamu juga adalah keajaiban
buat oppa. Tetapi, keajaiban oppa akan pergi meninggalkan oppa”
“mianhae
oppa!” yoen ni menyandarkan kepalanya di pundak oppa. “seandainya aku bisa, aku
ingin tinggal saja disini”
“kalau
begitu lakukan!” donghae memohon
“mustahil
oppa… oemma dan appa memintaku untuk pulang. Sudah waktunya aku mengurusi cafĂ©
oemma. oemma dan appa seharusnya bisa
santai sekarang”
Donghae
menghela napas. tiba-tiba ada ide bagus
yang terbersit diotaknya. “yoen ni-a”
“nde?”
yoen ni menatap donghae.
“oppa
akan ikut bersamamu ke Korea” kata donghae yakin.
“morago?”
Donghae
memegang pundak yoen ni erat. “oppa akan meminta untuk dipindahkan ke Korea.”
“andwae…
pihak rumah sakit tidak akan mengizinkan. Oppa tahu sendiri, karier oppa akan
hancur jika oppa meninggalkan Canada.”
“ania…
jika ada rumah sakit di Seoul yang meminta oppa untuk bekerja disana, karier
oppa tidak akan hancur”
“tetapi
sekarang tidak ada kan?”
“oppa
akan mencarinya. Maukah kamu menunggu oppa?”
Yoen
ni terdiam. “aku akan menunggu oppa. Tetapi oppa jangan nekat meninggalkan Canada dan merusak karier
oppa hanya untuk menyusulku. Aku akan sangat marah”
“arasoe!”
donghae kembali menyandarkan kepala yoen ni ke pundaknya. “oppa akan mencari
cara terbaik dan tercepat untuk menyusulmu ke Korea. Saranghaeyo.. chagiaya”
“saranghaeyo…oppa!
Emmmm…” yoen ni menghentikan kalimatnya.
“waeyo?”
“besok
aku akan kembali ke Korea”
“mwo?”
Yoen
ni segera memeluk donghae. “mianhaeyoe oppa! Aku harus kembali besok. Tidak
bisa ditunda”
“tetapi
besok adalah 15 oktober!”
“saengil
chukka hamnida oppa! Mungkin aku tidak akan sempat mengucapkannya besok.
Joengmal mianhae.” Yoen ni mencium pipi
donghae lembut. “aku harus pulang oppa! Aku harus menyiapkan
barang-barangku”
Donghae
hanya diam. Ia tidak menyangka yoen ni akan pergi secepat itu. Ia tidak habis pikir, yoen ni akan melewatkan
ulang tahunnya dan memilih kembali ke
Korea. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Semua rencana menyenangkan yang ia susun
untuk hari ini dan besok gagal total.
\(^.^)/
Ibu
kris meneteskan airmata. Ia tidak rela yoen ni harus meninggalkannya sekarang.
Donghae hanya diam, ia tahu semuanya akan sia-sia jika ia mencoba menghalangi
yoen ni pulang. Ia tidak mau terlihat
sebagai orang yang egois. Mungkin saja yoen ni sudah rindu dengan orang tuanya.
“oemma…
gomawo selama ini oemma mau mengurusiku.” Yoen ni memeluk ibu kris erat.
“ne…chagiya!”
ibu kris masih meneteskan airmata.
Yoen
ni bergantian memeluk ayah kris. “appa…gomawo! Appa tidak memberi tahu oemma dan appa di Korea kan? Aku ingin ini
menjadi kejutan”
“ne…
rahasiamu aman pada appa!”
“kaja….”
Kris membawa barang-barang yoen ni. “kamu tidak mau ketinggalan pesawat kan?”
“ne…
oppa!”
Donghae
membukakan pintu mobil untuk yoen ni. Raut wajahnya sedang tidak baik. Kris
hanya tersenyum melihat donghae yang mengambek. Kris duduk di kursi belakang
dan donghae yang menyetir.
46
menit kemudian mereka sampai di bandara.
“annyeong
oppa!” yoen ni mengucapkan kata perpisahan pada kris.
“jaga
diri baik-baik… my lovely little sister” kris memeluk yeon ni
“aku
akan merindukan oppa! Oppa harus menjengukku ke Korea ya?”
“oppa
janji!” kris akan menyium kening yoen ni.
“andwae…”
donghae yang tadi diam menghalangai. “kalian ini sepupuan apa pacaran?”
“keduanya
hyung!” kris semakin memeluk yoen ni erat. Ia senang melihat donghae kesal.
Donghae
memisahkan yoen ni dari kris. “andwae… yoen ni milikku. Kamu mau mati hahhhh?”
donghae memelototi kris.
“mianhae… hyung! Silahkan..” kris mengalah
Yoen
ni menahan tawa. “donghae oppa kenapa?”
“dengarkan
oppa….jangan dipotong” donghae mengultimatum
“ne…oppa!”
“oppa
terima kamu memilih pergi dari pada merayakan dulu ulang tahun oppa disini. Tetapi
oppa berjanji akan menyusulmu segera. Oh ya…
jangan pernah berlari, jangan jingkrak-jingkrak dan jangan pakai high
heels. Oppa takut nanti kakimu kenapa-napa
disaat oppa tidak ada disana. arayoe?”
“siap
oppa!” yoen ni hormat.
“cepat
sana pergi!” kris menghalangi donghae yang mau memeluk yoen ni. “sana pegi!”
Yoen
ni hanya tertawa dan donghae kesal bukan main pada kris. Donghae dan kris hanya
melambaikan tangannya mengiringi yoen ni yang memasuki ruang tunggu penumpang.
Beberapa menit kemudian yoen ni tidak terlihat lagi.
“akhirnya
dia pergi!” donghae hampir menangis
“kaja…
kita pulang!” kris menyeret donghae.
“hey…bisa
perlakukan hyungmu dengan baik?”
\(^.^)/
Yoen
ni celingukan sana sini. Tao belum juga terlihat. Kalau sampai tao tidak datang, semuanya akan gagal total.
Dikejauhan yoen ni melihat tao berlari tergesa-gesa.
“mianhae…
noona! Tadi aku sedikit tersesat” kata tao dengan napas tersengal.
“arayoe…
kaja! Jangan sampai mereka sampai lebih dulu”
Tao
yang merencanakan semua ini. Keberangkatan yoen ni ke Korea
adalah kebohongan. Tiket pesawat yang dimiliki yoen ni juga palsu. Dan
petugas bandara yang mengizinkan yoen ni masuk ke ruang tunggu dengan tiket
palsunya adalah sahabat tao.
Tao
segera memasukkan barang-barang yoen ni ke
bagasi mobil. Mereka harus sampai
terlebih dahulu di rumah donghae sebelum donghae dan kris. Tao sudah menyiapkan sebuah kejutan untuk
donghae disana. yoen ni tidak
henti-hentinya melihat jam tangannya.
“tao…
cepat!”
“ne
noona! Kris Hyung sudah menyusun rencana agar mereka datang terlambat”
Sementara
itu di dalam mobil donghae. Kris mengambil alih untuk menyetir agar rencana
mereka berhasil. Donghae terlihat gelisah. Ia selalu mencoba menelepon yoen ni
tetapi tidak bisa tersambung.
“kenapa tidak bisa tersambung?” donghae kesal.
“hyung…mungkin
pesawatnya sudah take off. Hyung ini
kayak tidak tahu saja. Dokter kok phabo?”
“morago?”
“ania…
obsoeyoe!”
“ya…ya….ya!
kamu mau kemana? Bukannya kita harus belok kanan?” donghae yang menyadari kris
salah jalan, memberi tahu.
Kris
pura-pura lupa. “oh…mianhae hyung! Hyung sih ngajak ngomong mulu”
“cepat
berbalik!”
“ne…hyung!”
kris menahan tawa
\(^.^)/
“aku
heran denganmu, kenapa bisa nyasar terus sih?” donghae yang kesal berusaha
membuka pintu rumah.
“mianhae
hyung… ini semua gara-gara hyung yang terus cemberut. Aura negatifnya mengganggu
konsentrasiku” kata kris
#tluittt#
donghae berhasil membuka pintu rumahnya. Cahaya bulan diluar rumah menerobos
masuk melewati pintu. Kris segera menghalangi, ia tidak mau cahaya bulan itu
menerangi dalam rumah. Donghae bingung,
kenapa lampu rumahnya tidak mau menyala.
“kenapa
gelap gulita? Seharusnya lampunya
menyala sendiri, apa sensor geraknya rusak?” kata donghae. Ia meraba-raba
tembok mencoba menyalakan lampu secara manual.
“ne…
sepertinya rusak hyung!” kris menutup pintu.
“ini
dia sakelarnya!” donghae menekan sakelar itu.
“Happy birthday to you, Supprise!” teriak
beberapa orang
“yakkk…
how do you can come in?” donghae tidak menduga teman-temannya memberikan
kejutan dihari ulang tahunnya. “But, why
do you use masks?”
“Lee
Donghae… makes a wish!”
Donghae
memperhatikan sosok yoeja yang menggunakan
topeng didepannya dan membawa sebuah kue. “Yoen ni-ya… beraninya kamu
membohongi oppa?”
“Sorry… Pardon me?” yoeja itu membuat-buat
suaranya.
“sini!”
donghae merebut kue yang dibawa yoeja itu. “kamu pikir oppa bodoh? Aku tahu itu
kamu, chagiya!”
“ketahuan
deh!” kris tidur ogah-ogahan di sofa. “dia…..yoen ni, hyung! Disebelahnya tao…
ini ide tao”
“kris
hyung…” tao melepas topengnya. “hyung ini merusak rencana saja”
“benar
kan? Ini yoen ni” donghae mencoba
membuka topeng yoen ni.
Yoen
ni pelan-pelan mundur. “ania… jangan
dibuka oppa!”yoen ni segera berlari kecil ke arah dapur.
“hey…jangan
berlari!” donghae yang khawatir melihat yoen ni berlari segera mengejar.
Teman-teman
donghae yang lain akhirnya juga membuka topeng mereka. kris memberi isyarat
pada tao untuk memulai saja pestanya tanpa menunggu donghae dan yoen ni.
Sedangkan donghae masih berusaha membuka
topeng yang digunakan yoen ni. Yoen ni terus bisa menghindar. Tetapi sayangnya
ia akhirnya terpojok.
“oppa
sudah bilang jangan lari-lari” donghae menyudutkan yoen ni
“mianhae
oppa….” Yoen ni tidak bisa kemana-mana lagi. Di belakangnya terdapat tembok
yang menghalangi.
Donghae
mendekatkan dirinya pada yoen ni yang terpojok. “mau kemana lagi eoh?” donghae
membuka topeng yoen ni.
“hehehe….
Saengil chukka hamnida oppa!”
“kamu
berani membohongi oppa! Sebagai gantinya… popo!” donghae memanyunkan bibirnya.
“shiroe…”
yoen ni memalingkan wajahnya.
Donghae
memegang dagu yoen ni dan membuat wajah yoen ni berhadapan lagi dengannya. “yakkk…
hari ini ulang tahun oppa. Tidak bisakah oppa meminta hadiah yang istimewa?”
donghae semakin mendekatkan wajahnya pada
yoen ni.
“emmm…”
yoen ni mengecup bibir donghae kemudian setengah berlari meninggalkan donghae. “saengil chukka hamnida, oppa”
“aish…
hanya begitu saja! Yakkk… choi yoen ni!”
\(^.^)/ @Seoul,
Korea Selatan
Akhirnya
yoen ni tiba juga di incheon airport. Ada rasa sedikit menyesal ia memilih kembali lagi ke Seoul. Ia berharap
kenangan-kenangan itu telah lenyap semua dan tidak menampakkan dirinya lagi. Yoen ni berusaha
sekuat tenaga menurunkan kopernya dari tempat pengambilan barang penumpang dari
bagasi pesawat. Ia harus sedikit ikut terseret oleh benda itu saat berusaha
mengambil kopernya.
“mari
saya bantu!” kata seorang namja
“gomawo!”
kata yoen ni.
“ne…
aku sarankan lain kali kopernya yang kecil saja yoen ni-a!” kata namja itu
sambil tertawa
Yoen
ni yang sedari tadi sibuk dengan kopernya menoleh ke arah namja yang membantunya. Yoen ni kaget
ketika menyadari bahwa ia mengenali
namja itu.
“annyeong….
Lama tidak bertemu” sapa kibum
“nde?”
yoen ni pura-pura tidak mengenali kibum. “apa aku mengenalmu?”
“yoen
ni-a…ini aku kim kibum! Kamu lupa?”
“mianhae…
anda mungkin salah orang. Gomawo sudah membantu” dengan susah payah yoen ni
menyeret kopernya dan meninggalkan kibum yang masih tertegun.
“bukankah
itu yoen ni? Tetapi kenapa ia tidak mengenaliku? Apa aku memang salah orang?”
kibum terus melihat ke mana arah yoen ni pergi. “aku yakin itu yoen ni, choi
yoen ni”
\(^.^)/
Butik
khusus baju pengantin itu terlihat mewah sekali. Dinding butik itu dipenuhi
dengan warna krem yang terlihat sangat elegan. Dekorasi berupa pohon-pohon kecil tanpa daun membuat tempat
itu semakin terlihat mewah. Lampu-lampu berwarna putih membingkai show room
butik itu.
Jong
won terlihat suntuk menunggu disebuah sofa berwarna senada dengan dinding butik
itu. Yoeja yang ia temani sedang asyik-asyiknya melihat sketsa gaun pengantin
yang dibuatkan khusus oleh desainer butik itu untuknya. Sesekali yoeja itu
menoleh ke arah jong won dan meminta pendapat, tetapi jong won acuh tak
acuh.
“oppa…
jebal! Aku bingung harus pilih yang mana!” rengek yoeja itu.
“yoon
ah-ya… jangan ganggu aku! Aku sedang sibuk.”
Jong won berlalu meninggalkan yoon ah ketika sebuah telepon masuk ke
ponselnya.”ne…sunbae!”
Adalah
Im yoon ah, yoeja yang cantik dan sangat sabar.
Sudah hampir 1 tahun ia menjadi yoejachingu jong won.
Sejak yoen ni pergi meninggalkan jong won, dialah satu-satunya orang
yang berada disisi jong won. Mendengar segala keluh-kesah jong won, dan
menerima setiap emosi yang diluapkan padanya.
Hingga
akhirnya orang tuanya dan orang tua jong won menjodohkan mereka. Dengan senang
hati yoon ah menerimanya, ia sudah mencintai jong won cukup lama, bahkan
sebelum ia pindah ke paris. Namun
berbeda reaksinya dengan jong won, jong won tidak menolak perjodohan ini tetapi
menerimanya dengan terpaksa. Oleh sebab
itu, jong won tidak pernah memperlakukannya sebagai seorang yoeja yang akan
menjadi pendamping hidupnya. Yoon ah hanya bisa bersabar, yang terpenting
sekarang, kim jong won adalak miliknya
untuk selamanya.
Jong
won kembali duduk ditempatnya tadi setelah menutup telepon. “kamu sudah
menentukan pilihan?”
“aku
bingung oppa… bantu aku memilih ya?”
kata yoon ah manja
Jong
won melihat-lihat sekilas sketsa-sketsa itu. “ini saja!” ia menyerahkan
pilihannya pada yoon ah
“mwo?
Oppa ini terlalu simple. Aku mau yang lebih
anggun”
“argggg”
jong awon kesal. “tadi kamu meminta saranku, sekarang kamu menolaknya. Maumu
apa yoon ah-ya? Seharusnya kamu bersyukur aku meluangkan waktuku untuk menemanimu. Kamu tidak seberuntung young ni
atau yoen ni”
“oppa….mianhae!
baiklah, aku akan memilih ini” yoon ah mengalah
“sebaiknya
iya…jangan buang-buang waktuku. Lagian untuk apa kamu memilih gaun hanya untuk
pertunangan kita? Kamu bisa memakai gaun-gaunmu yang lain kan?”
“itu
adalah hari yang istimewa. Oppa tidak mau melihat tunangannya yeppo?” yoon ah
tersenyum lembut.
“jangan
senyum ke arahku seperti itu. Senyumanmu tidak akan bisa meluluhkanku,
senyumanmu berbeda dengan young ni atau
yoen ni”
Yoon
ah kesal. “arayoe! Kenapa oppa selalu membandingkanku dengan mereka?”
“kamu
tidak suka? Baiklah, kita batalkan saja pertunangan ini” jong won keluar butik
itu meninggalkan yoon ah yang menangis.
“oppa…!”
yoon ah mengejar. “mianhae oppa! Aku janji tidak akan menuntut apapun dari
oppa. Hanya saja jangan tinggalkan aku. Jangan batalkan pertunangan kita.” Yoon
ah mengusap air matanya. “baiklah oppa, aku tidak akan menggunakan gaun baru.
Jebal…mianhae”
“ne…”
jong won mengusap airmata yang masih tersisa dipipi yoon ah. Ada sedikit rasa
bersalah dalam hatinya karena ia memperlakukan yoon ah dengan kasar.
“uljima… kamu jelek ketika menangis”
“chinca?”
yoon ah segera mengambil cermin kecil dari dalam tasnya.”ania… oppa, ayo ki…”
“kamu
pulang saja!” jong won memotong. “aku
harus ke kantor sekarang”
“arasoe…
hati-hati oppa!”
Yoon
ah melambaikan tangannya mengiringi mobil jong won yang melaju kencang
dijalanan. Ia menghela napas panjang. Selalu seperti ini, jong won selalu
memperlakukannya seperti ini. Kenapa ia tidak bisa melupakan young ni yang
sudah meninggal 2 ½ tahun lalu? Kenapa ia juga tidak bisa melupakan yoen ni
yang mencampakanya hampir lebih dari 2
tahun yang lalu?
“kwaenchana
yoon ah-ya… mereka tidak mungkin kembali. Young ni sudah meninggal dan yoen ni
tidak akan kembali ke Korea karena ia malu akan dirinya yang cacat.” Yoon ah
berbicara sendiri. “jong won oppa akan menjadi milikmu selamnya, tidak ada yang
akan merebutnya darimu”
Yoon
ah berjalan dengan anggunnya menuju halte bis. Setiap tatapan mata namja di
halte bis itu tertuju padanya. Siapa yang tidak akan melakukan itu? Ia sangat
cantik, sempurna. Kakinya jenjang, kulitnya putih, badannya sangat ideal, ia
juga pandai berdandan. Sangat beruntung bagi namja yang bisa memilikinya.
\(^.^)/ @Canada
Donghae
bolak-balik memasuki ruangan direktur rumah sakit. Beberapa kali ia mengalami
penolakan atas keinginannya untuk dipindahkan ke rumah sakit di Korea. Ia
melakukan segala cara untuk membujuk direktur rumah sakit, yang juga seniornya
saat di universitas, untuk mengabulkan permohonanya.
“Come on Tony! Can I move to Korea? Please…”
donghae memohon.
“I can’t do that.donghae-ya…” tony mencoba berbahasa korea walaupun tidak fasih.
“tidak semudah itu…harus ada permohonan dari pihak rumah sakit di Korea yang
memintamu ke sana. Kamu tidak bisa pindah seenaknya.” Katanya dengan nada suara
yang aneh.
“hyung
bisa kan mencarikan rumah sakit di Korea
yang menginginkanku?”
“I can’t… you’re a precious doctor in here. I
don’t want you out from here.” Tony kembali
sibuk dengan beberapa berkas dimejanya.
“OK… but I still want move to Korea. You
can’t prevent me!”Donghae keluar dari ruangan itu dengan kesal.
\(^.^)/
Donghae
mencoba berpikir, mencari cara untuk bisa
pindah ke Korea. Ia tidak
memiliki satupun teman yang bisa dimintai tolong di Korea. Apakah ia kabur
saja? Atau ia harus memalsukan surat-surat permohonan pindahnya?
“hey…
kenapa hyung?” kris mengagetkan donghae
“sedang
menikmati suasana sore saja!” kata donghae lesu
Kris
mengeryitkan kening. “tumben sekali… setahuku hyung tidak pernah duduk-duduk di
halaman belakang rumah ini. Aku sempat
berpikir hyung tidak ada tadi.”
“aku
merindukannya”
“yoen
ni?”
“emmmm…”
tatapan donghae mengarah ke langit sore Canada.
“hyung
sungguh-sungguh mencintai yoen ni?”
“tentu
saja!” donghae menatap kris serius. “aku tidak pernah main-main.”
“ne…arayoe!
Jangan melotot gitu dong”
Mereka
berdua akhirnya hanya terdiam. Donghae sibuk dengan pikirannya sendiri,
sedangkan kris bingung harus melakukan apa. Kris pun memilih untuk bersenandung
sendiri dan membiarkan donghae tetap bergelut dengan pikirannya sendiri.
“kris…
bagaimana caranya aku bisa berada di Korea sebelum yoen ni ulang tahun?” donghae memecah keheningan.
“emmm…gampang.
Hyung cuti saja, terus terbang ke Korea”
“tetapi
aku tidak mau harus kembali lagi ke sini”
“weo?”
“aku
akan melamar yoen ni”
“morago?”
kris tidak menduga donghae akan mengatakan itu. “hyung yakin?”
“tentu
saja… aku akan memintanya menjadi istriku saat ia ulang tahun nanti. Ketika ia
menerimaku nanti, aku ingin menetap disana dan hidup bersamanya”
“kalau
dia menolak bagaimana?”
Donghae
merasa aneh dengan pertanyaan kris.
“nde?”
“seandainya hyung… yoen ni kan masih muda. Mungkin ia
belum siap”
“emmm…
aku akan tetap ingin selalu didekatnya.
Jadi aku harus pindah dari sini.” Kata
donghae mantap.
“baiklah hyung!” kris memegang pundak donghae. “aku
akan membantu hyung. Ini sebagai ucapan terima kasihku karena hyung bisa
membuat yoen ni berjalan kembali.” Kris terdiam sejenak. “dan juga, karena
hyung mencintai yoen ni dengan tulus”
“nde?”
donghae bingung.
“aku
senang yoen ni mengenal hyung. Aku yakin yoen ni juga sangat merindukan hyung
dan menanti hyung dengan sabar disana. hyung adalah nyawa yoen ni.”
“yakkkk…
kamu sok tahu sekali sih?”
\(^.^)/ @Seoul,
Korea Selatan
“yumseo!”
yoen ni menjawab panggilan masuk yang
sedari tadi membuat ponselnya bergetar.
“annyeong…chagiya” kata donghae di
seberang.
“oppa….
Marry Chrismas!”
“natal masih besok! Oppa sudah mengirimkanmu
sesuatu… oppa pastikan akan sampai tepat waktu, pada malam natal”
“chinca?
Oppa tidak perlu melakukan itu. Oppa mengucapakan selamat natal saja, aku sudah
senang. Oppa sehat kan? Makan teratur kan? Tidur yang cukup kan?”
“eyyy…. Oppa ini dokter. I know
everything about keep healthy.”
“hahahaha….mianhae
oppa! Karena oppa mengirimi aku kado natal, aku akan mengirimi oppa juga. Tapi
maaf kalau telat. Seoul Canada kan jauh. Santa cuma pake rusa terbang, jadi
lelet”
“emmm…baiklah kalau memaksa. Oppa akan sabar
menunggu Santa disini.” Donghae terdengar bahagia dari telepon.
“sudah
ya oppa? Ada banyak pelanggan. Annyeong”
“ne… i love you”
Sambungan
telepon terputus. Yoen ni memasukkan ponselnya ke saku celana. Sejak ia tiba di
Seoul, ia sudah memaksa oemmanya untuk mengizinkannya membantu di café baru
yang dikelola ibunya. Bukan hanya karena
oemmanya tidak mau melihat yoen ni mengalami masalah dengan kakinya
nanti, tetapi oemmanya tidak mau ia bertemu lagi dengan jong won. Beruntungnya,
hingga saat ini jong won tidak pernah menampakkan diri.
“oemma…”
panggil yoen ni
“ada
apa chagiya?” oemma terlihat sibuk
mengecek pekerjaan koki café.
“aku
izin keluar sebentar ya? Ada sesuatu yang harus aku beli…”
“ara…pergilah.
Oemma tidak pernah memintamu untuk tetap disini kan? Kamu bebas melakukan
apapun”
“gomawo
oemma.” Yoen ni mencium pipi oemmanya. “saranghae…”
Yoen
ni sudah mengenakan pakaiannya yang
biasa, bukan seragam karyawan café. Ia harus pergi ke sebuah mall, Coex
Mall. Ia baru saja mendapat informasi tetang barang yang sangat ia inginkan
tersedia disana. barang special itu khusus untuk donghae.
Yoen
ni terus melirik jam tangannya, cuaca siang ini sangat teduh. Cuaca seperti ini
sangat bagus untuk berpiknik di taman, atau bersepeda. Yoen ni berharap,
seandainya ia boleh bersepeda. Kemampuan kakinya saat ini sangat terbatas. Bisa
berjalan seperti biasa pun sangat berharga bagi yoen ni. Donghae sudah berusaha keras untuk membuatnya bisa
berjalan lagi tanpa bantuan kursi roda atau tongkat, ia harus menjaga itu.
\(^.^)/
Jong
won meninggalkan apartementnya tanpa membawa mobil. Siang ini ia hanya ingin
berjalan-jalan, menikmati cuaca yang teduh dan sejuk. Salju belum menampakkan
tanda-tanda akan jatuh ke bumi. Angin juga bertiup dengan normal, tidak berniat
menusuk tulang dengan dinginnya.
Setelah
2 kali berganti bis, tiba juga ia ditempat tujuan. Kibum meneleponnya tadi pagi dan meminta untuk
bertemu di café milik oemma yoen ni.
Sudah lama ia tidak bertemu dengan adik satu-satunya itu. Beberapa bulan
terakhir ini kibum selalu keluar kota atau keluar negeri untuk menghadiri acara
fashion internasional. Adiknya itu memang sangat sibuk dan bisa kemanapun
sepuasnya. Tidak seperti dia yang harus
terkekang oleh yoon ah.
Jong
won menyebrang dengan tertib bersama pejalan kaki yang lain. Sekitar 200 meter
lagi, ia akan tiba di café itu. Ia melewati sebuah halte bis tepat berbarengan
dengan sebuah bis yang berniat menaik turunkan penumpang disana. jong won geleng-geleng kepala melihat para
calon penumpang yang berebut naik.
“permisi…”
kata seorang yoeja dari antrian calon penumpang itu.
Jong
won menoleh ke arah sumber suara. Ia mengenali pemilik suara itu. Ia mencari-cari pemilik suara, tetapi
percuma. Ia tidak menemukannya. Jong won masih penasaran. Hingga bis itu melaju
meninggalkan halte bis itu, ia tetap melihat ke arah jendela bis.
“yoen
ni?” jong won seperti melihat yoen ni di dalam bis. “itu…yoen ni kan?” bis itu
melaju kencang meninggalkannya yang masih penuh tanda tanya.
Jong
won memasuki café milik oemma yoen ni. Kibum terlihat sedang berbincang dengan
oemma yoen ni. Jong won langsung mengambil tempat duduk. Ia masih penasaran
dengan apa yang ia lihat tadi.
“hyung…kapan
datang? Tidak ada salam sama sekali” kibum menghampiri jong won.
“mianhae…”
jong won segera berdiri dan memberi salam pada empunya cafĂ©. “annyeong haseyo
ommoni.”
“kwaenchana…kalian
santai saja. Ommoni mau mengecek didalam dulu” oemma yoen ni pergi.
Kibum
menepuk pundak jong won yang kembali melamun. “hyung…ada masalah apa? kapan
acara pertunanganmu dengan yoon ah noona?”
“aku
tidak tahu. semuanyanya dia yang mengurus” jawab jong won cuek.
“hyung…kenapa
hyung berubah seperti ini sekarang? noona sangat baik pada hyung, tidak bisakah
hyung berbuat baik padanya?”
Jong
won menatap kibum serius. “kurang baik apa aku sama dia? Aku menuruti
keinginannya untuk menjadi yoejachinguku, dan sekarang kami akan bertunangan.”
“hyung
melampiaskan semuanya pada noona!hahhh….pantesan saja yoen ni meninggalkan
hyung, hyung melampiaskan cinta hyung pada young ni ke yoen ni. Siapa yang
tidak akan sakit hati” kibum mulai kesal juga.
“jadi…
kamu mau bertemu denganku karena mau
mengajariku?” jong won terlihat marah besar
Kibum
menelan ludah. “bukan begitu hyung… maksud utamaku, aku hanya mau memberitahu
hyung kalau aku melihat yoen ni di bandara beberapa bulan yang lalu. Mungkin
sekitar akhir oktober”
“mwo?”
jong won ingin tahu lebih jauh. “kenapa kamu baru memberitahu aku sekarang?”
“aku
baru sempat…dari kemarin aku harus bolak-balik jepang!” kibum terdiam. “tetapi
tadi aku bertanya pada ommoni, katanya yoen ni masih di Canada.”
“aku
melihatnya juga tadi!” kata jong won mencoba kembali tenang. “ommoni pasti
berbohong! Yoen ni ada di Korea sekarang… aku yakin”
“lalu
apa yang akan hyung lakukan? Hyung dan noona akan bertunangan, apa hyung akan
membatalkannya?”
Jong
won hanya terdiam. Ia terlihat berpikir keras. Kibum hanya geleng-geleng
kepala. Sejak yoen ni pergi, hyungnya ini berubah menjadi temperamental dan
kasar. Buktinya ia tidak pernah memperlakukan yoon ah dengan baik.
\(^.^)/
From: My Soul
Honey… sorry I
can’t call you!
Oppa sedang sibuk
sekali. Dimalam tahun baru, Tony sunbae menugaskan oppa untuk piket T.T
Oppa tidak bisa
meneleponmu. Mianhae…
Happy New Year… Happy
2015! I LOVE YOU
Yoen
ni tersenyum membaca pesan dari donghae. Ia harus segera membalasnya.
To: My Soul
Arrasoe oppa! Don’t
worry about that…
Aku mengerti, nyawa
orang harus didahulukan. Oppa kerja yang semangat… FIGHTING!!!
Happ New Year too…
bogoshipoe
#Pesan
terkirim…..# Pipi yoen ni memerah mengingat pesan yang baru saja ia kirim.
“eyyy…
ini anak mikir yadong?” kris menyentil
kening yoen ni.
“aaa…
appo!” yoen ni mengelus keningnya yang kena sentil. “oppa ada apa kesini?” yoen
ni mengambil nampan yang sempat ia taruh di meja kasir tadi.
“oppa
kangen kamu” Kris memaksa untuk memeluk yoen ni.
“oppa…
andwae! Dilihat pengunjung tuh”
Kris
menoleh ke arah yang yoen ni tunjuk. “biarkan saja… aku kan oppamu. Tidak boleh?”
“malu
oppa… nanti mereka mikir yang tidak-tidak”
“kamu
yang mikir aneh… tidak boleh oppa memeluk dongsaeng kesayangannya”
Yoen
ni berpikir sejenak. “boleh deh… tapi sebentar saja”
“ara…”
kris memeluk yoen ni erat kemudian mengangkatnya
“aaaa….”
Semua pengunjung cafĂ© terheran-heran melihat kelakuan mereka. “oppa…turunkan!”
“baiklah…”
kris mencubit pipi yoen ni. “kamu ini sudah hampir 22 tahun masih saja bikin
oppa gemes.”
“oppa
yang aneh… aku bukan anak kecil lagi. Kenapa oppa selalu memperlakukanku
seperti ini?”
“kita
keluar yukk!!!… untuk apa kamu bekerja di malam tahun baru? Nanti aku meminta
izin pada ajumma untuk mengizinkanmu cuti kerja malam ini. Lihat pengunjung
cafĂ© tidak banyak”
#kriiing….#
pertanda ada pelanggan café yang datang. Seorang pelayang café menyambutnya.
Kris menoleh ke arah pintu masuk café.
“oppa…
aku harus bekerja.” Yoen ni mengambil
daftar menu dan berniat melayani pelanggan tersebut.
“andwae…”
kris menghalangi.
“weo
oppa?” kris menghalangi pendangannya.
“kris?”
panggil seseorang.
Perlahan
kris membalik badannya agar yoen ni tetap tidak terlihat. “oh… jong won hyung.
Annyeong haseyo..”
“mwo?”
ucap yoen ni tanpa suara. Ia segera merapat dirinya di belakang kris.
“sedang
apa kamu disini?” tanya jong won
“oh…
aku hanya berlibur dan ada urusan pekerjaan disini!” kris nyengir kuda. Ia juga
memberi isyarat pada yoen ni untuk segera pergi. “hyung… sepertinya temanmu
memanggil”
“chingu?”
jong won penasaran dan menoleh ke belakang.
“gomawo…oppa!”
bisik yoen ni. ia segera masuk ke dapur.
“mianhae hyung… ternyata salah orang. Bagaimana kabar
hyung?”
“baik…emmmm,
yoen ni? Apakah ia sudah kembali ke sini? Apa ia bisa berjalan lagi?”
“ania…
yoen ni masih di Canada. Ia sudah bisa berjalan lagi, tetapi belum sempurna. Jadi butuh perawatan
lebih lanjut.”
Jong
won terlihat sedih. “apa ia sudah menemukan orang yang ia cintai?”
“nde?”
kris kaget dengan pertanyaan jong won.ia tertawa kecil. “setahuku, ia sudah
menemukannya. Namanya Lee donghae, ia seorang dokter. Ia sangat mencintai yoen
ni, begitu juga sebaliknya.” Kata kris blak-blakan. “aku rasa dalam waktu dekat
ini donghae akan melamarnya.”
“oh….begitukah?
syukurlah… aku senang yoen ni bahagia”
“of course”
“sepertinya
ommoni tidak ada, sebaiknya aku pulang saja” jong won mengalihkan pembicaraan.
“ajumma
ada dirumah sekarang. Aku dimintai tolong untuk mengawasi cafĂ© sebentar”
bohongnya lagi.
“baiklah…aku
pergi. Selamat tahun baru”
“ne
hyung….annyeong” jong won keluar dari cafĂ©, kris segera menghela napas. ia
merasa sedikit keterlaluan tadi. Akahkah jong won menyadari kalau ia berbohong?
\(^.^)/
Sejak pagi yoen ni sibuk di café. Ia hampir harus
berlari untuk segera melayani pelanggan yang datang. Beberapa kali oemmanya
melarang ia berlari atau bekerja berat karena kondisi kakinya itu, tetapi yoen
ni acuh tak acuh. Ia terlalu menikmati kegiatannya itu.
“oemma… ini tanggal berapa? Supplier menanyakan akan mengirim barang tanggal berapa?”
“kamu lihat saja sendiri sana.” Oemmanya sibuk
melayani pelanggan yang akan membayar.
“ne…”
Yoen ni berlari ke ruang kerja oemmanya. Sebuah kalender terpampang didindingnya. Yoen
ni segera menuju ke tempat kalender itu berada. MARET 2015, begitu yang tertera di halaman kalender itu. Ada sebuah
lingkaran merah yang menandai tanggal di kalender itu.
“sudah maret ya? 3 maret lusa?hahahaha… tidak terasa
juga.” Yoen ni berbicara sendiri.
“yoen ni-ah…. Cepat kemari” teriak oemmanya.
“ne…oemma!” yoen segera menemui oemmanya di meja
kasir. “ada apa oemma?”
“itu…” oemma menunjuk seorang namja yang baru masuk
dan terlihat kebingungan.
“siapa dia oemma?” yoen ni melihat dari ujung rambut
hingga ujung kaki namja itu. “apa ia teroris oemma?”
“sudah…kasihan dia tuh” oemma mendorongnya.
Yoen ni perlahan dan ragu-ragu mendekati namja itu.
Namja itu terlihat sangat mencurigakan dengan jaket hitamnya, topi hitam dan
masker hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya kecuali mata. Namja itu
hanya celingukan seperti pencuri.
“permisi….selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?”
Namja itu berbalik ke arah yoen ni dan langsung
memeluknya. “aaaahhh…bogoshipoe!”
“yakkk….” Yoen ni mendorong namja itu sekuat tenaga.
“nappenum….!” Ia menendang tulang kering namja itu.
“auch…. Noemu appo. Chagiya… negae wae?”
“morago? Nugu?!!!!” bentak yoen ni. Ia mungkin mengenali
namja itu.
Namja itu melepas topi dan masker di wajahnya. “honey…it’s me!”
“omo…” yoen ni kaget setengah mati. “oppa…donghae oppa?aaaaaa,
mianhae. Habis oppa mencurigakan sekali.” Yoen ni segera menarik donghae dan
mempersilahkannya duduk. “yang sakit mana? Mianhae”
“kamu ini masih saja galak.” Donghae bersin. “oppa
kena flu setiba disini, makanya oppa berpakaian seperti ini.”
“oppa kenapa tidak bilang kalau mau ke Korea? Aku
kan bisa menjemput oppa dibandara.” Yoen ni memberi isyarat, memanggil pelayan.
“haccih….ini adalah supprise! “
“eyyy… kejutan apaan?” seorang pelayan membawakan
secangkir minuman. “ini oppa…teh jepang! Mungkin bisa meredakan flu oppa”
“gomawo!” donghae meminum seteguk. “bogoshipoesoe!”
“Nado…noemu bogoshipoe. Oppa berapa lama mengambil
cuti?”
Donghae tersenyum senang. “oppa akan menetap
selamanya disini”
“chinca?” yoen ni tidak kalah senangnya. “tapi? Oppa
tidak….”
“ania… oppa dipindahkan dengan baik. Rumah sakit
pusat Seoul meminta oppa untuk bekerja disana. Kris memang hebat”
“nde?” yoen ni tidak mengerti.
“Kris yang membantu oppa untuk pindah ke sini…”
“kris oppa memang jjang!.” Yoen ni terdengar
bersemangat menyebut nama kris.
“kris saja yang begitu? Oppa bagaimana?”
“saranghae…” yoen ni membentuk tanda hati melingkar
di atas kepalanya.
\(^.^)/
Hari kedua donghae di seoul, ia terlihat sedikit
membaik. Ia menggandeng tangan yoen ni erat.
Yoen ni menjelaskan setiap tempat yang mereka kunjungi. Mulai dari
Apgujeong, jembatan banpodaegyo, myoendoeng, insadong, hingga istana
chandoekgung, dan masih banyak tempat-tempat lainnya. Intinya hari ini mereka
berniat menghabiskan waktu bersama.
Di istana chandoekgung hari sudah sore, tetapi
mereka belum terlihat lelah.
“oppa… istana ini indah kan?” yoen ni duduk di
beranda salah satu bangunan istana itu.
“ne…yeppo!” donghae menatap yoen ni lekat-lekat.
Yoen ni yang tidak menyadari dirinya diperhatikan
oleh donghae sedang menikmati suasana tenang sore itu. Angin semilir meniup
lembut rambutnya. Yoen ni memejamkan mata dan menikmati semuanya. Donghae hanya
memperhatikan apa yang dilakukan yoen ni dan terkadang tersenyum melihat
tingkah yoen ni. Lama mereka terdiam. Yoen ni terlalu larut dalam suasana di
istana itu, dan donghae larut akan keindahan wajah yoen ni.
“waaaah… aku tidak mau pulang. Aku betah disini…
kalau oppa bagaimana?” yoen ni membuka matanya dan menunggu jawaban donghae.
“oppa?” yoen ni menoleh dan mendapati donghae menatapnya. “oppa…. Ada apa? Ada
yang aneh lagi denganku?”
“nde?” donghae tersadarkan. “ania… oppa juga mau
kita terus seperti ini”
“oppa berbicara apa sih? Ngelantur… kaja pulang!
Oppa lapar tidak? Kita makan soondubu jiggae (soft tofu stew), ddukbokkie,
dakjuk, hoedeok, bulgogi, atau bibimbap?” yoen ni mencoba mengingat semua
makanan khas seoul. “oppa mau yang mana?”
“hahahahah…” donghae tertawa. “kamu cerewet sekali
hari ini” donghae menarik hidung yoen ni. “dari pagi mengoceh ini itu seperti guide, sekarang seperti waitress.”
“oppa…appo! Oppa lapar tidak?”
“ne…chagiya…kaja!”
\(^.^)/
“oppa….ayolah!sudah lama kita tidak berkencan”
rengek yoon ah pada jong won.
“kamu ini seperti anak kecil saja. Aku tidak bisa,
aku ada banyak pekerjaan” jong won menarik paksa tangannya yang dirangkul yoon
ah. “kamu pergi saja sendiri!!!”
“oppa…jebal!” mata yoon ah berkaca-kaca.
“baiklah… aku akan mengantar kemanupun kamu mau!”
jong won mengalah.
Yoon ah kembali tersenyum. “gomawo oppa!”
Jong won dan yoon ah melaju di jalanan dengan mobil
berwarna merah milik jong won. Yoon ah tidak henti-hentinya tersenyum dan
melihat ke arah jong won. Jong won sudah dipastikan acuh tak acuh, ia
membiarkan saja yoon ah senang akan pikirannya sendiri.
“sudah sampai….” Kata jong won setelah merapatkan
mobilnya ditrotoar jalan.
“mwo?”
“kita sudah sampai! Bukannya kamu mau makan malam?
Ini tempat yang aku rekomendasikan”
Mereka berdua berhenti tepat di seberang sebuah
restaurant tradisional yang menyadiakan menu khas makanan tradisional korea di
sekitar daerah taman Hangan. Yoon ah hanya menatap ke arah restaurant itu tidak
mengerti. Jong won keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk yoon ah.
“oppa… aku tidak mengerti” kata yoon ah polos. Ia
keluar dari mobil.
“silahkan turun, pergi ke restaurant itu dan makan
disana. ara?” jong won menutup pintu mobil itu dan melangkah menuju sisi dimana
setir mobil berada.
“lalu oppa? Bukannya kita akan makan malam bersama?”
Jong won tersenyum licik. “aku kan hanya bilang akan
mengantarmu kemanapun kamu mau. Sekarang aku sudah mengantarmu. Bereskan? Aku
ada urusan dikantor” jong won masuk kedalam mobil.
“oppa!” yoon ah berusaha membuka pintu mobil, tetapi
percuma. “oppa…”
“annyeong…” jong won melambaikan tangannya dan
meninggalkan yoon ah begitu saja.
Yoon ah melongo. “yakkkk…kim jong won. Tunggu
aku!!!” mobil jong won melaju kencang meninggalkannya. “ah…nappenum! Kenapa
oppa selalu melakukan ini padaku?”
Disisi lain, yoen ni dan donghae turun dari bis.
“oppa… cepatlah! Aku sudah lapar sekali.” Yoen ni
menarik tangan donghae agar lebih cepat berjalan.
“kamu ini…” donghae hanya tersenyum. “kalau memang
lapar, kenapa tidak makan di sekitar
tempat tadi saja?”
“tidak bisa…” yoen ni bertingkah seolah ia seorang
guru. “karena oppa baru kembali ke korea lagi setelah sekian lama, oppa harus
makan makanan khas korea dulu. Dan….. restaurant yang paling enak ada disini.”
Donghae hanya mengiyakan. “baiklah chagiya… aku
menurut saja”
“kaja oppa! Cepatlah…”
“jangan lari-lari dan jingkrak-jingkrak!” donghae tetap siaga.
Yoon ni hanya tertawa dan meninggalkan donghae. Ia
terus saja tertawa dan berusaha membuat donghae tetap senang. Hingga akhirnya
ia berjalan mundur dan menabrak seorang yoeja.
“ah….miannata!” yoen ni segera meminta maaf.
“jongmael miannata”
“kalau jalan yang bener dong! Kayak anak kecil saja,
main-main” yoeja itu marah.
Donghae segera menyusul yoen ni yang terlihat dalam
masalah. “ yoen ni-a! kwaenchana?”
“ne oppa… hanya saja aku menyakiti eonnie ini!” kata
yoen ni menunduk, karena merasa bersalah.
“sorry…
yoen ni tidak sengaja. Mohon dimaafkan” donghae juga meminta maaf.
Yoeja itu mengernyitkan kening. “ yoen ni?”
“ne?” yoen ni melihat ke arah yoeja itu.
“kamu choi yoen ni?” tanya yoeja itu lagi.
“ne… choi yoen ni imnida. Anda tahu dari mana?”
Yoeja itu tertawa kecil. “annyeong… naega im yoon ah
imnida.”
“nde?”yoen ni bingung. Ia melihat ke arah donghae,
meminta bantuan.
“kamu kenal kim jong won kan? Aku tunangannya. Kami
telah bertunangan januari kemarin” kata yoon ah dengan bangga
“oh…tunangan jong won oppa! Selamat…” kata yoen ni
tersenyum.
“dia siapa?” yoon ah ingin tahu
“lee donghae imnida… tunangannya yoen ni”
“oppa?” yoen ni kaget.
“oh…. Kalian terlihat serasi. Emmm… kalian akan
makan di restaurant ini? Ayo kita makan malam bersama. mungkin kita bisa
berbagi cerita” yoon ah menarik tangan yoen ni.
Donghae dan yoen ni hanya saling menatap dan bingung
harus bagaimana. Akhirnya mereka ber-3 makan malam bersama. Yoon ah terlihat
antusias bercerita tentang dia dan jong won.
Tanpa canggung sedikit pun yoon ah menanyakan semua hal yang diketahui
yoen ni tentang jong won. Yoen ni sesekali menatap donghae ketika yoon ah
melontarkan pertanyaan tentang jong won. Donghae hanya tersenyum sopan. Dan
yoen ni merasa bersalah akan itu.
\(^.^)/
Sejak keluar dari restaurant itu, yoen ni dan
donghae hanya terdiam. Donghae sibuk dengan pikirannya sendiri dan yoen ni
sibuk memikirkan apa yang sedang dipikirkan donghae sekarang. Hingga sampai
disebuah halte bis dan menunggu bis, mereka tetap terdiam. Mereka duduk
berdekatan menunggu bis, donghae tidak menggenggam tangan yoen ni seperti
biasa.
Setelah 5 menit menunggu bis dan terus terdiam, donghae pun berdiri dan
hendak pergi. Yoen ni segera menahan
donghae, ia menarik ujung sweater donghae
“oppa… mau kemana? Jangan tinggalkan aku.” Kata yoen
ni, ia terdengar sedih.
“oppa hanya ingin membeli kopi hangat. Kamu tunggu
saja eoh?” donghae tersenyum
Ragu-ragu yoen ni melepas tangannya yang menahan
donghae. “aku tidak suka kopi, oppa?”
“arayoe… tenang saja!” donghae menarik hidung yoen ni pelan.
Beberapa menit kemudia donghae kembali dengan 2 buah
gelas minuman hangat. Segelas kopi untuknya dan segelas coklat panas untuk yoen ni. Tepat setelah ia mencapai halte,
sebuah bis datang. Sepanjang perjalanan mereka kembali terdiam. Hangat dari
minuman yang mereka minum tidak terasa sama sekali. Keheningan diantara mereka
membuat cuaca menjadi semakin dingin.
“oppa…. Mianhae!” yoen ni kembali memecah keheningan
antara mereka berdua setelah turun dari bis. “joengmal mianhae”
“nde?” donghae mencoba mencari penjelasan. “minta
maaf atas apa?”
“selama ini aku berbohong pada oppa. Aku tidak
pernah menceritakan tentang jong won pada oppa” yoen ni tidak berani menatap
donghae. “aku ingin melupakan jong won oppa. Dia adalah masa lalu yang kelam.
Aku sama sekali tidak mau mengingatnya.” Yoen ni meneteskan air mata, langkah
kakinya terhenti. “mianhae…oppa!”
Donghae yang 3 langkah didepan yoen ni membalik
badan dan menghampiri yoen ni. “kwaenchana” donghae memeluk yoen ni. “oppa
tidak menyalahkanmu. Oppa mengerti kalau kamu memang tidak mau membahasnya.”
“aku membencinya oppa… sangat membencinya!” tangis
yoen ni meledak.
“uljima…uljimaseyoe! Jebal… oppa tidak bisa
melihatmu menangis. Jebal uljimaseyoe!” donghae mengelus rambut yoen ni pelan.
“mianhae oppa! Aku mencintai oppa. Oppa jangan
tinggalkan aku. Jangan membenci aku.”
“oppa tidak menyalahkanmu. Uljima… oppa sangat
mencintaimu. Kamu adalah nyawa oppa. Oppa percaya padamu. Yoen ni-a, you’re my everything. Don’t cry, please!”
\(^.^)/
Donghae berdiri didepan cermin kamar mandinya. Ia
menyikat giginya perlahan. Pikirannya
tertuju pada sebuah nama, Kim Jong Won. Apakah yang terjadi diantara yoen ni
dan jong won itu? Kenapa yoen ni tidak
pernah menceritakannya padanya? Yoen ni bukan tipe yoeja yang akan menutup
sesuatu. Ia selalu menceritakan apapun padanya. Yoen ni bahkan menceritakan
tentang young ni, saudara kembarnya, yang telah meninggal.
“ania donghae-a..” setelah berkumur ia menatap dirinya
lekat-lekat di cermin. “yoen ni pasti punya alasan yang kuat kenapa ia tidak
menceritakan tentang jong won. Kamu harus mempercayakan semuanya pada yoen ni.
Yoen ni tidak akan menghianatimu”
Donghae mencuci mukanya dan berjalan ke tempat tidur.
Sekarang untuk sementara, ia tinggal disebuah rumah dinas yang disediakan oleh
rumah sakit. Semua hal yang ada di Seoul tidak berubah jauh. Kenangnya tentang
masa kecilnya di seoul kembali muncul.
10 tahun yang lalu, saat ia menginjak kelas 2 SMA,
orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ia seorang anak tunggal yang
akhirnya harus hidup sendiri. Ia anak yang cerdas, dan mampu mendapatkan
beasiswa untuk kuliah kedokteran di Canada. Ia dapat menyelesaikan seluruh
pendidikannya sebagai dokter dan dokter specialis orthopedic selama 7 tahun.
Selama di Canada orangtua Tony, direktur
rumah sakit di Canada, mengangkatnya sebagai anak. Sejak ia di Canada, ia tidak
pernah lagi menginjakkan kakinya di korea.
\(^.^)/
Yoen ni terlihat sedang senam pagi ringan di halaman
belakang rumah. Entah kenapa pagi ini ia sangat ingin berolah raga sambil
menghirup udara pagi yang segar dan cukup dingin. Daun-daun terlihat ikut
melambai mengikuti gerakannya. Beberapa tetes embun bergantung di ujung daun
seolah tidak rela untuk jatuh ke tanah. Kumbang dan kupu-kupu terbang ke sana
kemari, dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Taman belakang rumahnya memang
dipenuhi oleh bunga-bunga yang indah dan wangi.
“yeon ni-a…. ada telepon!” teriak oemma dari dalam
rumah.
“ne oemma… tunggu sebentar!” yoen ni berjalan santai
menuju ruang keluarga, tempat telepon rumah berada. “dari siapa oemma?” tanya
yoen ni
“ini… dari donghae! Oemma mau menyiapakan sarapan
dulu…” oemma pergi ke dapur.
“gomawo oemma!” telepon itu berpindah ke tangannya.
“yumseo!”
“good morning….”kata donghae diseberang. “tumben pagi-pagi sudah bangun. Kenapa
ponselmu tidak dijawab?”
Yoen ni tertawa kecil. “ponselku ketinggalan
dikamar. aku hanya berolah raga sedikit oppa! Otot-ototku mulai kaku, harus
dilatih”
“baguslah
kalau begitu… pagi ini kamu ada acara eoh?”
“pagi ini?” yoen ni mencoba mengingat. “aaaahh…mian
oppa! Jam 9 ini aku ada rencana ke suatu tempat.emmmm….oppa mau ikut?”
“oh…ania!
Kalau begitu lain kali saja… tetapi setelah itu kamu tidak ada acara kan?”
“ne… aku free!
Memang oppa mau mengajak aku kemana pagi ini?”
“ke suatu
tempat… tetapi bisa kapan-kapan kok. Sepertinya rencanamu pagi ini lebih
penting.”donghae diam sejenak. “baiklah….
Nanti sore oppa jemput! Oppa juga ada kejutan untukmu”
Yoen ni mengerutkan kening. “apa oppa?”
“rahasia…annyeong”
donghae menutup telepon.
Yoen ni bingung. Apa yang akan ditunjukkan donghae
padanya? #tintong…# bel rumah diberbunyi. Yoen ni segera membukakan pintu.
Seoarang tukang pos berdiri didepan pintu rumahnya dengan 2 buah bingkisan yang
besar. Setelah menandatangani bukti penerimaan, dengan susah payah yoen ni
membawa masuk bingkisan itu.
“annyeong putri kesayanganku…. Saengil….”
“appa…” yoen ni memotong. “bantu aku!”
“oh ne… dari siapa kado ini?”
“tidak tahu… tapi..” yoen ni mencoba melihat asal
pengiriman kado itu. “dari kris oppa dan tao!” yoen ni senang bukan main.
Kedua kado itu sudah terbuka. Kris memberikannya
bola Kristal yang sangat besar, sebesar
bola voli. Bola itu persis seperti milik peramal-peramal itu. Appa dan oemma
heran melihat kado dari kris.
“maksudnya apa?” oemma ingin menghilangkan rasa penasarannya.
Yoen ni tertawa. “kris oppa memang aneh. Saat malam
tahun baru kemarin, kami berjalan-jalan dan bertemu peramal. Aku sempat bilang
seandainya punya bola ramalam seperti itu. Ternyata kris oppa membelikan aku.
Dasar aneh”
Appa yoen ni menemukan sebuah kartu ucapan. “Happy birthday my lovely little sister! I
bought you a crystal ball, like you want #xixixi#. Hope you can be a good
diviner (peramal)” appa yoen ni bingung, semakin bingung.
Sedangkan tao memberikannya sebuah boneka panda sebesar
anak umur 5 tahun. Yoen ni, appa dan oemma yoen ni tertawa karena dibaju yang
dikenakan panda itu ada foto tao. Secarik kartu ucapan terselip disana dan
bertuliskan ‘noona…If you miss me. Hug
this panda! Saengil chukka hamnida’
\(^.^)/
“eonnie…. Saengil chukka hamnida!” yoen ni menaruh
sebuquet bunga tulip hitam kesukaan young ni di atas makamnya. “bogoshiposeo,
oennie! Lihat eonnie…aku bisa berjalan lagi. Semuanya berkat donghae oppa.
Eonnie, aku merasa bersalah padanya. Apakah benar kalau aku menutupi tentang jong
won oppa darinya?”
Yoen ni duduk dan membelai nisan yoen ni. “eonnie…
jong won oppa masih ada disini” yoen ni menunjuk dadanya. “ia masih tinggal di
sisi gelap hatiku. Aku tidak bisa menyingkirkannya. Aku tidak bisa
melupakannya. Eonnie…. Apa yang harus aku lakukan jika ia muncul lagi? Aku tidak
mau donghae oppa tersakiti nantinya dan mungkin orang lain juga akan terluka.
Otthoke eonnie?” tanpa ia sadari air
mata mengalir dipipinya.
“yoen ni?” panggil seseorang di belakang yoen ni.
Yoen ni menoleh. “nde?” jong won berdiri
dibelakangnya. “oppa?” yoen ni segera berdiri. “annyeong haseyoe”
“kamu sudah sembuh sepertinya. Kamu terlihat
baik-baik saja. oppa betul kan?” jong won tersenyum lembut. Senyum yang sudah
lama menghilang kembali lagi.
“ne oppa… aku sangat baik” yoen ni mencoba membalas
senyum jong won.
Jong won mendekati yoen ni. “diamlah!” jong won
mengerakkan tangannya menuju wajah yoen ni. “kamu habis menangis?” jong won
mengusap airmata di pipi yoen ni.
“ania….” Yoen ni menepis halus tangan jong won.
“sepertinya hanya kelilipan tadi” yoen ni kikuk. “oppa mau berziarah juga?”
“ne… aku tidak pernah melupakan young ni dan tentu
saja dirimu” jong won menaruh bunga yang ia bawa di atas makam young ni.
“ah ne… ini sudah siang. Aku harus segera
pulang. Permisi oppa!” yoen ni
melangkahkan kakinya pergi.
“tunggu!”
jong won menahan yoen ni dengan memegang tangannya. “tidak bisakah kita
berbicara sebentar?”
“mungkin lain kali saja oppa! Oemma sudah
menungguku…” yoen ni berusaha menolak dengan halus.
Jong won tetap tidak mau melepaskan cengkraman
tangannya di pergelangan tangan yoen ni. “jebal…. Ada yang harus aku jelaskan
padamu.”
“menjelaskan apa oppa?” yoen ni pura-pura tidak
mengerti
“semuanya… aku akan menjelaskan kesalahpahaman diantara
kita. Aku tidak mau kamu terus membenciku”
Yoen ni sekali lagi mencoba melepaskan tangannya.
“aku tidak membenci oppa… semuanya jelas kan? Sekarang lepaskan aku. Aku harus
pulang!”
“yoen ni-a jebal….” Jong won memohon
“oppa… lepaskan!”
Sebuah mobil berwarna putih berhenti di jalan yang
tidak jauh dari posisi jong won dan yoen ni. Pemilik mobil itu menurunkan kaca
mobilnya dan berusaha melihat keluar. Itu adalah donghae, ia rupanya ada di
pemakaman juga.
“yoen ni-a….chagiya!” donghae turun dari mobilnya.
“lepaskan oppa…” yoen ni sekuat tenaga menarik
tangannya dari cengkraman jong won dan berhasil.
“siapa dia?” tanya jong won sinis.
“oppa…aku disini”
yoen ni melambaikan tangannya pada donghae.
Donghae melihat ke arah jong won. “sedang apa kamu
disini, chagiya?” tanyanya pada yoen ni.
“aku habis mengunjungi eonnie…”
“oh…” donghae sekali lagi melihat ke arah jong won.
“dia siapa? Chingu?”
“dia…” yoen ni berpikir sejenak. “dia jong won oppa,
tunangan eonnie sebelum eonnie meninggal”
“kim jong won imnida!”
“lee donghae imnida… berarti dia tunangannya yoon ah-ssi
sekarang?”
“nde?” jong won terkejut. “kalian mengenal im yoon
ah?”
“ne… kami bertemu dengannya tadi malam di
restaurant” kata donghae tetap tersenyum.
Yoen ni hanya terdiam dan akhirnya angkat bicara.
“oppa….kita pulang?” katanya pada donghae.
“baiklah…kaja! Kami duluan jong won-ssi”donghae
menganggandeng tangan yoen ni erat.
Jong won kesal sendiri di pemakaman. Tatapannya
tidak hentinya mengiringi kemana yoen ni pergi. Sesekali ia juga melihat yoen
ni menoleh kepadanya dan segera berpaling lagi.
\(^.^)/
Yoen ni dan donghae hanya terdiam sepanjang
perjalanan pulang. Donghae tidak berniat untuk menanyakan apapun, karena ia
ingin yoen ni menjelaskannya sendiri tanpa paksaannya.
“oppa ada apa ke pemakaman?” yoen ni memecah
keheningan.
“oppa habis mengunjungi almarhum orangtua oppa”
donghae menjawab dengan senyuman.
“aahhh.. kenapa oppa tidak mengajak aku ke sana?
Jangan-jangan tadi pagi tempat yang oppa maksud adalah makan orangtua oppa?”
“ne… tetapi kita bisa pergi lain waktu” donghae kembali terdiam. “rencana kita sore
ini jadi kan?”
“tentu saja oppa…” yoen ni mencoba terlihat santai.
“oppa mau mengajak aku kemana?”
“rahasia…” donghae menghentikan mobilnya didepan
gerbang rumah yoen ni. “sudah sampai eoh” ia membukakan pintu mobil untuk yoen
ni.
“gomawo oppa!”
“ne…. annyeong!” donghae melangkah menuju pintu
mobil bagian pengemudi.
“oppa!” yoen ni berlari kecil dan memeluk donghae
dari belakang.
“kamu kenapa?”
“biarkan aku memeluk oppa sebentar saja!” yoen ni
memendamkan wajahnya di punggung donghae.
Donghae membalik badannya. “kamu kenapa?” ia memeluk
yoen ni erat.
“aku hanya mau memeluk oppa!” suara yoen ni
tertahan.
“baiklah… silahkan tuan putri”
Hampir 10 menit yoen ni memeluk donghae. Donghae
hanya membelai rambut yoen ni pelan. Pikirannya juga melayang entah kemana.
Lebih tepatnya memikirkan jong won. Ia ingin tahu siapa jong won. Mengapa yoen
ni menjadi aneh belakangan ini?
\(^.^)/
“oemma… otthe?”
yoen ni memutar badannya bak model.
“yeppodae! Anak oemma mau kemana sih?” oemma
membantu merapikan rambut yoen ni.
“donghae oppa mengajakku ke suatu tempat. Mungkin
akan merayakan ulang tahunku?” tebak yoen ni
#ting…tong#
“sepertinya itu oppa! Aku bukakan pintu dulu ya
oemma?” yeon ni terlihat senang sore ini.
#klek# yoen ni membuka pintu depan rumahnya. Seorang
namja dengan setelan jas yang rapi berdiri di depannya. Senyum yoen ni hilang
ketika menyadari kalau namja itu bukan donghae, melainkan jong won.
“annyeong… kelihatannya kamu akan pergi ke suatu
tempat?” sapa jong won ramah.
“ah….ne! oemma ada di dalam, jadi langsung masuk
saja” yoen ni tidak mau lama-lama berbasa basi.
“aku ingin bertemu denganmu” jong won to the point.
“ada apa, oppa?”
“ini…. Saengil chukka hamnida. Semoga kau
menyukainya”
Yoen ni terpaksa mengambil kado pemberian jong won.
“gomawo… aku juga mau mengucapkan selamat atas pertunangan oppa dengan yoon
ah-ssi.”
“ah ne… itu hanya formalitas. Belum tentu ia akan
menjadi istriku. Pilihanku bisa berubah. Dan kamu mungk…”
Yoen ni memotong. “oppa tidak boleh seperti itu.
Yoon ah-ssi orang yang baik. Oppa pasti sangat mencintainya. Kalian pasangan
yang serasi”
“tetapi…” jong won ingin menjelaskan semuanya
sekarang.
“mianhae” yoen ni memotong lagi. “sore ini aku ada
janji dengan seseorang. Lebih baik oppa pulang!”
“arayoe.. sampai bertemu lagi” jong won pergi begitu
saja.
Yoen ni berdiri terpaku di tempatnya semula. Ia
hanya bisa melihat punggung jong won yang berlalu meninggalkannya. Terbersit
pikiran untuk mengejar jong won dan memeluknya erat, tetapi segera ditepis oleh
akal sehat yoen ni. Sebelum mencapai
gerbang, jong won berpapasan dengan donghae.
Donghae dan jong won hanya menatap satu sama lain
dan memberi hormat. Kemudian jong won lenyap dibalik pintu gerbang. Yoen ni
masih mematung dengan kado dari jong won yang ia genggam erat. Beberapa kali
donghae tersenyum ke arahnya, tetapi
ekspresi wajah yoen ni aneh. Ia tidak melihat kedatangannya donghae.
“chagiya…”panggil donghae setelah ia dekat dengan
yoen ni.
“oh….omo!” yoen ni kaget.
“weo? Kamu tidak menyadari oppa datang?” donghae
terdengar kecewa.
“ania oppa…ania… hanya…hanya saja…”
Donghae mengacak-acak rambut yoen ni. “sudahlah
lupakan… kamu siap?”
“ne…” yoen ni menengok ke dalam rumah. “oemma…. Aku
pergi”
“kaja!” donghae menggandeng tangan yoen ni.
Sesampai di luar gerbang rumah, yoen ni seperti
mencari sesuatu. Tepat di dekat tiang listrik ia melihat tempat sampah. Kado
yang tadi diberikan oleh jong won ia buang. Ia mencoba untuk tidak dilihat oleh
donghae, tetapi donghae melihatnya.
“apa yang kamu lakukan tadi? Mencari sesuatu?” tanya
donghae setelah mereka melaju dengan mobil dijalanan.
“nde? Ania…animmida” yoen ni tersenyum.
“oh….baiklah!” donghae kembali berkonsentrasi pada
jalan raya.
Yoen ni melihat sana sini. Ia baru menyadari kalau mobil yang dibeli
donghae sangat bagus. “oppa… mobil oppa bagus sekali. Keren!”
“kamu menyukainya?” donghae tertawa kecil. “baguslah
kalau begitu. Oppa sengaja membeli mobil ini, khusus buatmu. Karena mobil ini akan sipa sedia mengantar
tuan putri kemanapun tuan putrid mau”
“eeey… oppa ada-ada saja.” Yoen ni melihat ke arah
dasbor. “ini kan?” ia mengambil sebuah foto. “oppa membawa juga foto ini?”
“ne…weo?”
“ini jelek oppa…lihat! Aku menggunakan baju rumah
sakit dengan kaki di gipp? Ahhh…shiore. Ganti oppa!” rengek yoen ni.
Donghae merebut foto itu dari tangan yoen ni. “andwae… kalau masalah yang ini oppa
tidak mau mengalah. Ini akan tetap disini”
“aaaah…oppa! Kalau chingu oppa naik di mobil ini dan
melihatnya bagaimana? Aku malu oppa”
“kenapa kamu harus malu?” donghae menarik hidung
yoen ni. “kamu sangat cantik disini, walalupun dengan baju rumah sakit dan kaki
di gipp. Oppa menyukainya”
Yoen ni cemberut. “lihat saja nanti… aku akan
mencuri foto itu”
“hahahaha” donghae hanya bisa tertawa.
\(^.^)/
Donghae membentuk tangannya seolah berkacak pinggang
dan meminta yoen ni untuk menggandenganya. Yoen ni hanya tersenyum dan menurut
saja. Donghae tidak mengira kalau malam ini yoen ni akan sangat cantik dengan
dress model rumbai tanpa lengan berwarna krem dan pantopel (bener gag?) berwarna senada dengan manik-manik dibagian
atasnya. Donghae juga tidak kalah sempurna dengan kemeja lengan panjang
berwarna caramel dan celana berwarna hitam. Lengan kemejanya di gulung sampai
siku.
Mereka masuk ke sebuah restaurant yang terletak di
sebuah bukit kecil. Lantai dua
restaurant itu terlihat sepi namun romantis. Dindingnya dipenuhi kaca yang
menyajikan pemandangan kota seoul di malam hari. Sebuah meja di ruangan itu
sudah dipersiapkan untuk mereka. para pemain musik standby di tempat mereka.
rupanya donghae telah menyewa tempat ini khusus untuk yoen ni.
“silahkan duduk!” donghae mempersilahkan yoen ni
duduk.
“oppa… jangan bilang oppa menyewa tempat ini?”
“ania… teman oppa hanya meminjamkannya untuk oppa”
bohongnya, sejak kapan donghae punya teman di seoul?
“chinca?” yoen ni masih tidak percaya.
Donghae menjentikkan jarinya dan memberikan kode
kepada seseorang. Musik mulai mengalun lembut (angel- EXO blues version). Kemudian seorang pelayan datang dengan
hidangan pembuka. Pelayan itu hanya menunduk, tidak berani menampakkan
wajahnya. Kebetulan juga yoen ni tidak memperhatikan, ia terlalu terlena dengan
pemandangan di luar.
“yoen ni-a!” panggil donghae
“ne…oppa?” yoen ni menatap donghae
Sebuquet bunga mawar kecil berwarna putih di
sodorkan donghae ke arah yoen ni. “saengil chukka hamnida!”
“oppa… sejak kapan oppa membawa bunga?” yoen ni
bingung
“aku memeng selalu membawanya” donghae tersenyum
Merekapun berbincang satu sama lain. Sesekali
donghae melontarkan lelucon yang membuat yoen ni tertawa. Obrolan mereka terus
berlanjut hingga makanan penutup tiba.Pelayan datang dengan sebotol wine putih dan 2 buah gelas. Pelayan itu menaruh
masing-masih gelas di hadapan donghae dan yoen ni. Kemudian menuangkan wine ke
dalamnya, setelah itu ia pergi.
“oppa… aku tidak bisa meminumnya” kata yoen ni
menunjuk gelas wine di hadapannya.
“baiklah…oppa yang minum”
Donghae akan mengambil gelas yoen ni, tetapi tanpa
sengaja menyenggolnya. Gelas itu jatuh, serta wine didalamya tumpah dan hampir
mengenai yoen ni.
“omo…” yoen ni reflex berdiri.
“mianhae…chagiya” donghae panik
Yoen ni mengambil tissue di meja dan mencoba
membersihkan diri. “kwaenchana oppa!” ia melihat ada yang berkilau di meja.
“oppa… ini apa?” yoen ni mengambil benda itu. “cincin?”
Donghae meminta dengan lembut cincin yang ditemukan
yoen ni. Ia mengelapnya dengan tissue. Kemudian di hadapan yoen ni donghae
berlutut.
“oppa…kenapa oppa?” yoen ni bingung
Musik latar berubah seketika. Sebuah musik yang
berbeda dengan yang sebelumnya mengalun (marry u- reff part). Donghae nampak
serius.
“choi yoen ni… aku tahu mungkin ini terlalu cepat
bagimu. Tetapi bagiku, ini sudah terlalu lama. Aku sudah terlalu lama
menunggumu, berharap kamu muncul dihadapanku. Dan kini kamu muncul, apa aku
harus menundanya lagi? Tentu saja tidak.”
“oppa?” pipi yoen ni memerah.
“chagiya….. aku mungkin bukan namja yang sempurna
atau bukan tipe namja yang kamu idamkan. Tetapi yang terpenting adalah, kamu
yoeja terindah yang ditunjukkan tuhan untukku. Aku mencintaimu setulus hatiku,
walaupun kamu tidak mencintaiku. Aku menyayangimu sepenuh hatiku, walaupun kamu
tidak. Aku tidak berharap balasan lebih darimu. Aku hanya ingin menguangkapkan
semuanya padamu malam ini. Karena kau tahu, memendam perasaan bisa membunuhmu”
Yoen ni tidak menyangka donghae akan melakukan ini.
“oppa…ini?”
“Choi yoen ni… will
you marry me?” donghae menundukkan kepalanya dan terus mengarahkan cincin
itu pada yoen ni.
Yoen ni melihat sekeliling. Ia melihat seorang
pelayang dikejauhan yang berjingkrak-jingkrak tidak karuan. Ia mengenalinya,
itu adalah tao dan di sebelahnya berdiri kris yang mengatur para pemusik. ia
meminta pendapat mereka. tao mengangguk keras sedangkan kris acuh tak acuh.
“emmm…” yoen ni berpikir keras. “oppa… saranghae!”
Donghae mengangkat
kepalanya. “chinca?”
“ne..” yoen ni mengangguk.
Donghae memasangkan cincin itu di jari manis tangan
kiri yoen ni. “gomawo!”
“nado!” yoen ni memeluk donghae erat. “noemu
saranghae!” wajah yoen ni terlihat
murung.
\(^.^)/
Donghae tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Semua
yang Ia alami hari ini bagaikan sebuah mimpi. Setengah berlari ia menuju
kamarnya dan menyalakan musik. Ia menari sekuat tenaga. Loncat sana sini,
sesekali berteriak mengikuti lagu yang ia putar.
Sungguh melelahkan. Ia merebahkan dirinya di kasur
sambil terus tersenyum dan tertawa. Beberapa detik ia memejamkan matanya dan
akhirnya memutuskan untuk mandi. #plukk# sesuatu jatuh dari saku celananya.
Donghae segera memungutnya.
“aaaah… benda ini. Aku hampir lupa” seketika
wajahnya berubah murung. “ kenapa yoen ni membuang benda ini? Aku rasa ini kado
dari seseorang”
Donghae terus memperhatikan kado sebesar kotak tempat cincin itu. Ia tidak berniat
membukanya dan mengetahui apa isinya. Setelah mengantar yoen ni pulang tadi, ia
penasaran akan benda yang dibuang yoen
ni tadi sore. Beruntung ia masih
menemukannya di tempat sampah dan kemudian mengambilnya.
“apa ini dari jong won?” donghae ingat sempat
berpapasan dengan jong won dirumah yoen ni. “Apa benda ini hadiah ulang tahun
dari jong won? Tetapi kenapa yoen ni membuangnya? Apakah…..”
Pikiran itu menghampiri donghae. Ide gila tentang
apa yang terjadi sebenarnya diantara yoen ni dan jong won. Ia sangat berharap
kalau tebakannya itu salah. Karena jika itu benar, berarti selama ini dia hanya
wadah pelampiasan bagi yoen ni. Dan jika itu memang benar, apa yang terjadi
malam ini adalah suatu sandiwara dan kebohongan besar.
\(^.^)/
Pagi yang cerah, dan sangat berisik. Yoen ni
terbangun dari tidurnya dengan perasaan sedikit kesal. ia berencana untuk
bangun sedikit lebih siang dari biasanya, tetapi semuanya gagal. ia menggeliat
dengan malasnya dan berjalan perlahan untuk membuka jendela. Jendelan kamarnya
mengarah ke halaman belakang rumah.
“noona….ironaaa!” teriak seseorang di halaman
belakang.
Yoen ni memincingkan matanya. “nugu?” katanya pelan
“Noona…good
morning. Come on! We jogging together” teriak tao lagi
“yakkk… kalian sedang apa pagi-pagi disini?”
Kris hanya tersenyum dan terlihat menawari yoen ni
kopi. Ia duduk santai sambil membaca koran. Sedangkan tao, berlari sana sini
dengan kucing peliharan yoen ni, kitty. Yoen ni hanya mendengus.
“turunlah noona…!” teriak tao lagi
“ara!!!” balas yoen ni.
Ia segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
20 menit kemudian ia sudah berada diruang makan. Sudah lama yoen ni sekeluarga
tidak sarapan bersama, apalagi plus tao dan kris dimeja makan, suasana menjadi
semakin cerah.
Selesai makan tao sibuk membantu oemma yoen ni dan
melarang yoen ni membantu. Akhirnya kris menarik yoen ni dan mengajaknya
mengobrol di halaman belakang.
“otthe?” tanya kris
Yoen ni mengernyitkna dahi. “mwo?”
“apa kamu yakin dengan pilihanmu sekarang?”
“ooooh…” yoen ni mengerti. “aku yakin! Aku rasa ini
pilihan terbaik untukku”
“untukmu?” tanya kris
“ne…” yoen ni mengangguk serius.
“lalu bagaimana dengan mereka? apa alasanmu hanya
karena dirimu saja?”
Yoen ni menghela napas. “aku juga tidak tahu,oppa!
Apakah keputusanku ini terbaik untuk mereka, khususnya donghae oppa. Aku tidak
peduli dengan jong won oppa”
“apa kamu mencintai donghae hyung?”
“nde?” yoen ni terdiam sebentar. “aku rasa aku
mencintainya”
“lalu jong won hyung? Apa kamu masih mencintainya?”
kris menekankan pada kata ‘masih’
“mollayoe!” katanya ragu.
Kris menatap yoen ni serius. “apakah kamu lebih
mencintai jong won hyung dibanding donghae hyung?” yoen ni tidak menjawab. “hahhhh…”
kris pasrah. “ aku pernah mendengar suatu kalimat yang sangat bagus”
“mwo?” yoen ni ingin tahu.
“apa kamu percaya takdir?” tanya kris balik.
“aku percaya” yoen ni serius.
“Sometimes the people you love are not your destiny!” kris mengelus kepala yoen ni dan pergi.
Yoen ni mencoba mencerna
perkataan kris. “apakah itu benar?”
\(^.^)/
Yoon ah berjalan dengan anggun menuju kantin rumah
sakit Seoul untuk menemui sahabatnya yang juga bekerja di sana. Ia memilih
tempat duduk dengan sofa dan untuk dua orang. Beberapa perawat menyapanya,
karena ia memang sering mengunjungi sahabatnya yang juga sekaligus dokter di
rumah sakit itu.
“eonnie…”
Yoon ah melambaikan tangannya. “Joo hyun-ah!” ia
menyambut sahabatnya, soe joo hyun,
dengan pelukan hangat.
“eonnie… yepposoe!” kata joo hyun. “kelihatanya
eonnie sedang senang.”
“ania…” yoon ah berubah murung.
“weo?”
“oppa menolak untuk menikah denganku secepatnya!”
suara yoon ah tertahan.
“lagi?” joo hyun kesal. “sudah berapa kali ia
menolak? Sekarang alasannya apa?”
“katanya ia belum siap!” yoon ah hampir menangis.
“alasan kuno…belum siap apa lagi? Kalian hampir 4 bulan lebih bertunangan.
Sampai kapan akan ditunda pernikahan kalian? Eonnie harus tegas padanya”
“aku sudah melakukannya… tetapi…” tangis yoon ah
meledak.
Joo hyun segera mengambil tissue. “uljima!”
“tetapi ia selalu mengancam akan membatalkan
pertunangan ini. Aku sangat mencintainya. Aku tidak mau kehilangan jong won
oppa. Aku tidak mau kehilangan dia lagi.”
“arayoe…uljima eonni.” Joo hyun mencoba menenangkan.
“kamu tahu sendiri kan?” yoon ah mencoba tenang. “jong
won oppa adalah cinta pertamaku. Aku mencintainya sejak aku berumur 7 tahun.
Aku tidak mau dia pergi lagi dariku seperti dulu.”
“ne eonni… arasoe! Aku tahu bagaimana eonnie
akhirnya memilih kembali ke Korea dan menolak kontrak dengan designer itu kan?
Aku tahu semua alasan eonnie kembali ke Korea. Itu semua demi jong won oppa.”
Joo hyun mencoba mengingat. “ waaaah…. Eonnie sangat berantakan waktu itu.”
“ne..” yoon ah mengangguk.
“eonnie seperti mayat hidup waktu itu. Seandainya
eonnie tidak mendengar berita kalau jong won oppa akan menikah
dengan…emmm…dengan…aku lupa. Eonnie sudah menjadi model terkenal sekarang.
Eonnie sudah dibutakan cinta”
Yoon ah memukul joo hyun pelan. “ jangan ungkit itu
lagi. Karena aku sudah mengorbankan semuanya, oppa harus menjadi milikku.
Apapun caranya dan bagaimanapun resikonya” yoon ah membara. “aku tahu, ini
pasti karena dia. Kenapa dia harus kembali?” gumam yoon ah.
Ponsel joo
hyun berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk. Joo hyun segera membukanya, dan isi
pesan itu membuat ia terkejut. “mwo?”
“ada apa, joo hyun-ah?” yoon ah masih terisak.
“daebak…” joo hyun memasukkan ponselnya ke saku jas
putihnya. “eonnie… tahu dokter Lee? Yang pernah aku ceritakan itu. Dokter spesialis
orthopedic yang keren itu.”
“ah…arayoe. Weo?”
“dia sudah bertunangan… dan dalam waktu dekat akan
menikah. Ahhhh… beruntungnya yoeja yang bisa mendapatkannya” joo hyun kecewa.
“eonnie tahu… yeoja yang beruntung itu siapa?”
“nugu?” entah kenapa yoon ah jadi penasaran, padahal
ia sudah tahu jawabannya.
“dia adalah
pasiennya saat di Canada dulu. Dan itu juga alasan dia pindah ke Korea,
demi mengejar yoeja itu. Aku penasaran bagaimana wajah yoeja itu? Apa ia sangat
cantik?”
“ania…” yoon ah tiba-tiba menjawab.
“morago?”
“ahhh….animmida” yoon ah segera mengalihkan pembicaraan.
\(^.^)/
Berita tentang pertunangan yoen ni dan donghae juga
sampai di telinga jong won. Kibum yang kebetulan menghadiri acara pertunangan
yoen ni dan donghae menceritakan semuanya. Pertunangan yoen ni dan donghae
secara resmi diadakan 1 minggu yang lalu. Acara pertunangan itu hanya sebatas
acara keluarga saja. Yoen ni hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat,
sedangkan donghae hanya mengundah
beberapa keluarga yang masih ia punya dan tentu saja keluarga angkatnya di
Canada.
Jong won uring-uringan di apartementnya. Yoon ah
hanya bisa bersabar menghadapi sikap jong won
yang kasar padanya. Jong won melampiaskan amarahnya ke pada yoon ah.
Beberapa kali jong won menginginkan pertunanganya dibatalkan dengan yoon ah.
Yoon ah harus meminta bantuan kibum dan
orangtua jong won untuk meminta jong won mengurungkan niatnya.
Disatu sisi yoon ah sangat senang yoen ni akhirnya
bertunangan dengan donghae dan akan lenyap dari kehidupan jong won dan dirinya.
tetapi disisi lain, kejadian itu merubah jong won menjadi namja yang jahat.
“oppa mau kemana?” teriak yoon ah dari arah dapur.
“bukan urusanmu.” Jong won terlihat berantakan.
“untuk apa kamu berada disini? Aku sudah mengusirmu kan?”
Yoon ah terisak. “aku khawatir dengan keadaan oppa!
Oemma dan appa juga khawatir”
“mwo? Kalau kamu memang mengkhawatirkanku, pergi
dari hadapanku” bentak jong won
“oppa….kenapa oppa jadi seperti ini sekarang? Apa
lagi-lagi karena nappen yoeja itu, haa?” yoon ah tidak tahan lagi. “oppa tahu…
ia tidak mencintai oppa lagi. Buktinya dia akan menikah dengan namja lain. Sampai kapan oppa tidak mau menerima ini?
Yoen ni sudah melupakan masa lalunya dan menemukan kehidupan barunya. Oppa
adalah pecundang. Oppa phabo!”
“morago?”
“oppa phabo” tangis yoon ah menjadi. “oppa egois!
Oppa hanya memikirkan diri oppa sendiri. Oppa tidak pernah peduli orang
disekitar oppa yang sangat mencintai oppa. Oppa tidak tahu? keadaan oppa
sekarang membuat kami cemas. Hanya kami yang peduli pada oppa. Nappen yoeja itu
tidak peduli sama sekali. Apa yang oppa
harapkan dari dia, ha?”
Jong won mengepalkan tangannya. “diam…diam! Jangan katakan
apapun lagi. Yeon Ni selalu mencintaku. Aku tahu itu. Kamu tidak tahu apa-apa,
karena kamu tidak pernah merasakan bagaimana dicintai seseorang”
Yoon ah membanting mangkuk yang sedari tadi ia
pegang #prangg#. “oppa egois!” ia
mengambil tasnya dan hendak pergi. “oppa terlalu yakin tentang perasaan yoen ni
pada oppa. Coba oppa pikir, jika ia memang sangat mencintai oppa seperti yang
oppa katakan. Kenapa ia meninggalkan oppa? Kenapa ia lebih memilih donghae
dibanding oppa? Aku yakin yoen ni pernah mengatakan alasannya.” Yoon ah
mendekatkan wajahnya ke jong won. “tetapi oppa tidak pernah mempedulikannya.
Karena oppa egois! Oppa bangunlah, jangan terus bermimpi” yoon ah membanting
pintu dan pergi.
Jong won berdiri terpaku. Ia memikirkan apa yang
dikatakan yoon ah. Apa yang dikatakan
yoon ah benar? Apa benar yoen ni tidak
mencintainya?
\(^.^)/
Donghae dan yoen ni baru saja pulang dari sebuah
butik. Pernikahan mereka sebentar lagi.
Segala persiapan telah dilakukan,
hanya tinggal menunggu menyebar undangan saja. Yoen ni telah memikirkan
semuanya masak-masak. Ini adalah keputusan terbaik. Ia menyadari bahwa ia masih
mencintai jong won. Tetapi ia juga mencintai donghae, walaupun tidak sebesar
kepada jong won. Yoen ni yakin suatu
saat ia akan mencintai donghae sepenuh hati.
Yoen ni memandangi donghae lekat-lekat. Namja
didepannya ini sangat mencintainya. Mencintainya sebagai yoen ni, dirinya
sendiri. Tidak mungkin ia mengecewakan perasaan donghae oppa yang tulus.
Kata-kata kris saat itu sangat berpengaruh padanya. Donghae oppa adalah
takdirnya, dan itu tidak akan berubah. Kita pasti akan mencintai seseorang yang
ditakdirkan untuk kita, walaupun itu membutuhkan waktu.
#trrrrrrt# ponsel yoen ni bergetar.
Ia tidak mengenali nomor yang meneleponnya “oppa…”
yoen ni menatap donghae
“woe? Angkat saja… mungkin chingu” donghae tetap
berkonsentrasi pada jalanan.
“yumseo?” yoen ni mengangkat telepon itu.
“………….”
“nuguseyoe?”
“………….”
“oh… ada apa?”
“………………”
“aku…” yoen ni berpikir sejenak. “aku tidak bisa.
Katakan saja sekarang!”
“……………..”
“arasoe… odiseo?”
“………….”
“ne…!” yoen ni menghela napas. “oppa…bisa mengantar
aku ke suatu tempat? Sebentar saja!”
“arayoe!” donghae tersenyum. “aku akan mengantar
kemanapun tuan putri mau.” Donghae
menarik hidung yoen ni, lagi.
“gomawo, oppa!” yoen ni tersenyum
\(^.^)/
“oppa yakin tidak mau ikut?” yoen ni menawarkan
“ne… kamu pergi saja. Mungkin chingumu hanya ingin
berbicara 4 mata denganmu. Oppa akan menunggu disini”
“baiklah…” yoen ni melangkah meninggalkan donghae,
ada sedikit perasaan ragu menghinggapinya.
Jong won terlihat menunggu dengan tidak sabar.
Penampilannya tidak terlalu buruk, ia tidak mau terlihat kacau didepan yoen ni.
Taman itu cukup sepi, hanya terlihat beberapa orang yang berjalan. Bising suara
kendaraan di jalanan tidak terlalu menganggu karena terhalangi pohon-pohon.
Yoen ni melangkah ragu. Ia melihat orang yang
meneleponnya tadi sedang terduduk
disebuah kursi. Cahaya di sekitar tempat duduk itu remang-remang. Yoen
ni berhanti tepat dibawah lampu taman yang berjarak sekitar 6 meter dari kursi
itu.
“ada apa oppa ingin menemuiku?” kata yoen ni dengan
suara kecil.
Jong won segera berdiri. “kamu sudah datang?
Duduklah!”
“ne…” yoen ni melangkah ragu menuju kursi itu. Ia
tidak bisa melihat wajah jong won dengan jelas.
“chukkae!” kata jong won. “aku rasa ia pilihan yang
tepat.” Jong won berkata setengah hati.
“ne….” yoen ni menunduk.
“emmmmm….” Jong won terdiam sejenak. “apa kamu
bahagia?”
“ne…noemu
haengbokhae (bahagia)” yoen ni menghela napas. “aku sangat mencintainya”
Jong won sontak berdiri. “jangan mencoba
membohongiku. Kamu tidak mencintainya, yoen ni-a”
“aku tidak mau berdebat soal itu” yoen ni berdiri
dan hendak pergi.
Jong won menahannya. “jebal…dengarkan aku dulu. Ini yang
terakhir, dan aku tidak akan menggangumu lagi.”
“baiklah!” yoen ni mengalah.
“apakah sekarang kamu mencintaiku atau dia?”
Yoen ni berpikir, memilih kata-kata yang tepat. “aku
mencintainya, sekarang dan selamanya.”
“weo? Aku tahu kamu mencintaiku”
“oppa jangan sok tahu. aku akui, sebelum bertemu
donghae oppa aku mencintaimu. Tetapi
sekarang semua berubah, aku mencintai donghae oppa. Karena ia mencintaiku
diriku, bukan orang lain. Ia tulus mencintai, bukan sebagai pelarian.”
“hahhh…” jong won kesal. “tetapi kamu mencintainya
karena pelarian kan?”
“ania… aku sungguh-sungguh mencintai donghae oppa.
Mungkin oppa benar, awalnya aku mencintainya karena pelarian darimu. Tetapi
sekarang, aku belajar untuk mencintainya setulus hati”
“belajar? Cinta tidak untuk di pelajari.”
“donghae oppa adalah takdirku. Dan aku harus belajar
mencintai takdirku. Aku rasa oppa juga harus melakukan itu. Cintailah orang
yang ditakdirka untuk oppa. Jangan oppa menjadi orang yang egois. Yoon ah-ssi
sangat mencintai oppa, dan oppa harus membalasnya”
Jong won memegang kedua lengan yoen ni. “kamulah
orang yang ditakdirkan mencintaiku”
“ania oppa!”
“persetan dengan takdir. Aku mencintamu, kamu juga
mencintaiku kan? Ini adalah takdir yang kamu inginkan eoh?”
Yoen ni melepaskan lengannya perlahan. “orang yang
kamu cintai belum tentu adalah takdirmu.” Yoen ni melangkah pergi.
Jong won segera menghadang yoen ni. “akan aku
buktikan kalau kamu mencintaiku hingga sekarang. Dan aku tidak peduli dengan
takdir itu.”
“mwo?” yoen ni bingung.
Jong won memegang kedua pipi yoen ni dan kemudian
menciumnya. Yeon ni meronta, dan mendorong jong won sekuat tenaga. Tangan kanan jong won berpindah ke bagian
belakang kepala yoen ni dan menahan yoen ni menjauh, begitu juga tangan kirinya
yang menahan yoen ni di pinggangnya. Jong won melampiaskan emosinya dengan
mencium yoen ni. Yoen ni tidak bisa mendorong jong won menjauh dan melepaskan
ciumanya karena tenaganya tidaklah cukup.
Yoen ni hanya
bisa menangis. Bayangan wajah donghae yang tersenyum padanya melintas begitu
saja. Senyum yang begitu hangat dan tulus. Senyum yang selama ini selalu
memenuhi hari dan hatinya. Ia melakukan
perbuatan yang salah saat ini. Donghae pasti akan sangat terluka. Sekali lagi
sekuat tenaga yoen ni melawan.
#plakkk# sebuah tamparan melayang ke pipi jong won
setelah yoen ni berhasil melepaskan diri. Jong won hanya terdiam dan memegangi
pipinya. Yoen ni menangis terisak, airmatanya terus mengalir. Ia mengusap
bibirnya dengan punggung tangan dan menatap jong won dengan jijik. Ia pun
berlalu dan meninggalkan jong won yang akhirnya jatuh berlutut.
“weo, yoen
ni-ah?” tanyanya.
“karena aku mencintai donghae oppa, dan aku tidak
mencintaimu lagi. Oppa hanya masa laluku.
Dan aku ingin melupakan itu” yoen ni masih terisak.
\(^.^)/
Yoen ni berjalan tertatih dan terus menangis. Ia
tidak mau mengingat lagi apa yang terjadi tadi. Semuanya berlalu begitu saja
tanpa bisa dicegah. Yoen ni terus mengusap bibirnya yang kotor itu. Ia
mengigitinya, kesal pada dirinya sendiri. Ia tidak menyadari kalau bibirnya
mulai berdarah karena ia mengigitnya.
Donghae terlihat keluar dari sebuah café coffe
dengan 2 gelas minuman. Yoen ni yang
melihat donghae dari kejauhan menangis semakin menjadi. Ia berlari menghampiri
donghae. Donghae hanya terpaku dan tidak mengerti apa yang terjadi pada yoen ni.
“jangan berlari” teriak donghae.
#klek# terdengar sesuatu ditelinga yoen ni. Kakinya
terasa sakit dan ia pun jatuh tersungkur. Donghae panik dan menjatuhkan minuman
yan ia bawa. Sesegera mungkin ia menghampiri yoen ni.
“kwaenchana?” donghae segera membatu yoen ni bangun.
Yoen ni hanya menangis dan memeluk donghae. “oppa!”
“kamu kenapa? Ada yang terluka?”
“oppa” yoen ni tidak mau melepaskan pelukannya.
“uljima… oppa tidak akan kemana-mana. Kaja!” donghae
mengendong yoen ni dan mendudukkannya di sebuah kursi diluar cafĂ© itu. “coba
oppa lihat”
“auch” yoen ni meringis kesakitan.
“lihat…lututmu berdarah, sikumu juga.” Donghae
melihat wajah yoen ni. “kenapa bibirmu juga berdarah?”
Yoen ni hanya terdiam dan terisak. Ia menunduk,
tidak berani menatap donghae.
“apa terjadi sesuatu antara kamu dan chingumu?”
Yoen ni geleng kepala. “ania…”
“lalu kenapa menangis?”
“oppa tidak lihat?” yoen ni mencoba tersenyum. “aku
baru saja jatuh dan itu menyakitkan. Sepertinya aku menghancurkan lututku.”
Donghae tertawa. “dasar cengeng! Siapa suruh
berlari….oppa kan sudah melarangnya”
“karena….karena…” yoen ni ragu-ragu. “aku merindukan
oppa”
“eyyy…. Kaja pulang!”
Donghae mengendong yoen ni kedalam mobil. Sebelum
sampai dirumah , ia mengurusi dulu luka-luka yoen ni.
\(^.^)/
“dia memang sembrono!” kata oemma yoen ni.
“donghae-a… sebaiknya kamu menginap saja. Ini sudah terlalu malam.”
“ania ommoni! saya pulang saja” tolak donghae sopan.
“oppa…jangan pergi oppa. Donghae oppa!” yoen ni
mengigau
Donghae segera menghampiri yoen ni. “oppa disini!” donghae memegang kening
yoen ni. “ommoni, ia demam”
“aigoo… ommoni akan mengambil air panas untuk
mengompresnya.”
“ania… biar saya yang merawatnya”
“arasoe… akhirnya kamu akan menginap juga kan? Kalau
butuh sesuatu bilang pada ommoni”
“ne…gomapsumnida!”
Tidak lebih dari 15 menit, donghae sudah mengompres
yoen ni. Melihat keadaan yoen ni, donghae merasa tidak tenang. Apakah ini
karena kejadian tadi?
~FLASHBACK~
#trrrrrttttt# sebuah ponsel bergetar. Donghae
mencoba mencari letak ponsel itu. Ia akhirnya menemukannya, dan itu milik yoen
ni. Tertera nama kris di layarnya.
“yumseo…ada apa?” jawabnya.
“hyung….yoen
ni mana?”
“ia pergi menemui temannya dan kurasa ponselnya
tertinggal!”
“aish…ada hal
penting yang harus aku bicarakan padanya. Bisakah hyung menyusulnya dan
memberikan ponselnya?”
“apakah tidak bisa nanti?”
“jebal hyung!”
kris memohon. “ini darurat…please!”
“arayoe… nanti aku telepon balik”
“gomawo…hyung”
sambungan telelpon terputus.
Sedikit susah menemukan yoen ni disebuah taman yang
cukup luas. Hingga ia akhirnya menemukan yoen ni dengan seorang namja, dan
terlihat seperti jong won. Donghae berniat berteriak untuk memanggil, tetapi…
jong won mencium yoen ni. Donghae segera memalingkan wajahnya dan berlalu
pergi.
~FLASHBACK
END~
“Apakah kamu sangat mencintainya?” Tanya donghae
dalam hati. “jika kamu memang mencintainya, kenapa kamu memilih aku?”
Donghae mengenggam tangan yoen ni erat dan akhirnye
tertidur.
\(^.^)/
Tidak terjadi hal yang serius dengan lutut yoen ni.
Ia hanya butuh waktu dua hari untuk sementara memakai tongkat. Donghae tidak
henti-hentinya mengomel pada yoen ni.
“mianhae oppa… tetapi sekarang sudah sembuh kan?”
“eey… beruntung cepat sembuh. Kenapa kamu tidak
pernah bisa mendengarkan apa kata oppa? Kalau kris yang berbicara selalu kamu
dengarkan”
“mianhae oppa!” yoen ni tersenyum manja.
“ara…” donghae mengalah.
Donghae memapah yoen ni berjalan perlahan menuju loby
rumah sakit. “yakin tidak mau oppa antar?”
“ne… aku bisa pakai taksi. Oppa tida perlu
memapahku, aku bisa jalan sendiri!”
“arayoe… oppa hanya khawatir”
“donghae-ssi, yoen ni-ssi” panggil seseorang dari
belakang.
Yoen ni menoleh. “oh…. Yoon ah-ssi”
“kalian mau kemana?” tanyanya.
“yoen ni mau pulang! Aku ingin mengantarnya, tetapi
ia menolak. Jadi sekarang harsu mencari taksi” jawab donghae.
“oooo… bagaimana kalau ikut denganku. Seingatku
rumah kita searah” yoon ah menawarkan.
Yoen ni tersenyum. “gomawo…. Aku bisa pakai taksi!”
“ayolah…!” paksa yoon ah
“chagiya… akan lebih baik kamu pulang dengan yoon
ah-ssi” bujuk donghae
“tetapi nanti merepotkan!” yoen ni tetap menolak.
“ania….” Yoon ah tersenyum. “tidak akan merepotkan.”
“baiklah…” kata donghae tiba-tiba.
“chagiya…dengarkan aku eoh?”
“arasoe…”
Akhirnya yoen ni menumpang pada yoon ah untuk
pulang.
\(^.^)/
Ternyata yoon ah tidak mengantar yoen ni pulang.
Melainkan membawanya ke sebuah rumah di pegunungan. Villa itu miliknya sebagai
hadiah pertunangannya dengan jong won.
“wahhh…. Aku senang kamu mau menemaniku untuk
mendekorasi ulang rumah ini” kata yoon ah setelah mempersilahkan yoen ni duduk.
“ne…eonnie! Rumah yang bagus, aku senang bisa
membantu. Lagian aku tidak ada kerjaan jika harus berdiam diri dirumah”
“gomawo…yoen ni-a” yoon ah tersenyum licik. “semoga
ada yang bisa dimakan!” ia menuju dapur.
Yoen ni melihat sekeliling rumah. Villa ini sangat
bagus. Pemandanganya juga sangat indah. Rasanya ia ingin tinggal disitu.
“aku hanya menemukan apel. Apa kamu mau?” yoon ah
datang dengan sekeranjang kecil apel dan pisau.
“gomawo!” yoen ni kembali duduk.
“eonnie kupaskan eoh?” yoon ah memperlakukan yoen ni
seperti adiknya.
“ania eonnie… aku lebih suka memakan dengan
kulitnya”
“baiklah!”
Yoon ah memotongkan
kecil buah apel itu agar lebih mudah dimakan. Beberapa buah aple ia
kupas dan beberapa juga tidak.
“kamu tahu?” yoon ah angkat bicara. “aku mencintai
jong won oppa sudah lama, dan Paris memisahkan kita. Suatu hari aku kembali dari
Paris dan menghancurkan karierku demi menemuinya.”
“nde?” yoen ni tidak mengerti.
“aku kembali ke korea begitu mendengar ia akan
menikah dengan seorang yoeja. Aku kira ia akan menungguku seperti janjinya
dulu, ketika kamu bermain bersama. ketika umurku hanya 9 tahun. Aku
mempercayainya akan menungguku. Tetapi seperti kamu tahu, itu hanya janji anak kecil dan bodohnya aku percaya
hingga sekarang”
“eonnie…”
“kenapa jong won oppa tidak bisa mencintaku? Kenapa
ia lebih memilih yeoja itu? Aku menjadi gila memikirkannya. Terbersit
keinginanku untuk memisahkan mereka berdua. Dan tuhan memihak padaku.”
~FLASHBACK ~
Yoon ah hanya bisa melihat dari jauh namja idamanya
itu. Namja itu seperti menungggu seseorang. Yoon ah hanya terdiam, ia bingung
harus melakukan apa. haruskan ia mendekatinya? Akankan ia ingat padanya? Ia
akhirnya memutuskan untuk mendekati namja itu.
“jong won oppa!” katanya.
Perbincang singkat diantara mereka pun terjadi. Yoon
ah hanya bisa mengagumi jong won dan tidak lebih. Tepat sebelum ia pergi, ia
melihat seorang yoeja mendekat. Yoeja itu terlihat bahagia dengan sebuah kotak persegi panjang kecil
ditangannya.
“gomawo
oppa. Aku suka tulip! Tetapi, ini untuk yoejachingu oppa kan?” yoon ah menerima
bunga dari jong won.
“itu
gampang! Ia tidak terlalu suka dengan
bunga”
“gomawo
oppa!” yoon ah menyium pipi jong won. “oh...mianhae! aku lupa ini bukan Paris”
yoon ah segera meminta maaf.
“kwaenchana!”
jong won juga kaget
“annyeong
oppa!” yoon ah pergi.
Ia
tersenyum nakal ketika melihat ekspresi yoeja itu. Ia tahu bahwa yoeja itu
adalah calon istri jong won. Mencium pipi jong won adalah rencana yang bagus.
~FLASHBACK
END~
Yoen
ni tercengang mendengar penuturan yoon ah. Apakah yoon ah serius dengan ucapannya? Yoen ni menelan
ludah.
“sayang
sekali kamu juga muncul. Dan semuanya menjadi percuma. Kematian young ni memang
diluar prakiraanku. Tetapi aku bersyukur ia meninggal, jadi aku tidak perlu
mengotori tanganku.”
“eonnie…
ini tidak lucu.” Yoen ni berdiri dan hendak pergi. “ yoon ah-ssi… ini hanya
bercanda kan?”
“aku
serius… sepertinya sekarang aku harus mengotori tanganku. Kamu mau kemana, choi
yoen ni?”
\(^.^)/
Diwaktu yang sama, jong won baru saja terbangun.
Kamarnya berbau tidak sedap, alcohol. Jong won segera keluar dari kamar itu dan
menuju dapur. Tenggorokannya sangat kering, ia butuh air.
#trrrrrt# ada pesan masuk ke ponselnya. ‘OPPA… AKU
AKAN MENGAKHIRI SEMUANYA SEKARANG!’
jong won melihat siapa pengirimnya, dan itu adalah yoon
ah. Jong won sama sekali tidak mengerti maksud pesan tersebut. #tiluittt#
seseorang membuka pintu.
“hyung….sudah sarapan?” tanya kibum terburu-buru.
“ania… aku belum lapar!” jawab jong won acuh.
Kibum mengeluarkan makanan yang ia bawa. “ini dari
oemma… kata noona, hyung jarang makan akhir-akhir ini. Jadi oemma membuatkan
makanan kesukaan hyung”
“yoon ah mengatakan itu pada oemma?” jong won
mendengus.
“oh iya… tadi aku melihat noona saat lampu merah,
tidak jauh dari rumah” kibum masih menyiapkan makanan.
“aku tidak peduli”
“noona memiliki hubungan baik dengan yoen ni. Mereka
berdua terlihat akrab.” Kibum menyodorkan sarapan pada jong won yang sedang
asyik menonton tv. “hyung tidak kerja?”
“tunggu… kamu melihat yoen ni dan yoon ah dalam satu
mobil?”
“ne… sepertinya mereka akan ke villa!” kibum mencoba
mengingat.
Jong won segera melihat pesan dari yoon ah. “kapan
kamu melihatnya?”
“sekitar….” Kibum mencoba mengingat. “aku rasa 1 jam
atau lebih. Pokoknya sebelum aku kerumah mengambil makanan ini. Tadi pagi aku
sempat keluar dulu sebelum kesini.”
“gawat… tidak mungkin yoon ah…” jong won segera
mengambil kunci mobilnya, ia masih berantakan.
“hyung ada apa?”
“temui dokter lee dirumah sakit seoul… dia spesialis
orthopedic. Ajak dia menuju villa yoon ah. Arasoe?”
“ne….hyung!” kibum bingung.
\(^.^)/
“aaaaaaa….” yoen ni terjatuh. “yoon ah-ssi…apa ini
jalan keluarnya?” yoen ni mencoba berdiri.
“ne….cuma ini. Aku senang kamu ke Canada waktu itu.
aku berharap kamu tidak kembali, tetapi kenapa kamu kembali? Rencana
pernikahanmu dengan donghae juga tidak memberi keuntungan padaku. jong won oppa
semakin bertingkah menyedihkan mengetahui kalian akan menikah. Apa maumu
haaaa?” yoon ah menendang kaki yoen ni.
#brukkk# yoen ni terjatuh lagi. Kakinya terasa sakit sekali. “yoon ah-ssi….mianhae! aku
tidak akan merebut jong won oppa darimu. Aku tidak mencintainya lagi” yoen ni
hampir menangis.
“phabo… selama kamu masih hidup, jong won oppa akan
selalu mengingatmu. Ia tidak pernah mau melihat ke arahku. Yang ada dipikirannya
cuma kamu. Itu menyakitkan… seharusnya kamu tidak terlahir.”
“yoon ah-ssi…andwae” yoen ni memohon.
Yoon ah terus mengacungkan pisau buah itu ke arah
yoen ni. “aku akan mengakhiri semuanya disini!mianhae yoen ni… aku mencintai
jong won oppa” yoon ah berusaha menusuk yoen ni.
“yoon ah….!!!!”
Teriak jong won tepat dibelakang yoon ah. “michossoe? (kau sudah gila)”
“annyeong oppa… aku memang sudah gila. Semuanya
karena kamu, oppa”
Yoen ni berusaha menjauh dengan menyeret tubuhnya.
Kakinya terlalu sakit. “yoon ah-ssi…mianhae!”
“buang pisau itu sekarang!” bentak jong won.
“tidak bisakah oppa memintanya dengan sedikit lembut
padaku?” yoon ah kembali mengacungkan pisau itu pada yoen ni.
“jebal…yoon ah-a! jangan buat aku semakin marah.
Jebal…buang pisau itu”
“ania oppa… aku harus mengakhiri semuanya sekarang”
yoon ah kembali menatap yoen ni yang tidak berdaya.
Jong won tidak
bisa bersabar. Ia segera menghampiri yoon ah dan hendak merebut pisau
itu. akhinrya terjadilah insiden saling tarik menarik pisau antara jong won dan
yoon ah. Yoen ni hanya bisa berdoa, semoga pisau itu tidak melukai siapapun.
Ujung pisau itu tepat mengarah pada jong won. Dan…..
“aaaarggg” kata jong won lirih.
“oppa…..ania…oppa!” teriak yoon ah. #tiiing# pisau
itu jatuh ditanah. “oppa!”
Jong won terkapar. “pergi…pergi sana.cepat!!!”
bentaknya pada yoon ah.
Sial bagi jong won. Pisau buah itu menembus perutnya. Darah segar
mengalir dari luka tusuk itu. yoen ni hanya terdiam, dadanya sesak. Sedangkan
yoon ah sudah menangis sekuat tenaga.
“oppa!” yoon ah ingin menyentuh jong won.
“pergi kau!” bentak jong won lagi. “kamu mau
dipenjara eoh? Cepat pergi sana!!!” jong won berusaha mengambil pisau yang tadi
menusuknya.
“oppa…” tangis yoon ah. “oppa!”
“pergilah! Sekarang!!!” jong won berhasil mengambil
pisau yang terkena darah itu. ia berusaha menghapus bekas sidik jari yoon ah.
“kenapa masih disini? Pergi!” jong won meringis.
“oppa…” yoon ah akhirnya menurut pergi.
Jong won menoleh ke arah yoen ni. “yoen ni-a… kamu
juga pergi. Tunggu donghae di luar villa ini. Kamu bisa berjalan kan?”
“oppa!” suara yoen ni tertahan, airmata terus
mengalir. “ania….aku tidak bisa meninggalkan oppa!” yoen ni mendekati jong won
dan berusaha menutup luka jong won agar darah bisa berhenti keluar. “oppa
bertahanlah”
“pergilah..!” jong won meringis kesakitan. “aku
mohon dengarkan aku. Pergilah!!”
“ania…shiore! Aku tidak bisa meninggalkan oppa
seperti ini” yoen ni terus menangis.
“yoen ni-a… saranghamnida. Mianhae, selama ini aku
hanya bisa menyakitimu. Saranghae” kata jong won terbata.
#brakkk# donghae membanting pintu. Ia segera berlari
kearah yoen ni. Dibelakangnya ada kibum yang terlihat susah mengatur napasnya.
“hyung…” kibum segera berlari menghampiri jong won yang terkapar tidak
berdaya. “hyung…siapa yang melakukan ini? Noona mana?”
“kwaenchanayoe?” donghae memeluk yoen ni. Berusaha
membuatnya tenang. “mianhae oppa terlambat”
“oppa…jong won oppa bagaimana?” yoen ni menangis
dalam pelukan donghae
“kibum-ssi… cepat telepon ambulan. Jong won terlalu
banyak mengeluarkan darah. Cepat!!!”
“ne…”
“kwaenchana!” donghae masih berusaha menenangkan yoen ni. “jong won akan
baik-baik saja!”
\(^.^)/
Donghae berlutut di depan yoen ni sambil
membersihkan kedua tangan yoen ni yang berlumuran darah. Yoen ni masih terus
menangis. Donghae tidak tahu harus berbuat apa, yoen ni tetap saja menangis dan
menyalahkan dirinya sendiri.
Seorang dokter keluar dari ruangan dimana jong won
berada. Hampir berbarengan kibum juga datang dengan kedua orangtuanya.
“dokter bagaimana?” tanya kibum.
“miannata… tuan kim sudah…” dokter itu berubah
sedih, ia menundukkan kepalanya.
“anakku… anakku!” oemma jong won jatuh pingsan.
Appa jong won segera
menangkapnya sebelum jatuh. “kibum-ah… kamu urus semuanya! Ayo istriku!”
Yoen ni yang juga mendengar langsung dari dokter
hanya terpaku. Ia berharap ini hanya sebuah mimpi. Ia berharap sekarang bisa
segera terbangun dan tidak ada yang terjadi. Dipojok lorong yoon ah terlihat
mengintip. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Ia telah membunuh jong won, orang
yang ia cintai.
“yoen ni-a….” donghae menghampiri yoen ni yang terlihat
shock.
“ania…jong won oppa belum….ania” tangis yoen ni
meledak.
“uljima…tuhan berkehandak lain pada jong
won-ssi.mungkin ini yang terbaik”
“ania…ini semua salahku. Jong won opppa meninggal
karena aku. Seharusnya aku yang meninggal, bukan jong won oppa” yoen ni
menangis dalam pelukan donghae.
“apakah kamu mencintainya?” kata donghae dalam hati.
“aku sudah menyakiti jong won oppa. Aku yang pantas
mati”
“uljima…jong won-ssi ingin kamu terus hidup. Itu
sebabnya ia melakukan ini”
“ania…”
Donghae memeluk yoen ni semakin erat. “uljima…jebal” wajah donghae
murung, entah kenapa hatinya terasa
sakit.
\(^.^)/
Yoen ni duduk dengan anggun diruangan khusus
pengantin perempuan. gaun pengantin berwarna putih dengan design yang simple
dan elegan (bayangain sendiri ya? Author gag jago dalam hal beginian) melekat
dibadanya. Rambutnya ia gulung di belakang sedikit ke atas, terlihat begitu
anggun.
#tok---tok---tok# seseorang mengetuk pintu dan
membukannya perlahan.
“chagiya…”kata donghae lembut.
“oppa?’ yoen ni terkejut. “oppa dilarang masuk ke
sini kan?”
“ada hal penting yang ingin oppa bicarakan.”donghae
menghampiri yoen ni. “sebelumnya, oppa rasa ini milikmu” donghae memberikan
yoen ni sebuah kado kecil.
“ini kan?” yeon ni mengenali benda itu. “aku sudah
membuangnya. Kenapa oppa bisa memilikinya?”
“ini dari jong won kan? Aku rasa ini sangat berarti
buatmu”
Yoen ni membuka kado itu. sebuah liontin berwarna
perak yang indah berada dibalik bungkusan itu. yoen ni membukannya dan
mendapati fotonya dan foto young ni. Terdapat sebuah tulisan disana ‘aku
mencintai kalian berdua’, begitu yang
tertulis. Yoen ni tersenyum membacanya namun juga meneteskan airmata.
“uljima…” donghae mengusap airmata yang mengalir
dipipi yoen ni. “oppa sudah memikirkan semuanya masak-masak. Sebaiknya kita
batalkan pernikahan ini”
“mwo?” yoen ni terkejut dengan pernyataan donghae.
“maksud oppa apa?”
“oppa tidak mau memaksakan keinginan oppa. Oppa tahu
kamu sangat mencintai jong won. Oppa tidak mau menjadi penghalang lagi. Walaupun
jong won sekarang sudah tiada. Oppa sadar, seseorang pasti ingin menikahi orang
yang ia cintai. Dan untuk saat ini kamu belum mencintai oppa. Jadi sebaiknya pernikahan ini dibatalkan saja dan
kita memulai semuanya dari awal. Oppa akan berusaha membuat kamu mencinta oppa
sepenuhnya. Dan disaat itu tiba, baru oppa akan melamarmu lagi”
“oppa… ania oppa! Pernikahan ini tidak bisa
dibatalkan semudah itu”
“gampang… oppa tinggal bilang kepada semua undangan
bahwa pernikahannya dibatalkan. Selesai!”
“tetapi?” yoen ni tidak percaya dengan apa yang ia
dengar.
“oppa pergi dulu…. Sebelum mereka menghabiskan
makanan, oppa harus membatalkan acara ini” donghae melangkah pergi dengan
senyumnya yang hangat.
“oppa!” yoen ni meneteskan airmata, jantungnya berdegup tidak karuan.
“oppa…tunggu!” yoen ni berusaha berdiri dan mengejar donghae.
Tinggal 3 langkah lagi donghae mencapai pintu. Ia
menghentikan langkahnya ketika mendengar yoen ni memanggil.
“oppa…” yoen ni menyeret kaki kirinya. “a…a….a..a”
yoen ni hampir terjatuh.
“yakkk…” donghae segera menangkapnya. “ada apa
pengantin perempuan dengan kaki di gipp?”
“oppa!” yoen ni memeluk donghae erat. “andwae…
jangan batalkan pernikahan ini. Aku tidak mau. Aku tidak mau batal menikah
dengan oppa. Aku mencintai oppa, dan masih akan terus mencintai oppa.”
“apa kamu yakin?” donghae tersenyum nakal. “jika
pendetanya sudah datang, pernikahan ini tidak bisa dibatalkan.”
“yakkk…lee donghae! Kamu tidak percaya padaku? harus
aku buktikan dengan apa?”
Donghae berpikir sejenak. “mungkin seperti ini”
Donghae memegang dagu yoen ni dan mengangkatnya
sedikit, sehingga seolah yoen ni mendongak. Donghae mendekatkan wajahnya pada
wajah yoen ni. Yoen ni memejamkan mata, jantungnya semakin berdetak tidak
menentu. Akhinya sesuatu yang lembut menyentuh bibir yoen ni. Donghae mencium
yoen ni dengan lembut dan penuh cinta.
#klekk…# terdengar pintu terbuka. Donghae segera
mengakhiri ciumannya. Yoen ni hanya tertegun dan tersenyum bahagia.
“hey…permisi maaf menganggu. Pengantin pria,
pendetanya sudah datang” kata kris menggoda. “ckckckc… kalian tidak bisa
menunggu sebentar ya? Hyung tahu kan…pengantin pria dilarang menemui pengantin
perempuan sekarang. Aigoooo…” kris geleng-geleng kepala.
“oppa…” rengek yoen ni pada kris. “oppa ini
penguntit eoh?”
“eyyy…kenapa jadi aku yang salah.
Hyung…cepatlah! Nanti bisa dilanjutkan
kok” kris meninggalkan mereka.
“gomawo!” kata donghae
“nado!” yoen ni kembali memeluk donghae. “saranghae”
“emmm..” donghae mencium yoen ni dikeningnya. “oppa
pergi dulu. Oppa tunggu di altar”
“ne oppa!” tatapan mata yoen ni mengiringi kepergian
donghae.
\(^.^)/
Epilog
Yoon ah terlihat berdiri di pojok rungan itu.
tatapannya terus mengarah pada yoen ni yang sedang melempar buquet bunganya.
Yoon ah menatap yoen ni dengan penuh kebencian. Tidak ada yang menyadari
kehadiranyya disitu. Para tamu yang lain sedang bersenang-senang sehingga tidak
ada yang menghiraukannya.
Gaun pengantin berbentuk kemben berwarma putih
melekat ditubuh yoon ah. Ia juga menggunakan blazer putih lengan pendek
untuk menutupi pundaknya yang terbuka.
Rambutnya tergerai begitu saja. Tidak ada sedikitpun make up melekat di wajahnya.
Kakinya tidak menggunakan alas sama sekali. Dipergelangan tangan kirinya
terdapat perban yang melingkari pergelanganan tangannya itu. Terdapat sedikit
bercak darah diperban itu.
Yoen ni hanya bisa pasrah mendengar ejekan kris dan
tao tentang kejadian tadi diruangan pengantin wanita. Donghae sama sekali tidak
membelanya.
“oppa…andawe” yoen ni memukul kris pelan. Yoen ni
melihat sekeliling. “yoon ah-ssi?”
“nugu?” tanya donghae.
“oppa tunggu sebentar” yoen ni berusaha mendekati yoon ah di sudut ruangan.
Susah payah ia menyeret kaki kirinya yang masih di gipp. “yoon ah-ssi”
Yoon ah hanya tersenyum sinis. Kemudian hilang
begitu saja.
“ada apa?’ donghae menyusul yoen ni.
“aku melihat yoon ah-ssi!” yoen ni menunjuk tempat
yoon ah berada tadi.
“mungkin hanya khayalanmu…kaja” donghae menuntun
yoen ni perlahan.
THE
END
Wahhh…
sepertinya kepanjangan. Mungkin endingnya tidak sesuai harapan reader…mianhae.
Nah…. Mari chit and chat! Mohon masukan dan keluaran yo?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar