“Koperasi? Dimana?” aku
celingukan mencari tempat yang harus aku kunjungi disekolah baruku. “kenapa
susah sekali sih?”
Setelah berkeliling selama 20
menit lebih, aku menemukan tempat itu.
“selamat datang!” sapanya ramah.
Aku tertegun. Siapa namja
didepanku ini? Namja itu tersenyum ramah
padaku.
“miannata…. Ada yang bisa saya
bantu?” ulangnya lagi. “hey…”
“nde?” dia mengagetkanku. “emmmmm….aku
mau mengambil seragam!”
“oh….tunggu sebentar!” ia
meninggalkanku yang masih setengah sadar. “ini… akan saya jelaskan rinciannya”
ia tersenyum lagi.
Entah apa yang ia bicarakan, A
atau Z, B atau C. aku tidak peduli. Pikiran, mata dan jiwaku terfokus padanya. Ia
begitu tampan, berkharisma dan ramah. Melihat ia tersenyum membuat aku hampir
berteriak. Aku seperti tidak berpijak lagi dibumi.
“hey…kamu mengerti?” tanyanya
“mwo?”aku kembali berpijak dibumi
setelah sebelumnya terjatuh. “oh…mianhae! Bisa diulangi?” aku nyengir kuda.
Ia hanya tertawa dan bukannya
marah padaku. “baiklah…dengarkan dengan baik ya?” ia kembali menjelaskan
semuanya dari awal.
“gomawo!” aku berusaha
berkonsentrasi.
5 menit kemudian, urusanku
dengannya berakhir. Aku enggan pergi, tetapi aku harus pergi. Sebelum
benar-benar pergi dan tidak bisa melihatnya lagi, aku harus tahu namanya. Lee
Dong Hae, begitu nama yang tertera di kartu pengenal yang menggantung
dilehernya.
6 bulan kemudian…..
“saengil chukka hamnida…” teriak
teman sekelasku setelah berhasil membuat aku menangis.
Aku mengusap air mataku. “kalian
tega mengerjaiku”
Mereka memelukku satu persatu dan
mengucapkan selamat. Ditengah kerumunan teman –temanku yang memberi selamat,
seseorang menghampiriku. Ia mengenakan baju serba putih, mirip seorang
pangeran.
“saengil chukka hamnida” katanya
dan mengulurkan tangan.
“ne…gomawo,sunbae” kataku sambil
menunduk dan menerima uluran tangannya.
“uljima…” katanya lagi.
Aku tidak berani menatapnya. Aku melirik
ke arah teman dekatku – choi hye kwon-. ‘kenapa ia ada disini?’ kataku dalam
hati, berharap ia mengerti. Hye kwon geleng kepala dan menunjuk ketua kelas. ‘mwo?’
kataku tanpa suara. Aku meminta penjelasan ketua kelas, dan ia hanya membalas
dengan senyuman.
Aku menatap wajahnya –lee dong
hae- sekilas. Ia tersenyum. “gomawo,sunbae!”
kataku,lagi.
“emmm… nama kamu siapa?”
Lidah aku kelu, tidak menizinka
aku menyebut namaku. “mianhae,sunbae….aku harus pulang” aku berlari
meninggalkannya yang terlihat bingung.
3 tahun kemudian…..
Hye kwon memaksaku untuk
menghadiri reuni sekolahku. Aku tidak bisa menolak ajakan sahabatku itu. Aku juga
ingin bertemu dengannya. Masihkan ia ingat padaku?
Aku hanya bisa melihatnya dari
jauh. Tanpa aku sadari, aku tersenyum melihatnya. Beberapa teman sekelasku dulu
terlihat akrab dengannya. Hye kwon juga sangat akrab dengannya. Aku tidak pernah
tahu mereka mengenal satu sama lain dengan baik.
“hye kwon-ah….kaja pulang!” aku hanya bersembunyi di balik
punggung hye kwon.
Hye kwon mengangguk mengiyakan. “ne…
tunggu sebentar”. Ia berbincang
lagi dengan yang lain.
Aku masih mengintipnya –lee dong
hae- dari balik punggung hye kwon. “kaja!!!” paksaku.
“oppa… kami pulang dulu” kata hye
kwon pada dong hae.
“baiklah….hati-hati, hye kwon-a!”
ia tersenyum padaku, lagi. “dan…chingumu? Namanya siapa?”
Hye kwon nyengir kuda. “oh….dia
choi....awwww”
Aku mencubit hye kwon dan
menariknya untuk memaksa pulang. Aku tidak tahu kenapa, hatiku terasa sakit. Ia
tidak tahu namaku? Lucu…. Dari kejauhan aku lihat ia masih mengiringi kepergian
kami. Tatapan mata kami bertemu. Ia tersenyum padaku, dan aku hanya menatapnya
tanpa ekspresi. Kesal…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar