November 18, 2012

[FanFict] The Rival Part 1


Title: The Rival

Author: Choi Ye Joon/ Yunn Wahyunee

Blog: yunsunpyong.blogspot.com

Genre: Family, Friendship, semi romance

Rating: General

Length:  Two Shoot

Main casts: Cha Na Mi (imaginated)
                Kwangmin a.k.a Jo Kwang Min
                Youngmin a.k.a Jo Young Min

Support casts: Mizune Haibara (imaginated)
                Minwoo a.k.a No Min Wo
                Donghyun a.k.a Kin Dong Hyun
                Hyunseong a.k.a Hyun Seong
                Joengmin a.k.a Lee Joeng Min…etc

Summary:
-           Cha Na Mi: Sejak hari itu aku seperti kena kutukan. Kenapa aku selalu bertemu mereka? kenapa mereka selalu berusaha menghalangi jalanku? Aku putuskan,  mereka adalah rivalku.
-          Jo Kwang Min: Sudah lama aku tidak dapat rival yang sebanding. Permainan baru saja dimulai.
-          Jo Young Min: kenapa kamu harus menjadi rivalku? Tidak bisakah kita berteman?

A/N:  Mian apabila author sok tahu tentang hubungan antar member boyfriend. Author juga baru mempelajari mereka. dan mian kalau ternyata ada beberapa bahasa jepang yang ngarang. NO BASH, eoh? Satu lagi, member boyfriend dalam FF ini bukan idol, hanya namja biasa.

Warning: Typo bertebaran dan maaf bila mata anda bermasalah setelah melihat covernya...kacau

@Tokyo, Japan.

Cha Na Mi POV
Siang yang cukup dingin dipusat kota Tokyo. Sudah sejak pagi aku menyeret sahabatku –Mizune- untuk mengantri didepan sebuah toko buku terkenal. Hari ini ada acara fans signing di toko itu. aku sudah lama menantikannya, karena penulis ini adalah idolaku. Aku tidak boleh melewatkannya sedikitpun.

Mizune masih merajuk, karena aku membangunnya sepagi ini. ia sudah mengultimatumku untuk tidak mengganggunya di hari minggu karena ia hendak tidur sampai sore. Aku sedikit merasa bersalah padanya, tetapi apa boleh buat, aku tidak bisa sendirian menunggu di sini.

“gomennasai (maaf), Mizune-chan” aku berusaha membuat dia berhenti mengomel.
Ia tetap terlihat kesal. “iie!(tidak)” ia memalingkan wajahnya tidak ingin melihatku.
“gomen?” aku  masih memohon.
“iie….” Ia  semakin memanyunkan bibirnya.

Aku bersujud didepannya. “gomennasai, hai? Aku berjanji ini yang terakhir. Sebagai balasannya aku akan menjadi budakmu selamanya”

“hontou? (benarkah)” ia menatapku serius.

“hai…aku janji. Tetapi sekarang tersenyumlah. Temani aku untuk mengantri dan menemui  tuan masashi kishimoto. Ia harus menandatangai komik ini.”

Ia berpikir. “hai…” ia memukulku. “habis ini kamu harus meneraktirku makan.”
“hai…” aku memeluk mizune. “arigato, Mizune-chan”
“emmm, nami-chan!”

Semakin siang, kerumunan orang didepan toko buku itu semakin banyak. aku dan Mizune sudah siap diantrian paling depan. Tuan Masashi Kishimoto adalah pengarang komik favorite. Yap…. Aku fans berat karyanya, Naruto. Sekalipun aku tidak akan terlewatkan tiap volume dan edisi special komik ini.

Di kejauhan aku melihat tuan masashi keluar dari pintu belakang toko buku itu. aku mencengkram tangan Mizune dan meremasnya karena terlalu senang. Mizune hanya bisa mengaduh dan memukul pundakku. Aku menatapnya sambil tertawa dan meminta maaf.

“nami-chan…sana cepat! Jangan sampai kita sudah pagi-pagi kesini kamu malah tidak dapat tanda tangannya” mizune mendorongku.

“hai…” aku segera berlari menuju fans lain yang siap membentuk barisan.
“gambate, ne!(berjuang, ya)” mizune menyemangatiku.
“hai..” aku sangat bersemangat. Aku harus mendapatkan tanda tangan tuan masashi, apapun caranya.

Susah payah aku berusaha menerobos gerombolan para fans yang kebanyakan adalah namja. Dari sekian banyak fans, mungkin sekitar 3 berbanding 10 adalah fans yoeja. kalau masalah begini, namja tidak mau kalah. Mereka sama sekali tidak memberikan celah bagiku untuk menerobos.

“shitsureishimasu! (permisi)” kataku, dengan sedikit memelas.
“douzu (silahkan)” seorang namja yang baik membantuku.
“arigatou gozaimasu!” aku sangat terkesan padanya.

Setelah bersusah payah dan bekerja keras hingga keringat mulai mengalir di dahiku, aku berhasil berada dibarisan yang berjarak sekitar 5 meter dari tempat tuan masashi duduk dan siap memberi tanda tangannya. Aku tersenyum sumringah. Beberapa pertanyaan sudah aku siapkan untuknya nanti. Aku sangat gugup sekarang.

#buggg# seseorang mendorongku hingga aku terjatuh dan keluar dari barisan. Darah dikepalaku terasa mendidih. Aku masih tertunduk menatap lantai trotoar. Tangan kananku yang tidak memegang komik itu, terkepal dengan erat.  Aku  harus memberi pelajaran pada orang yang berani mendorongku.

“hey…baga(bodoh)!omae(kamu)…” teriakku, menoleh kearah orang yang mendorongku.
“oh…gomennasai!” salah satu dari orang yang mendorongku membantu berdiri.

Aku  menatap mereka. dua orang namja dengan wajah yang sama persis tepat mengambil posisiku dalam barisan sekarang. “omaera (kalian)….menyingkir dari tempatku. Omaera baga!” bentakku.

Mereka berdua saling menatap. “hyung…moraguyoe?” namja dengan rambut yang potongannya lebih pendek dan berwarna hitam bertanya pada namja satunya.

“mollayoe….aku tidak bisa berbahasa jepang.”
“hyung…otthoke?”
“kwangmin-a…kamu yang tadi mendorongnya. Sana tanggung jawab!”

Kwangmin -namja dengan rambut yang potongannya lebih pendek dan berwarna hitam - menyikut kembarannya. “shiroe..!youngmin-a…kamu saja. Katanya sudah banyak belajar bahasa jepang ” ia marah.

“eyy….”

Aku menatap mereka berdua kesal. kenapa mereka malah saling menyalahkan satu sama lain? Kenapa aku diabaikan begitu saja? Aku memejamkan mata menahan kesal. ingin rasanya aku memukul mereka berdua. Semuanya pasti akan cepat beres.

Cha Na Mi POV END
::::::::::::::::::::::::::::::::::
Author POV

“daijobu desu ka? (kamu baik-baik saja?)” tanya youngmin.
“youngmin-a…kamu ngomong apa?” kwangmin takut youngmin salah bicara.
Youngmin menatap kwangmin kesal. “kamu diam…serahkan padaku!”
“yakkk…ndo? Kenapa kalian jadi berantem sey?”  nami naik pitam. “phabonikka? Kenapa kalian mendorongku?”

Youngmin dan kwangmin tercengang mengetahui lawan bicaranya ternyata bisa berbahasa korea. Youngmin langsung terseyum menatap kwangmin. Akhirnya ia tidak perlu bersusah payah mengingat beberapa kata dalam bahasa jepang.

“oh…miannata. Kami tidak sengaja. Mereka mendorong kami!” youngmin mencoba menjelaskan.
“ne…mereka tuh yang dorong-dorong” kwangmin menunjuk gerombolan namja di barisan belakang.

Nami menoleh yang kearah yang ditunjuk kwangmin. “ara…sekarang minggir! Menyingkir dari tempatku”  bentaknya lagi.

“yakkk….kalau ngomong itu santai dikit dong! Enggak usah  bentak- bentak gitu” kwangmin jadi kesal.

Youngmin tidak bisa diam terus. Jangan sampai kwangmin berkelahi dengan nami. “kwangmin-a…andwae. Kaja…..kita mengalah saja”

“benar tuh apa yang dikatakan kembaranmu. Sana pergi…menyingkir dari tempatku. Omae baga! Baga!!” nami sudah sangat kesal.

Akibat teriakan nami, mereka menjadi pusat perhatian. Nami dan kwangmin  sudah saling beradu tatapan mata. Mereka saling melototi satu sama lain. Youngmin yang mencoba melerai beberapa kali diacuhkan oleh mereka. antrian jadi ricuh karena ingin melihat  siapa sang pembuat keributan.

“yakkk…nappen namja! Phabooo!” nami mendorong kwangmin sekuat tenaga.
Kwangmin hanya tertawa sinis. Nami sama sekali tidak bisa mendorongnya. “phabo….yoeja phabo!”

Lagi-lagi mereka saling memelototi. Seperti  film-film dengan animasi yang bagus, terdapat kilatan listrik  diantara tatapan mereka. youngmin nyengir kuda, kedua orang didepannya ini sangat keras kepala. Tidak ada yang mau mengalah.

“kwangmin-a…cepat menyingkir. Kaja!” youngmin berusaha memisahkan mereka.

“shiroe… kita sudah benar disini. Buat apa pindah? Kalau dia memang mau mengantri juga, silahkan.  Tidak perlu menyuruh kita pergi. Toh…kita tidak salah.kita tidak sengaja mendorongnya” kwangmin  berusaha membela diri.

“ara…tetapi sebaiknya kita pergi. Jangan cari masalah”

“shiroe… yoeja phabo ini  harus dapat pelajaran”  kwangmin menunjuk-nunjuk nami. “sedari tadi kerjaan ngebentak  kita.”

Nami yang tidak terima dengan perkataan kwangmin langsung protes. Akhirnya terjadi –lagi- perang mulut antara nami dan kwangmin. Youngmin menghela napas panjang –panjang sekali-, Ia sudah berniat untuk meninggalkan mereka berdua dan pura-pura tidak kenal. Dari masalah kecil yang akan selesai dengan kata maaf, berubah jadi ribet seperti ini.

“hey…omaera! Pergi sana…jangan membuat keributan disini!” dua orang security dengan perawakan besar menghampiri mereka. “kalian berdua pergi! Jangan berkelahi disini. Pergi!!!”

Masing-masing dari mereka ditarik menjauh dari barisan fans yang akan mendapatkan tanda tangan. Youngmin hanya bisa meminta maaf pada security yang menyeret kwangmin. Sedangkan nami meronta tidak terima. Beberapa kali ia berteriak menyalahkan kwangmin dan youngmin.

Author POV END
:::::::::::::::::::::::::::
Cha Na Mi POV

Aku tidak henti-hentinya menangis. Aku tidak peduli dengan orang disekitarku yang terus  menatapku. Aku terus saja berteriak menangis,mungkin terlihat seperti anak kecil yang menangis. Apa  boleh buat? Aku sangat  kesal, marah, geram, kecewa, semuanya bercampur aduk. Aku tidak tahu harus melampiaskannya dengan cara apa.  yang aku tahu, menangis sekenannyalah yang mampu menenangkannku sekarang.

“nami-chan…aku mohon berhentilah menangis!” mizune menyodorkanku tissue.
“iie… baga yaru! Aaaaa” aku kembali berteriak. “tuan masashi….aku tidak dapat tanda tangannya” aku kembali menangis.

“nami-chan…!” mizune garuk-garuk kepala, mungkin ia merasa malu melihat aku menangis seperti anak kecil. “nami-chan….sudahlah! suatu saat pasti tuan masashi akan fans signing lagi. Jadi sabar, hai?”

Aku berusaha mengatur napas. “iie…tahun depan aku sudah tidak disini lagi”
“hontou? (benarkah)… jangan bilang kamu akan kembali ke Seoul?” mizune terdengar cemas.
Aku mengangguk kecil. “hai…aku akan kembali ke Seoul. Tahun depan aku sudah harus kembali, okaa-san (ibu) dan otoo-san (ayah)  memintaku untuk segera pulang”

“hahhh…” mizune menghela napas. “jadi kita akan berpisah?”
“hai… tetapi tenang saja, kita tetap sahabat” aku merangkul mizune.
“hai…tetapi sebelum kamu pergi, ada 1 hal yang harus kamu lakukan” mizune memberi isyarat tidak jelas.

Aku mencoba menebak, tetapi menyerah juga. “nani?(apa)”
“kamu tidak ingat? 2 hari lagi” mizune mencoba memberi clue.
“oooh…. Kontes itu? sugoi…aku harus ikut” aku kembali tertawa.
Mizune berdiri dan menarik tanganku. “ayo kita makan…aku lapar!”
“hai…mau makan apa, mizune-chan?”
“emmmm…. Takoyaki?” mizune terlihat meneteskan liur.
Aku menoyor kepalanya. “oame…iiih! Jorok”
“gomen…” mizune nyengir kuda.

Cha Na Mi POV END
:::::::::::::::::::::::::::::::::
Jo Kwang Min POV

Aku masih emosi. Tanpa pikir panjang dan banyak bicara,  aku lahap tusuk demi  tusuk makanan khas jepang yang berbentuk bulat itu. jika bisa, aku ingin menelannya bulat-bulat tanpa dikunyah. Youngmin, -hyung kembaranku- geleng kepala melihat aku yang makan dengan buas. Tanpa mempedulikannya, aku terkadang mengambil jatah miliknya. Ia terdiam, ia tahu aku sedang marah besar.

“kwangmin-a…kemanhae (hentikan)! Nanti perutmu bisa sakit” ia mencoba membujukku.
“aku…sksjyudndudiamnansjsm” mulutku penuh.
“morago?”

Aku  berusaha menelan makananku. “aku kesal sekali, youngmin-a!  gara-gara yoeja tadi, aku tidak dapat tanda tangan masashi kishimoto kan? Bagaimana nanti kata teman-teman sekelasku? Aku kan sudah janji sama mereka.” aku kembali meluapkan kesal pada makanan  yang ada tepat didepan mataku.

Youngmin memutar bola matanya. “terserah kamu deh! Tetapi nanti kalo kamu sakit perut, jangan  merengek padaku”

“yakkk…bukannya kamu yang sering merengek padaku?” aku menatapnya, menantang.
#jitakk# “awas kamu!” youngmin menjitak kepalaku.
Aku mengelus bagian kepalaku yang kena jitak. “aish…appo!”
“syukurin! Merong…” :P

Jo Kwang Min POV END
::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Jo Young Min POV

Melihat kwangmin sedang marah, aku juga ikut marah. Bukan karena penyebab yang sama. hanya saja  kalau kwangmin marah, aku juga ikut repot. Tidak jarang ia melampiaskan amarahnya padaku. aku  masih terbayang kejadian tadi siang. Saat kami bertemu yoeja galak itu. tidak aku sangka ia orang korea juga. Tetapi mungkin seandainya ia orang jepang, pasti masalahnya tidak akan jadi begini.

“masih mau makan? Kaja…kita harus pulang. Donghyun hyung dan yang lain pasti menunggu kita.” Aku berusaha membujuk kwangmin

Kwangmin meminum segelah air dengan terburu-buru. “hahhhh…seharusnya liburan dijepang ini akan menyenangkan. Tetapi kenapa jadi hancur begini?” teriaknya.

Aku memagang kepalaku. Pusing mendengarnya mengomel terus. Kenapa ia harus selalu  mendramatisir segala kejadian yang ia alami? Tidak bisakah ia  melupakannya dan menganggap kejadian itu sebuah pengalaman buruk yang tidak penting?

“hahahahaha”

Aku mendengar tawa seseorang dari arah luar kedai. Kwangmin masih duduk  ditempatnya dan memesan satu porsi lagi. kami –maksudnya aku- dalam masalah besar. Jangan sampai kwangmin cari masalah lagi. ia tidak mabuk, kami hanya minum air putih. Tetapi kalau hatinya sedang kesal, ia seperti orang mabuk.

“kwangmin-a…kaja! Takoyakinya dibungkus saja. Sekalian buat yang lain” aku menarik tangan kanannya.

“ahhh…hyung!” ia menarik tangannya dari genggamannku. “tanggung….takoyakinya enak sekali. Kalo dibungkus nanti dingin. Tidak  enak” ia mengambil satu tusuk dan melahapnya. “wahhh…masitha (enak)”

“baiklah…tetapi  ini yang terakhir, eoh?”
“ne!” ia mengangguk kecil.

Jo Young Min POV END
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Author POV

Mizune menarik paksa nami untuk mengikutinya. Sebelumnya nami mengiyakan untuk menemaninya makan takoyaki, tetapi setelah tahu kalau kedai takoyaki favorite  mizune sangat jauh, nami langsung menolak. Dengan enggan nami mengikuti seretan mizune. Ia juga sangat lapar. Tetapi ia akan mau makan dimana saja, mau enak atau tidak, yang penting makan.

“mizune-chan…masih jauh?” kata nami lemas
“iie…bentar lagi sampai kok!” mizune menunjuk kedai takoyaki tepat didepannya.
Senyum mizune mengembang. “kakkooi….wah! aromanya lezat sekali” nami segera melepaskan genggaman tangan mizune dan berlari ke arah kedai.

“nami-chan!” mizune segera mengejar.

dalam 30 detik nami sudah tepat berada disamping kedai itu. ia berhenti sejenak, dan menghirup aroma takoyaki sebelum masuk ke kedai itu. mizune tidak sanggup  berlari, ia terlihat berjalan cepat dibelakang nami. Mizune geleng-geleng kepala melihat tingkah nami yang sangat norak. Nami memang norak kalau sedang lapar.

15 detik berlalu menghirup aroma gurita bakar isi dari takoyaki itu, nami memutuskan untuk masuk ke dalam kedai. #srekkk# nami menyingkap tirai pendek yang menutupi setengah kedai takoyaki itu.

“konbanwa (selamat sore/malam), ojii-san! (paman)” nami menyapa penjual takoyaki dengan senyum lebar.

“ndo?” suara seseorang mengintrupsi senyum nami. “yoeja phabo?”
Nami menoleh. “omae…” nami menghentikan kata-katanya, ia mengganti bahasanya. “ndo? Nappen namja?”

“annyeong haseyo!”  youngmin menyapa ramah. Ia tidak mau ikut-ikutan.
Kwangmin menyikut. “ngapain hyung nyapa dia dengan sopan?”
“kwangmin-a….kemanhae!” youngmin melotot pada kwangmin. “emmm…miannata soal yang tadi siang.” Ia tersenyum ramah pada nami.

“ne…kalo kamu memang tidak salah” nami melirik kwangmin. “tetapi dia!”
“weo? Na? kenapa kamu bisa memaafkan hyung dan aku tidak?” kwangmin protes.
“karena kamu yang salah!” bentak nami.
“aish…” kwangmin kesal, lagi.

Mizune yang mendengar keributan segera mempercepat langkahnya. “nami-chan! Ada apa ribut-ribut?” mizune melirik kwangmin dan youngmin. “konbanwa minnasa!” mizune menyapa. “nami-chan…. Karera wa anata no tomodachidesu ka? (apakah mereka temanmu?)

“iie…” nami geleng-geleng
“mereka terlihat seperti orang korea?”
“hai…tetapi bukan temanku” nami mengambil tempat duduk dan mengacuhkan kwangmin yang hendak balas mengomel. “mizune-chan…duduk sini.”

Mizune yang masih penasaran terus menatap youngmin dan kwangmin. Mungkin karena ini kali pertama mizune melihat namja  kembar identik yang super ganteng dan manis.

“nami-chan…” mizune menyikut nami. “Karera wa hansamudesu(mereka ganteng)” mizune tersipu malu.

“nani?” nami hampir tersedak. “matamu rabun? Anata wa karera ga hansamudearu to iu nodesu ka? (kamu bilang mereka ganteng?)”

“hai…. Totemu hansamu (sangat ganteng). kakkooi!” mizune melirik jo twins.
“iiiii…iie!” nami berlagak mau muntah.

Penjual takoyaki tersenyum mendengar percakapan nami dan mizune. Apalagi youngmin dan kwangmin yang merasa dibicarakan terlihat beloon karena tidak mengerti apa yang dibicarakan nami dan mizune. Beberapa kali kwangmin melirik youngmin, siapa tahu youngmin mengerti sepatah dua patah kata.

“hyung…mereka membicarakan kita kan?”
“molla” youngmin mengangkat kedua pundaknya. “jangan ke-PD-an deh…tidak mungkin”

Youngmin melirik nami dan mizune. Tatapan ia dan mizune bertemu. Kwangmin segera memalingkan wajah, sedangkan mizune tersipu malu.

“nami-chan…kenalkan aku pada mereka dong!”
“iie…kenalan sendiri saja sana.” Nami acuh tak acuh. Ia sangat lapar dan kesal.
“shite kudasai (please), nami-chan.” Mizune menarik-narik tangan nami. “aku tidak bisa berbahasa korea. Bantu aku!”

“emmm…iie!” nami tetap menolak.
“OK…aku  akan ngomong sendiri. Aku masih ingat sedikit yang kamu ajarkan” mizune memantapkan diri. “shitsureishimasu!(permisi)” katanya ragu.

Youngmin yang sedikit mengerti segera menoleh. “hai?”
“emmm…. Ireumi…..emmm…mwoyeyo?” kata mizune terbata.
“watashi wa jo youngmin desu!” youngmin menahan senyum.
“………..” kwangmin terdiam. Masih asyik makan.
Youngmin menyikut kwangmin. “dia menanyakan namamu” bisiknya.
“ooh…. Kwangmin desu!” katanya santai.
Mizune tersenyum senang. “watashi wa mizune desu… emmm!” mizune terdiam sebentar, melirik ke arah nami. “ kanojo wa Cha Na Mi desu”

“mizune-chan..” nami sadar namanya disebut. “kenapa namaku dibawa-bawa?”
“ooooo….jadi yoeja phabo itu namanya cha na mi?”kwangmin tertawa cekikikan.
Nami tersinggung. “mwo? Memangnya kenapa? Nappenum!”
“nami-chan…hentikan!” mizune menahan nami yang hendak mendekati kwangmin. “sumimasen (maaf) youngmin-san,kwangmin-san…!” mizune menyeret nami keluar dari kedai.

“mizune-chan…biarkan aku memberi pelajaran pada  dia!”
“hentikan!” bentak mizune. “kamu tunggu disini! Aku bayar dulu…kamu mau takoyakinya dibungkus juga?”
“hai…” nami mengalah. Mizune sudah marah.

Mizune terlihat memasuki kedai takoyaki itu lagi. sedikit ragu ia memasukinya kembali. Youngmin tersenyum lebar padanya. Kwangmin masih makan (?), entah yang keberapa sejak dia bilang itu yang terakhir.

“summimasen, youngmin-san. Emmm….nami-chan… noemu…seongnan” mizune sedikit ragu, takut salah.

“dia marah?aaaa…maksudmu pemarah?” youngmin mencoba mengklarifikasi.
Mizune tidak mengerti. “hai!” ia mengiyakan saja.
“hai” youngmin canggung harus berbicara seperti apa.
“hyung…kaja! Kita pulang” kwangmin seenak jidatnya (?) pergi.
Youngmin segera membayar. “sayonara!”
“hai…sayonara!” mizune  melambaikan tangannya pelan. “ojii-san…semuanya berapa? Bungkus juga 2, hai?”
:::::::::::::::::::::::::::
Nami dan mizune tinggal dibawah atap yang sama. lebih tepatnya, nami menumpang dirumah  mizune. Keluarga mizune sangat baik padanya. Kebetulan juga, ayah mizune adalah salah satu guru di sekolah tempat nami dan mizune bersekolah.

Cha na mi, begitulah nama asli nami. Ia adalah keturunan korea selatan. Kedua orang tuanya berada di seoul sekarang. Kenapa ia bisa  berada di jepang? Hampir satu tahun nami menetap di jepang. Ia adalah murid pertukaran pelajar. Nami sangat terobsesi dengan jepang. Sejak ia masuk SMA, ia mulai mencari berbagai peluang yang bisa membawa ia ke jepang. Hingga akhirnya ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar yang baru pertama kali di lakukan sekolahnya.

Mungkin bisa saja ia ke jepang dan sekolah dijepang tanpa adanya program pertukarang pelajar itu. tetapi kedua orang tuanya tidak akan mengabulkan permintaan itu dengan mulus. Beruntung label pertukaran pelajar itu, dapat diterima orang tuanya.

“ohayou minnasan!” nami menyapa seluruh keluarga haibara –marga keluarga mizune (ngarang).
“ohayou, nami-chan” sapa ibu mizune
Adik perempuan  mizune yang baru berusia 5 tahun sudah standby di meja makan. “ohayou onee-san (kakak perempuan)”
Nami tersenyum padanya. “kamu bangun pagi sekali, tanaka-chan”
“hai…aku dan okaa-san akan ke pasar!” ia menatap ibunya, mengharap kepastian.
“hai…mizune belum bangun?”
Aku nyengir. “sedang mandi…susah sekali dia bangun!”

30 menit kemudian, keluarga haibara lengkap di meja makan. Ayah mizune duduk diikursi yang merupakan pusat meja makan. nami duduk di sebelah mizune dan ibu mizune tepat di hadapan nami.

“itadakimasu” kata mereka hampir bersamaan dan memulai sarapan.
::::::::::::::::::::
Pagi yang cerah di musim dingin. Udara yang dingin cukup diimbangi dengan sinar matahari yang hangat. Seorang namja bertubuh kecil, lebih kecil dibandingkan namja seumurannya. Ia terlihat berkilauan diterpa matahari. Matanya terpejam dan ia marentangkan tangannya, menghirup udara yang sangat bersih dipagi hari.

Tiba-tiba seseorang memeluk pinggangnya dari belakang. Namja itu mencoba tidak peduli, hingga sebuah serangan datang. Pinggangnya digeletiki. Ia berusaha menahannya, tetapi percuma. Akhirnya ia tertawa terpingkal-pingkal dan memohon orang itu untuk berhenti menggelitikinya.

“hyung…hentikan. Aku menyerah!” katanya  di sela tawanya.
“aigooo!” orang yang dipanggil hyung  itu –kim donghyun- berhenti mengelitik. “apa yang kamu lakukan? Pagi-pagi sudah bertindak aneh” sambungnya.

“obsoeyoe…. Aku hanya ingin menikmati setiap pagiku di jepang” katanya melankolis.
“eyyy…yak no minwoo! Cepat bangunkan tuan-tuan jo! Aku akan  membangunkan sisanya”

Dua namja ini memang couple sejati.  Mereka berdua tidak terpisahkan. Donghyun sudah menganggap minwoo seperti adiknya sendiri –adik kesayangan- dan begitu juga sebaliknya.

Susah payah minwoo  -yang bertubuh kecil- berusaha membangunkan kwangmin. Ia tidak menemukan youngmin disana, mungkin sudah bangun dan sedang mandi. Beberapa kali ia menarik selimut kwangmin agar terbangun.  Tetapi percuma, kwangmin menahan selimutnya erat agar tidak bisa  ditarik.

“hyung….ironae! kita harus latihan, jalan-jalan dan…” kata-katanya terhenti karena ia terjatuh ketika berusaha menarik selimut kwangmin. “aww…hyung ironae!” teriaknya.

“ada apa?” youngmin yang masih mengantuk baru keluar dari kamar mandi dan terlihat sudah bersih –habis mandi.

“hyung…bantu aku bangunin kwangmin. Susah sekali!” rengek minwoo
Youngmin menurut. “kwangmin….ironae! pallie!”
“emmm…aku masih mengantuk!” jawab kwangmin samar-samar.
“ironae…donghyun hyung sudah menunggu tuh. Jangan buat dia marah dan menyeretmu.”
“ahhh…shiroe! Aku masih mengantuk!”
Youngmin menatap minwoo. “panggil donghyun hyung! Bilang kwangmin tidak mau latihan. Jadi pulangkan saja dia ke seoul dan hyung bisa menjual semua koleksi Pikachu kwangmin”

“hai…” minwoo berlari cekikikan.
“yakkkk…jo youngmin!” kwangmin segera bangun. “tega sekali kamu melakukan ini padaku” kwangmin mendramatisir.

“ironae…jangan sampai donghyun hyung kesal. ia sudah bilang kan? Kita ke jepang bukan untuk liburan saja, tetapi untuk ikut ajang itu. jadi sekarang bersihkan dirimu. Kita akan latihan”

“arasoe!” kwangmin menurut. Hyungnya ini memang suka menceramahinya.
Yougmin membantu kwangmin membereskan tempat tidurnya. “ada apa? tumben kamu malas begini? Perut kamu sakit? Atau tidak enak badan?” Youngmin sedikit khawatir.

“ania…aku hanya masih kesal sama yoeja phabo itu. siapa namanya?”
“cha na mi?”
“ne….menyebalkan. aku sampai memimpikannya!”
“jangan-jangan kamu menyukainya?” goda youngmin.
Seketika mata kwangmin berubah bulat dan lebar. “morago? Aku suka sama dia? Eyyy…maldoe andwae”
Youngmin tertawa terbahak. “ngaku saja!”
“ania… aku tidak akan menyukainya”

#grubuk# donghyun berlari memasuki kamar kwangmin dan youngmin.

“kwangmin suka seseorang?” katanya menyelidik.
“mwo? Benarkah?” joengmin dan hyunseong ikut-ikutan
“ania!” kwangmin segera berlari ke kamar mandi.

Ketiga hyung itu langsung menyerbu yongmin yang bersiap untuk melanjutkan tidurnya.

“hey…kamu mau apa?” tanya donghyun.
Youngmin dengan polos menjawab. “mumpung kwangmin sedang mandi. Aku mau rebahan sebentar hyung!”
“andwae! Aku gag mau kita telat latihan gara-gara kamu tidur lagi” bentak donghyun.
Hyunseong menarik youngmin. “kaja kita senam pagi. Biar gag ngantuk, ne?”
“hyung….jebal!” mata youngmin  sudah setengah terpejam. “izinkan aku tidur sebentar saja”
“andwae!” hyunseong tetap menyeretnya.
Author POV END
:::::::::::::::::::::
Cha Na Mi POV
Aku hampir telat, tidak aku sudah telat. Secepat mungkin aku berusaha berlari setelah turun dari kereta api bawah tanah. Susah payah aku berusaha menerobos kerumunan orang yang hampir membuat stasiun kereta api itu penuh. Napasku hampir habis ketika menaiki tangga menuju pintu keluar satsiun.

Benda yang aku cangklongkan di punggungku semakin memperlambatku. Benda itu tidak berat, tetapi ukurannyalah yang menganggu. Menjelang malam, jalanan di Tokyo sangat ramai. Hampir semua orang ditokyo menghentikan rutinitas wajibnya saat malam tiba dan hendak pulang. Trotoar jalan hampir penuh, tidak ada celah untuk menerobos. Aku masih harus menempuh jarak sekitar 300 meter  dengan berjalan untuk  sampai ditempat tujuanku.

“wah….sugoi! aku akan sangat merindukan kejadian tadi” aku berusaha mengatur napas ketika sampai di  tempat tujuanku –gedung  mini opera.

“nami-chan!”panggil seseorang.
“oh….konbanwa,  Yui -sempai” aku memberi hormat.
Ia tertawa kecil. “nami-chan…kamu selalu begini padaku. mizune-chan mana? Tumben ia tidak bersamamu?”

“emmmm….ia akan menyusul” jawabku dengan sedikit senyum disela mengatur napasku. “apakah kontesnya sudah mulai?”

“iie….jurinya telat. Katanya di undur 30 menit”
“hahhh….untunglah. aku hampir mati ketakutan  tidak bisa ikut”
“memangnya kamu nomor urut berapa?”
“sanjuusan (33)” kataku singkat.
“kirain nomor ichi (1)” ia tertawa. “cepatlah masuk! Aku lihat akan banyak sanginganmu deh. Kamu tahu, ada peserta dari china dan korea juga loh”

“hontou (benarkah)?”
“hai…kamu tahu sendiri ini bukan  kontes sembarangan. Gambate, ne? kamu harus menang”
“hai…sempai! Aku harus menang”
::::::::::::::::::::::::
“nami-chan…tahan emosimu” mizune berusaha menenangkanku.

Aku masih kesal. fokus mataku tertuju pada segerombolan namja di dekat pintu masuk ke panggung. Mereka terlihat sedang tertawa dan bercanda. Beberapa kali mereka terlihat sedang berlatih untuk penampilan mereka. aku mencengkram erat gitarku.

“nami-chan…. Daijobu? (kamu baik-baik saja)” mizune masih mengkhawatirkanku.
“baga….kenapa ada mereka? si namja phabo dan kembarannya yang si blonde?” kataku kesal.
Mizune berdecak. “sudahlah…kamu hanya perlu berkonsentrasi pada pertunjukanmu. Kamu sudah menyiapkan lagu untuk babak penyisihan dan final kan?”

“hai…aku sudah siap. Aku pasti masuk final.” Mataku pasti terlihat berapi. “buat apa aku memikirkan mereka?”

“hai…gambate, ne?”
Cha Na Mi POV END
:::::::::::::::::::::::
Author POV
Juri bekerja keras untuk menyeleksi para kontestan. Ini tidak mudah, ada 69 kontestan. Semua keputusan harus diambil malam itu juga. Setelah finaslis dipilih, malam itu juga akan diadakan penilaian lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Youngmin sudah terkapar,  ia  sangat mengantuk. Beberapa kali hyunseong menggodanya. Ketika kepalanya mulai manggut-manggut tidak jelas karena mengantuk, hyunseong akan mengagetkannya.

“hyung…kemanhae!” youngmin kesal. “biarkan aku tidur sebentar”
“eyyy…tidur terus. Sebentar lagi pengumuman kontestan yang masuk 5 besar. Ironae!”
“hyung….” Rengek youngmin. “kwangmin-a…bantu aku”
#merong# “jangan biarkan dia tidur, hyung!” kwangmin membela hyunseong.

Disisi lain, nami sedang terlihat grogi. Ia tidak henti-hentinya menggigit kuku  jempolnya –kebiasaan dia ketika sedang grogi. Mizune masih setia menemani. Ia terlihat mengantuk sambil tetap memeluk gitar milik nami. Sesekali ia melirik nami, melihat keadaan nami.

Pada waktu yang bersamaan, tiga orang namja lewat didepan nami dan mizune. Mereka adalah minwoo, donghyun dan joengmin yang tadi keluar membeli kopi –obat mengantuk- dan beberapa makanan. Minwoo melirik ke arah nami. Sampai ia melewati nami, pandangannya tidak berpindah.

“yakkk….!” kwangmin segera menyingkir dari posisinya. Minwoo hampir menabraknya dan menyiramnya dengan kopi. “kamu lihat kemana sih?”

“oh…mianhae  hyung!” minwoo segera tersadar.
“kamu lihat apa sih? Sampai mangap begitu?” kwangmin melirik ketempat yang dilihat minwoo. “mwo?” katanya dengan nada sedikit kaget.

“hyung mengenalinya? Yoeja itu?”
“kerroem….dia itu yoeja phabo. Gara-gara dia aku tidak dapat tanda tangan pengarang komik naruto. Tahu kan?”

“ani...”minwoo geleng-geleng kepala. “tetapi aku seperti pernah melihatnya. Hyung tahu namanya?”
Kwangmin mencoba mengingat. “ania….”
“aku pernah melihatnya dimana ya?” minwoo mencoba mengingat.
Kwangmin menoyor kepala minwoo. “mungkin di seoul? Dia orang korea kok!”
“mungkin?” minwoo masih belum puas. Ada yang masih mengganjal pikiranya.
:::::::::::::::::::::
Nami  loncat-loncat sambil memeluk mizune ketika mendengar namanya disebut untuk masuh babak final. Mizune yang setengah sadar –karena mengantuk- tersenyum terpaksa. Pundaknya sedikit sakit menerima guncangan dari nami.

“yatta…aku masuk lima besar mizune-chan!” nami tersenyum lebar. “yatta!”
“cepat saja ke panggung…jangan loncat-loncat mulu”
Nami masih tersenyum, manis. “hai…”
“gambate, ne!” mizune memberi semangat.

Ada empat orang atau grup sudah berdiri di atas panggung. Nami adalah orang yang ke empat. Sesekali ia melirik saingannya. Ia juga menyapa mereka  ramah. Perasaannya sangat senang, ia  seperti terbang. Masuk  finalis lima besar bukanlah hal yang gampang. Selama ia di jepang, ia sudah mempersiapkan semuanya untuk bisa memenangi kompetisi ini.

Ia sama sekali tidak mencari hadian. Hanya sebuah kepuasan. Ia hanya mau menguji kemampuannya. Kalau sudah sampai sini, ia tidak bisa mundur. Ia harus maju dan terus berjuang. Pengakukan atas kemampuannya di pertaruhkan disini. Jika ia bisa menang kompetisi ini, orang taunya tidak akan banyak mengeluh lagi.

“dan kontestan  terakhir yang berhak menjadi finalis 5 besar adalah….” Terdengar efek dramatis dari drum. “kontestan nomor san (3)…”

“san?” nami mencoba mengingat. “ahhh….aku tidak melihat perform mereka tadi.”
“Boyfriend dari seoul, korea selatan” juri mengumumkan.
Suasana hati nami langsung berubah. “Seoul?” katanya.

Di belakang panggung Boyfriend –grup jo twins- berteriak saking senangnya. Donghyun –cukup bisa berbahasa jepang- mengartikan tiap kata yang diucapakan juri sebelum nama mereka disebut.  Youngmin, kwangmin dan yang lain menyimak donghyun dengan perasaan deg-degan. Dan semuanya terjawab, lega. Tanpa disuruh mereka berlari menuju panggung.

Nami mencoba menghapus perasaan buruk yang sempat menjangkitinya.  Ia tetap tersenyum menatap juri dan wartawan yang meliput kontes ini. #bugg# seseorang –lagi- menabraknya, beruntung kali ini  ia tidak jatuh. Nami berusaha mengontrol diri dan menatap sang pelaku.

“summimasen!” kata nami setengah hati. Ia tidak salah tetapi sebagai sopan santun ia meminta maaf.
“summimasen!” orang yang menabrak meminta maaf juga.
Mereka berdua berhenti menunduk dan menatap satu sama lain. Kompak, mereka berdua membulatkan mata dan saling menunjuk.

“ndo?” kata mereka hampir serempak.
Youngmin menepok dahinya. “ahhh….sial!”  gumamnya. “mereka bertemu lagi”
“yakkk yoeja phabo….kenapa kamu ada disini?”  kwangmin berbisik.
Nami ikut berbisik. “nappen namja…kamu penguntit eoh? Kenapa selalu muncul dimana pun aku berada?” nami gregetan.

“enak saja…kamu yang penguntit” balas kwangmin masih berbisik.
Mereka saling pelototin –lagi. Kilatan listrik mempertemukan tatapan mata mereka. Tidak ada yang menyadari pertengkaran mereka selain youngmin. Ia terlihat gelisah.  Senyumannya  ke arah juri dibuat-buat. Ia tidak tahu harus melakukan apa. jangan sampai nami dan kwangmin berkelahi disini.
Author POV END
::::::::::::::::::::::::::
Jo Young Min POV
Aku tidak boleh melepaskan pengawasanku dari kwangmin. Minwoo, dan hyung yang lain –donghyun, joengmin, dan hyunseong- belum tahu masalah kwangmin dan nami. Dan sebaiknya mereka tidak tahu. kalau sampai mereka tahu, bakalan jadi makin parah. Kwangmin bisa marah padaku. minwoo dan hyung yang lain akan mengoloknya.  Mereka akan bilang kalau kwangmin suka dengan nami. Kwangmin dan nami adalah jodoh, makanya ketemu terus. Ahhhhh…kepalaku pusing memikirkannya.

“yakkk….” Joengmin hyung menepuk pundakku. “kamu kenapa? Santai saja….kita sudah latihan  dengan rajin. Kita pasti bisa memberi pertunjukan yang bagus”

Aku memutar bola mata. “ne…hyung!”  kataku acuh. Joengmin hyung sok menasehatiku, padahal ia tidak tahu penyebab aku begini.

“hwaiting… 20 menit lagi kita tampil. Kamu semangat!” tambahnya lagi.
“ne hyung!” aku semakin frustasi. Aku berlalu meninggalkan jeongmin hyung.

Aku mencari-cari kwangmin. Jangan sampai ia berkelahi dengan nami sekarang. Aku berlari kecil mencarinya ke tempat nami berada. Ia tidak ada disana, lega rasanya. Aku melirik ke arah nami sebentar sebelum  kembali ke tempat member yang lain. Aku mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

“daijobu?” mizune memperhatikan nami yang terlihat kesal. “kamu harus tenang. Tarik napas!” mizune mempraktikan cara bernapas ala yoga.

Nami mencoba mengikuti apa yang dilakukan mizune. “hahhh…”
Aku tertawa cekikikan melihat tingkah laku nami. “yeppodae!” kataku lirih.
“aku benci mereka berdua. Si kembar menyebalkan! Aku sepertinya kena kutukan”  teriaknya.

Dan itu membuat aku sedikit terkejut. Memang aku tidak mengerti sama sekali dengan apa yang ia katakan, tetapi sepertinya ia marah. Ia marah padaku dan kwangmin.

“huuuuh…. Kenapa aku jadi kepikiran terus? Toh kalau kami kembali ke seoul, kami tidak akan bertemu dia lagi” aku meyakinkan diri dan meninggalkan tempat itu.
:::::::::::::::::::::
“hyung….kemana saja?” kwangmin segera menyambarku yang baru datang. “sebentar lagi giliran kita!”
“mianhae….tadi aku ke toilet sebentar” aku nyengir kuda.
Minwoo ikut nimbrung. “kami kira hyung tidur dimana gitu”
“eyyy…kamu pikir aku apa, tidur mulu?”
“tukang tidur dan pemalas.” Serempak member boyfriend meneriakiku.
“arayoe!” kataku kesal.
Jo Young Min POV END
:::::::::::::::::::::::::::
Author POV
Boyfriend standby diatas panggung. Mereka sudah siap diposisi masing-masing. Kostum yang mereka kenakan adalah semi jas yang didominasi warna biru (kostum dalam MV be my shine, mian  author gag pandai jabarin). Musik mulai mengalun, pertanda penampilan mereka dimulai. (bayangin live perform be my shine atau MVnya)

Just waiting… and just waiting
Just waiting

Nani o ki ni shi teru no, sonna namida o tame te
Dare yori mo boku nara, kimi o wakat teru noni

Futari kara, ima hajimaru Dreamin’
Sono egao, takaramno na no sa

Kimi o hanasa nai kesshite hanasa nai
Kokoro o hitotsu ni futari dekiru kara
Eien ni Be my shine dakishime te
Samishi sa mo oso re nai de ii yo

Aishi teru Kiss Kiss ( I want your love )
Kimi dake ni Kiss Kiss zutto
Tokimeki no Kiss Kiss Only U
( kirameki nagara Be my shine )

Tatoe ae naku te mo, kimi ga boku ni wa mieru
Ironna tokoro mada, suki ni nat te ku no sa

Sonomama de, i te hoshii Forever
Boku dake ni, subete aduke te yo

Kimi o hanasa nai kesshite hanasa nai
Kokoro o hitotsu ni futari dekiru kara
Eien ni Be my shine dakishime te
Samishi sa mo oso re nai de ii yo

Mamot te miseru yo kono shiawase
Itsu datte kimi no tame ni
Boku wa koko ni iru yo wow

Kimi o hanasa nai kesshite hanasa nai
Kokoro o hitotsu ni futari dekiru kara
Eien ni Be my shine dakishime te
Samishi sa mo oso re nai de ii yo

Gemu ja nai ruru ja nai, datte You and I sou na n da
Daisuki na taisetsu na tokubetsu na Party Time
Everything’s all good, shi tai koto ga cool
Zenbu kanau mood,  mada korekara ikeru

Aishi teru Kiss Kiss
Kimi dake ni Kiss Kiss zutto
Tokimeki no Kiss Kiss Only U
-be my shine,Boyfriend-

“sugoi….” Mizune segera bertepuk tangan kita penampilan boyfriend selesai. “nami-chan…bukankah itu youngmin-san dan kwangmin-san? Yang kita temui di kedai takoyaki? Yang buat kamu gagal dapat tanda tangan tuan masashi” mizune menoleh pada nami yang ada di belakangnya.

Mulut nami hampir terbuka lebar –tidak mempedulikan mizune. Matanya berkaca-kaca, tidak, lebih tepatnya berapi-api. “kakkooi…sugoi…daebak…jjang…awesome…” ia menggunakan semua bahasa yang ia tahu.

“nami-chan….daijobu?” mizune melambaikan tangannya di depan wajah nami. “nami-chan!”
“aku harus mengalahkan mereka!” nami berubah bringas.
Mizune takut melihat perubahan ekspresi nami. “nami-chan…daijobu?”
“nani?” nami baru sadar. “kamu berbicara padaku, mizune-chan?”
“hai…daijobu? Sugoi… Karera wa hansamudesu (mereka ganteng)”
Nami mengangguk. “hai”
“wah…kamu setuju padaku?”
“hai….” Nami tersenyum ke arah mizune. “kecuali mereka berdua!” nami melangkah menuju panggung.

Nami menghela napas, selanjutnya adalah gilirannya. Namanya dipanggil. Ia melangkah dengan mantap menuju panggung dengan membawa gitarnya. Ketika menuju panggung ia berpapasan dengan boyfriend. Kwangmin menatapnya mengejek, sedangkan youngmin dan yang lain seperti memberi semangat.

“nami-chan…gambate,ne!” teriak mizune yang sudah ada di bangku penonoton.
“hai” balas nami tanpa suara dan mengangguk kecil.

Ia duduk dikursi yang disediakan staf panggung. Setelah duduk ia memejamkan mata sebentar, kemudian menarik napas dalam. 5 detik kemudian ia membuka mata. Senyum lebar dan manis menghiasi wajahnya. Ia terlihat sangat cantik dibawah sorotan lampu. Sekeliling panggung berubah gelap, hanya dirinya yang disinari cahaya lampu. Nami memposisikan gitarnya, dan….

Sumi nareta kono heya wo, Dete yuku hi ga kita
Atarashii tabidachi ni mada tomadotteru
Eki made mukau basu no naka
Tomodachi ni meeru shita

Asa no hoomu de denwa mo shitemita
Demo nanka chigau ki ga shita
Furui gitaa wo hitotsu motte kita
Shashin wa zenbu oitekita
Nanika wo tebanashite soshite te ni ireru
Sonna kurikaeshi ka na? …………….
(lagunya di skip saja, oeh?)
-Tokyo, Yui-

Mizune meloncat-loncat setelah nami selesai menyanyi.
Author POV END
::::::::::::::::::::::::::::
Jo Kwang Min POV
“yeoja itu hebat sekali hyung!” hyunseong hyung memegang pundah donghyun hyung. “kita bisa kalah nih!” tambahnya.

“maldo andwae” aku tidak setuju. “tidak mungkin kita kalah oleh yoeja phabo kayak dia” kataku kesal.
“kamu kenal dia?” joengmin hyung menatapku menyelidiki.
Aku segera memutar otak mencari alasan. “ania…dia chingu-nya youngmin” kataku sambil nyengir kuda.
“na?” youngmin tidak suka namanya dibawa-bawa. “bukankah kamu yang kenal dekat dengannya? Kenapa aku?”

Tatapan para hyung mengarah padaku. Mereka tidak tertipu. “emmm…tanya youngmin cerita panjangnya” kwangmin memohon pada youngmin.

“eyyy…kenapa harus aku?’ youngmin mengalah.
Ia menceritakan panjang lebar awal mula aku –maksudnya kita- bertemu nami. Lebih tepatnya bermusuhan dengan nami. Hyung kembaranku ini memang pandai bercerita. Rapi sekali, jelas, dan sesuai kenyataan. Tidak ada yang disembunyilan, dan tidak ada yang ditambahkan.

“oooo…jadi begitu!” donghyun hyung membulatkan bibirnya. “berarti cerita cinta segitiga nih?” godanya
“mwo?” kataku dan youngmin berbarengan
Youngmin segera mengklarifikasi. “cinta segitiga bagaimana? Hyung jangan bercanda dan membuat gossip”

“ne…” aku hanya bisa mengatakan itu.
Joengmin hyung tersenyum nakal. “jadi ceritanya, kwangmin suka yoeja itu. terus yoeja itu sukanya sama youngmin? Begitu kan?”

“ne…sepertinya begitu” hyunseong hyung ikut-ikutan.
“ania…” youngmin kesal. ia  paling tidak suka diejek. “minwoo mana?” ia segera pergi meninggalkanku.
“youngmin-a…..hyung!” panggilku,berusaha menyusulnya  tetapi tertahan.
“baiklah…kami  tidak akan mengolokmu. Tetapi perkenalkan kami padanya” donghyun hyung mengedipkan mata pada yang lain.

Alis sebelah kananku terangkat. “mwo? Kenalan saja sendiri. Ia bisa berbahasa korea kok” jawabku enteng dan hendak kabur.

“eit!” hyunseong hyung menahanku. “masalahnya bukan bahasa….palli! kenalkan kami”
“ara!” aku tertunduk lemas.
:::::::::::::::::::::
Aku bersyukur luar biasa. Hampir aku harus menemui yoeja phabo itu gara-gara permintaan konyol para hyung, namun tidak jadi karena pengumuman pemenang kontes sebentar lagi. Saking senangnya aku tersenyum lebar, sangat lebar. Tanpa aku sadari, youngmin terus melihatku yang bertindak cukup aneh dan tidak biasa.

“yak….michosoe?”
“ania….” Aku masih tersenyum.
“bisa-bisanya kamu tersenyum. Kita belum pasti menang tahu” ceramahnya.
Aku masih tersenyum. “arayoe!”
“jangan-jangan benar yang dikatakan donghyun hyung, kamu suka sama nami kan?”
“mwo?” raut wajahku  berubah. “maldo andwae”
“syukurlah” jawabnya enteng.
Aku menatapnya serius. “hyung suka sama nami?” godaku. Ia hanya tersenyum. “hyung?”
“molla…” ia tersenyum padaku dan berlalu.
Aku mengejarnya. “hyung….jangan hyung. Andwae!”
“mwo?” ia tersenyum licik padaku.
“hyung tidak boleh menyukainya. Tidak boleh!”
“mwo?” ia berlalu meninggalkanku lagi.

Apa yang harus aku lakukan? Jangan sampai youngmin suka dengan nami. Itu tidak boleh terjadi. Apa hyung cuma membodohi aku?aaaa….ia dia cuma membodohiku.
Jo Kwang Min POV END
::::::::::::::::::::
Author POV
Pemenang kontes itu telah diumumkan. Juara pertamanya adalah penyanyi solo dari jepang. Sekarang saat penentuan juara kedua dan ketiga. Di bagian depan panggung terdapat 2 orang atau grup yang sudah dipanggil sebelumnyan oleh pembawa acara bersiap menerima hasil.

Nami berada di sisi kanan dan boyfriend disisi kiri. Mereka tidak henti-hentinya saling melirik, terutama youngmin dan kwangmin. Youngmin menatap ke arah nami dengan senyum  memberi selamat, sedangkan kwangmin menatap nami seolah menantang. Nami  tidak memperhatikan apa yang dilakukan youngmin, ia terlanjur kesal saat melihat kwangmin.

“Dan pemenang kedua adalah…..” pembawa acara terdiam sejenak.

Lampu sorot bergerak kian kemari. Semakin memberi efek penasaran bagi peserta. Nami memejamkan mata berdoa. ia berusaha berkonsentrasi dan menghapus wajah mengolok kwangmin yang terbayang dibenaknya.
Jeng…..jeng….

“Cha  Na Mi…..” pembawa acara terdengar bersemangat.

Nami yang tidak percaya masih memejamkan mata. Tiba-tiba mizune berlari ke arahnya dan memeluknya.

“nami-chan…kamu memang!”
“hontou? Yatta…” ia membalas memeluk mizune dan  berloncat-loncat.
:::::::::::::::::::::
“chukkae!” donghyun memberi selamat pada nami.
“ne” nami menerima ucapan selamat dari donghyun. “seharusnya kalian yang  juara 2, bukan aku”
“chinca?eyyy…..” donghyun tersipu malu.
Hyunseong mengulurkan tanganya pada nami. “iruemi mwoyeyo?”
“joenenun cha na mi imnida” nami membalas uluran tangan perkenalan hyunseong.
“hyunseong imnida…” ia menarik joengmin. “yang ini joengmin…dan”
“donghyun imnida!”donghyun memperkenalkan dirinya sendiri.
Nami tertawa kecil. “aku suka kalian bertiga”
“chinca?” joengmin merapikan rambutnya. “weo?”
“suara kalian bagus sekali. Aku suka….seandainya kalian tampil tanpa namja yang kembar itu, kalian pasti menang” nami melirik kwangmin yang menatapnya sinis.

“hehehe” donghyun tertawa garing. “kamu masih sangat kesal padanya?”
“emmm….khususnya dia, menyebalkan.”
Joengmin melirik hyunseong. “yoeja ini yeppoe, tapi pendendam sekali ya?” bisiknya.
“ne….” hyunseong mengiyakan.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::
@ Seoul, Korea Selatan.
“hahhh….donghyun hyung menyebalkan” gerutu minwoo
“weo?” tanya kwngmin, padahal ia tahu sendiri jawabannya.
“kenapa kita bertiga disuruh pulang. Terus mereka enak-enakan melanjutkan liburan? Tidak adil” minwoo berusaha menurunkan barangnya dari troli.
Kwangmin membantu minwoo“kita bisa ikut saja sudah beruntung. terserang donghyun hyung, dia yang bayar semua. Lagian aku lebih suka pulang. Kalau terus disana,  bisa mati kesal aku sama yoeja phabo itu”

“ahhh…yoeja itu? cha na mi kan? Dia hebat sekali…permainan gitar akustiknya daebak.seharusnya ia juara 1”
“ya ya ya….kemanhea! aku malas membahas dia lagi.” kwangmin merentangkan tangannya. “seoul aku datang. Hahhhhh”

“youngmin hyung mana?”
“menukar kopernya ke bagian bagasi. Tadi ia salah ambil. Siapa suruh tidur terus, salah ambil koper punya orang deh” kwangmin mengomel.

“ah….lama sekali. Aku masih mau dijepang” rengek minwoo
“minwoo-a….sudahlah. liburan berikutnya kita bisa pergi lagi kan? Besok kita sudah sekolah, mau tidak mau harus kembali”

“tetapi kalau ke jepang liburan berikutnya siapa yang bayar?”
#jitakk# “ndo? Aishhhh…”
“appo!” ia mengelus kepalanya yang kena jitak.

Di kejauhan terlihat youngmin berlari sambil menyeret kopernya. Matanya seperti setengah terpejam. Bisa-bisa ia menabrak orang nanti. Kwangmin menatapnya sambil berdecak heran. Kenapa ia bisa percaya diri di tengah umum dengan wajah mengantuk begitu? Memalukan.

“yak…dasar tukang tidur” serempak kalimat itu keluar dari mulut minwoo dan kwangmin.
“negae wae?” jawab youngmin ngos-ngosan
Kwangmin merangkul pundak youngmin. “kaja….kita pulang!”
“oh…ne! aku lapar!” jawab youngmin.
“na tto” minwoo ikut-ikutan
“ahh…itu ada taksi.kaja!”

Secepat kilat mereka berlari menuju taksi yang tengah terparkir tepat di depan loby bandara. Seperti anak kecil mereka berlari. Menyeret koper mereka masing-masing. Kecuali minwoo, ia terlihat ribet dengan barang-barangnya. Selain membawa koper miliknya, ia juga membawa 1 koper super besar titipan donghyun. Mau tahu isinya apa? oleh-oleh yang dititipkan donghyun, hyunseong, dan joengmin untuk keluarga mereka. minwoo tidak bisa menolak.
:::::::::::::::::::::::
 “taksi” nami melambaikan tangannya memanggil taksi.
Tidak lebih dari 1 menit, taksi sudah berhenti tepat didepannya.
“ajushi….tunggu sebentar” pintanya pada supir taksi. “tolong buka bagasi belakangnya, eoh?”
“ne…agashi!” kata supir taksi.

Susah payah nami menyeret troli yang berisi semua kopernya. Ada sekitar 3 koper ditroli itu. 1 koper super besar dan 2 lainnya berukuran sedang. #brummm# terdengar suara taksi  yang melaju. Nami menoleh ke belakang, taksi yang ia panggil tadi sudah tidak ada.

“mwo? Taksiku mana?” tanyanya. Tidak ada yang menjawab karena  ia cuma sendiri. “nappenum….siapa yang mengambil taksiku?” ia hampir menangis karena kesal.
::::::::::::::::::
Minwoo yang duduk di kursi belakang bersama kwangmin hanya melongo. Ia masih terpikirkan kejadian barusan.

“hyung…apa tidak apa-apa?”
“mwo?” tanya kwangmin
“aku rasa ini taksi milik yoeja tadi, yang menarik troli itu” minwoo coba mengingat. “dia yang memesan duluan”
“eyyy….kamu ini, kwaenchana. Ia bisa cari taksi lagi” jawab kwangmin enteng.
“emmm….betul!” youngmin yang duduk di sampir supir taksi mengiayakan. “betulkan ajushi?”
“oh…ne!” supir taksi tersenyum kecil.
“tuh kan? Tenang saja minwoo-a” kwangmin merangkul minwoo
:::::::::::::::::::::::
Esok paginya dirumah keluarga jo. Youngmin yang masih tertidur sedang berusaha dibangunkan oleh kwangmin. Kwangmin sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia sudah  bangun sejak 30 menit yang lalu dan bersiap-siap.

“hyung…ironae. Kenapa penyakit malasmu kambuh lagi sih? Di jepang kemarin hyung selalu bangun pagi. Kenapa disini malah tidak?” kwangmin menarik selimut youngmin.

“ah….biarkan aku tidur sebenar lagi. aku masih pusing” gumamnya
Kwangmin segera berlari keluar kamar. “oemma….hyung tidak mau bangun” teriaknya
“emmmm” erang youngmin
“appa…” teriak kwangmin lagi
“mwo?” teriak appanya dari arah ruang makan
“hyung tidak mau sekolah!” bohong kwangmin
Youngmin langsung mengambil handuk dan berlari kekamar mandi. “kwangmin-a…aisshhh”

Kwangmin cekikikan. Hyungnya itu paling takut kalau appa sampai  marah. Appa tidak segan-segan akan menghukumnya dengan bermain gulat dan sejenisnya. Ia paling benci melakukan itu. karena badannya pasti langsung sakit akibat di gulat oleh appa.

“seragam aku mana?” tanya youngmin yang sudah selesai mandi.
Kwangmin menunjuk satu stel seragam yang tergantung di pintu lemari. “tuh!”

Youngmin mengambil seragam sekolahnya. Seragam itu berupa kemeja putih lengan panjang dengan kerah berwarna hitam. Kemudian dilengkapi dengan rompi berwarna kuning tanpa lengan dan berkerah V dengan aksen  hitam. Semuanya itu dipadukan dengan celana panjang berwarna hitam.

Sedangkan kwangmin sedang merapikan dirinya didepan cermin.  Ia merapikan posisi dasi hitamnya. Ia harus terlihat sempurna pagi ini. teman-temannya pasti akan mengerubutinya dan menanyakan tentang liburan mereka ke jepang.
Author POV END
::::::::::::::::::::::::::
Cha Na Mi POV
Aku berdiri didepan gerbang sebuah sekolah. Sekolah itu sangat luas. Dinding gedung itu bercat warna pink, hampir pink. Aku tidak tahu  menyebutnya dengan warna apa, mungkin nila?. Aku memantapkan kaki melangkah memasuki gerbang sekolah yang hampir 1 tahun  aku tinggalkan.

Aku mendongak ke atas. Aku membaca  huruf demi huruf berwarna metalik yang terpajang permanen di puncak  gedung utama sekolahku  ini. “SEOUL OF PERFORMING ART SCHOOL” kataku. “akhirnya aku kembali”
TO BE CONTINUED…..
Sudah ketebak siapa saja sekolah disitu? Kalau begitu, coba dibayangkan masalah apa yang akan terjadi? Emmmmm….. semoga tidak bosen. The Rival akan berlanjut   \(^.^)

Tidak ada komentar: