WRITE FF
BAGAIMANA MENULIS FANFIC YANG BAIK ?
Menulis
adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan kita dalam bentuk
simbol-simbol yang dimengerti orang lain : bahasa tulisan. Karena itu
tulisan kita mewakili pikiran dan perasaan kita. Menulis fanfic-pun sama
saja. Kekhususannya : fanfic mengekspresikan kesukaan, kecintaan kita
akan karya aslinya, dalam hal ini tentang BB atau GB Korea Selatan
Kalau kita
suka akan sesuatu tentu kita akan memeliharanya dengan hati-hati. Bila
kita akan memperlihatkannya pada umum, kita akan memperlihatkan sisi
terbaiknya. Demikian pula dengan fanfic. Buatlah dengan segenap
kemampuan kita (bukan berarti kita harus menjadi pengarang profesional
lho. Justru kalau kita terbiasa mengarang fanfic dengan baik, mungkin
saja suatu waktu bisa menjadi pengarang profesional, amin), pakailah
kaidah berbahasa yang apik, dan tunjukkan pada dunia bahwa Inilah
kecintaanku pada BB atau GB Korea Selatan, inilah karya terbaikku.
A. BAHASA
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini :
Hi, Parker. Nice 2 C U
White !!! Thanx 4 ur commentz
Gilee .. Gw mana bisa spt itu, tp gpp dech, yg sdh ya sdh
Kalau
kalimat-kalimat seperti itu muncul di comment board, kesannya akrab dan
hangat. Tapi coba kalau kita membaca fanfic sepanjang 10 halaman dengan
kalimat-kalimat yang melulu seperti itu, penuh dengan simbol-simbol dan
singkatan. Pusing kan ?
Karena itu,
tulislah dengan bahasa Indonesia (atau Inggris) yang baik dan benar.
Bukan berarti pakai bahasa kaku lho .. sering baca novel remaja kan?
Pastilah semua yang nulis fanfic pernah baca novel. Nah, coba kalian
liat karyanya Esti Kinasih atau Luna Torashingu atau Stephanie Zen atau
Ken Terate *kalau gk salah gitu kan penulisan namanya?* lihat novel
mereka, pakai bahasa semi baku kan? Enak kan bacanya? Jadi gak terlalu
sesuai dengan EYD tapi masih terkesean berbahasa Indonesia dengan benar.
Biasanya
dalam FF mereka, bagian dialog atau plot di tulis dengan bahasa normal
kita kayak ‘Gak juga’, ‘ngapain lo?’, ‘biarin aja kali’ dll lah.
Sedangkan bagian paragraph negative atau semacem narasi itu baru pake
bahasa yang agak baku.
B. TANDA BACA DAN PENGATURAN PARAGRAF
Dan sebagai catatan: Jika ada bagian yang menggunakan elipsis sebagai pengakhir kalimat, maka perlu digunakan emapt titik; tiga titik penghilang teks (elipsis) dan satu titik untuk mengakhiri kalimat.
Antara
kalimat (sesudah titik) jangan lupa beri spasi. Supaya mata tidak lelah
membacanya. Juga yang sering terlupakan, antara kalimat percakapan.
Bandingkan :
“Hyung! Hari
ini kan hari ulang tahunnya Taemin,” kata Minho, “hyung ini leader atau
bukan sih?”. “O, iya,” kata Onew, lalu mencari dompetnya.”Jangan bilang
hyung gak bawa dompet,” sahut Key.
Dengan :
“Hyung! Hari ini kan hari ulang tahunnya Taemin,” kata Minho, “hyung ini leader atau bukan sih?”
“O, iya,” kata Onew, lalu mencari dompetnya.
“Jangan bilang hyung gak bawa dompet,” sahut Minho.
Bagaimana ?
Lalu
usahakan tidak membuat paragraf yang terlampau panjang. Apalagi kalau
fanfic itu font nya kurang dari 12. Kasihanilah mereka yang berkacamata
(hayo yang pake kacamata ngacung !) dan yang tidak pakai kacamatapun
akan berpotensi memakainya, kalau begini caranya.
C. SUBSTANSI
Isi ? Isinya ya cerita tentang BB atau GB Korea Selatan, apa lagi ?
Ada dua macam lho, di dunia fanfic.
- CANON
Canon
maksudnya fakta-fakta yang diutarakan dalam media massa. Jadi, membuat
fanfic canon, berarti taat pada pakem, pada jalur yang ada. Semua
karakter persis seperti yang diungkapkan SMEnt, demikian pula lokasi,
dan situasi. Memang agak membingungkan bila kita berpegang pada keduanya
: Entertaiment dan media massa, sebab ada fakta yang bertentangan, ya
gak sih ?
- FANON
Kalau yang
ini berarti “fakta” yang tidak ada di buku, tetapi lebih menyerupai
rumor atau gosip. Sebelum konfirmasi tentang hubungan Jonghyun dan
Sekyung, (fanon) rumor yang beredar kalau Jonghyun udah punya pacar.
Setelah muncul beritanya baru lah fanon itu di nyatain sebagai canon.
Ngerti gak?
Kadang Fanon
ini cuma berupa dugaan dari para bard dari serangkaian fakta yang di
ungkapin melalui media massa. Misalkan di acara Oh! My School, Minho
deket sama cewek yang namanya Eunseo dan di buatlah FF yang berisikan
kalau mereka berdua pacaran. Gitu, got it?
D. RISET
“Buat apa
riset? Kita kan lagi gak nulis skirpsi? Yang penting kan kita tahu
berita-berita terbaru tentang SHINee.” Mungkin itu tanggapan kalian. Ya,
kalau kita mau nulis FF canon yang setting, tokoh, kisah dan tempatnya
sesuai dengan aslinya. Maka satu-satunya yang perlu di tambah cuma
imajinasi kita.
Tapi kalau
kita sampai menyingguk lokasi lain, kayak supermarket yang ada di kota
Seoul atau halte bus atau semacamnya. Kita butuh riset untuk kebenaran
info, jadi setidaknya FF kamu ini bukan sekedar FF asalan atau gak
berinfo.
Gak usah muluk-muluk, yang kita butuhin cuma sedikit kok :
- Peta/atlas
- Ensiklopedia (Kalau gk punya bukunya bisa search online)
- sumber
dari buku maupun dari web, kalau kita mau membahas sesuatu lebih dalam
(misalnya kita mau menceritakan Minho menjadi vampire, bacalah dulu
lebih jauh tentang vampire, apa penangkalnya, apa bedanya hasil gigitan
vampire asli dengan yang keturunan, dsb). Dalam hal ini maka search
engine adalah sahabat terbaik kita,
-
orang-orang terdekat kita, baik di dunia nyata maupun di dunia maya
(contoh, dalam FF kamu, sang tokoh akan pergi menonton bola bersama
member SHINee di England. Kamu Tanya aja temen cowok kamu atau adik kamu
yang suka bola nama stadion dan lain lainnya.)
Semua ini bisa menjadikan fanfic kita lebih hidup, lho. Coba deh ..
Satu lagi
yang tidak kalah pentingnya adalah kamus. Kamus Bahasa Indonesia (kalau
kamu mengarang fanfic dalam bahasa Indonesia) dan Thesaurus (kalau kamu
mengarang fanfic berbahasa Inggris). Kamus penting untuk memperkaya kosa
kata kita.
Coba bayangkan, kalau dalam fanficmu, setiap percakapan diakhiri dengan : kata Minho, kata Taemin, kata Onew, kata Jonghyun, dan seterusnya. Membosankan ?
Bandingkan jika kita menggunakan : kata, sahut, ujar, gumam, bisik, desis, geram, teriak, dan entah apa lagi yang ada dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Sebelumnya ada yang pernah mendengar kata : mencelos, berjengit, kebas, jembalang, dedalu ?
Jadi perkaya-lah perbendaharaan katamu, dan fanficmu akan semakin menarik, selama kata-kata itu digunakan dengan semestinya.
E. BETA-READER
Apakah Beta Reader itu ?
Mengapa penulis memerlukannya?
Bagaimana cara menjadi Beta Reader yang baik ?
Tujuan Beta-Reader ialah agar penulis bisa membuat cerita terbaik
yang bisa ia buat. Dengan cara menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam
cerita itu, bagaimana cara memperbaikinya, dan ditambah lagi dengan
menunjukkan keunggulan cerita tersebut.
Istilah
‘Beta-Reader’ pada mulanya diambil dari istilah industri software,
‘beta-tester’. Para pembuat software melakukan serangkaian pengujian
untuk software yang mereka buat, mencari kelemahan dan keunggulannya
sebelum dilempar ke pasaran. Akan tetapi pada umumnya mereka terfokus
pada cara pandang ‘pembuat’. Mereka ini, para penguji pertama,
diistilahkan dengan ‘alpha-tester’.
Kemudian
dicari penguji dari kalangan pengguna, mereka diharapkan menemukan
kelemahan dan keunggulan software dari pengalaman menggunakannya. Karena
mereka penguji tahap kedua, maka istilahnya adalah ‘beta-tester’
Istilah ini
kemudian diaplikasikan pada penulisan, khususnya fanfic. ‘Alpha-Reader’
adalah si penulis sendiri, yang tentu saja melihat kelemahan dan
keunggulan cerita dari sudut pandangnya selaku penulis. Sedang para
pembaca selanjutnya menjadi “Beta-Reader’, mereka diharapkan dapat
menemukan kelemahan-kelemahan dan atau keunggulan yang terlewatkan oleh
si penulis, karena dilihat dari sudut pandang selaku pembaca.
Inilah
sebabnya Beta-Reader diperlukan, untuk melihat dari lebih banyak sudut
pandang, kelemahan-kelemahan cerita untuk diperbaiki, dan keunggulan
cerita untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan. Beberapa Beta-Reader
mungkin akan lebih baik daripada hanya satu, karena orang kan
berbeda-beda. Ada yang teliti pada segala macam tatacara penulisan,
tanda baca, huruf kapital, penulisan yang dipisah atau disambung,
kesalahan ketik, dsb. Ada pula orang yang lebih jeli pada kesinambungan
plot cerita. Ada yang jeli pada kelemahan dialog, ada juga yang piawai
dalam melihat efisiensi bahasa (misalnya pada kata-kata yang tak berguna
yang hanya membuat kalimat menjadi panjang dan membingungkan) .
Tapi bukan hanya kelemahan lho, yang harus disorot. Seorang Beta-Reader harus mampu:
1. Melihat dan menunjukkan kelemahan atau kesalahan dalam cerita dengan jelas. Jadi bukan sekedar: ‘pusing lho baca ceritamu’, tapi lebih pada: ‘dialog dalam ceritamu kok nggak pakai tanda kutip ya ?’
2. Menunjukan bagaimana cara memperbaikinya
3. Menunjukkan keunggulan atau kelebihan cerita, dan sebaiknya kalau bisa : cara
meningkatkannya
F. WRITER’S BLOCK
Sering kita
menemukan suatu ide yang cemerlang, ‘Ting! Seperti ada lampu yang
menyala di kepala kita’. Cepat-cepat kita menuliskannya, tapi … setelah
beberapa saat kok mandeg ya ? (Menatap sedih pada file FF-ku sendiri
TT.TT).
Berikut mungkin berguna (juga untukku sendiri, hehe ..) untuk mengatasinya.
* Pada saat kita mulai menulis, tentukan tujuannya, misalnya, FF ini akan berakhir dengan ‘jadian’-nya Minho dengan Taemin (?). Dari awal menuju tujuan itu buat kerangka kasarnya. Dengan demikian bila kita menemui kesulitan meneruskan, kita bisa melihat poin-poin yang tersusun, dan mungkin akan menimbulkan ide untuk mengembangkannya.
* Pada saat kita mulai menulis, tentukan tujuannya, misalnya, FF ini akan berakhir dengan ‘jadian’-nya Minho dengan Taemin (?). Dari awal menuju tujuan itu buat kerangka kasarnya. Dengan demikian bila kita menemui kesulitan meneruskan, kita bisa melihat poin-poin yang tersusun, dan mungkin akan menimbulkan ide untuk mengembangkannya.
* Kalau kita
masih mandeg pada bagian tertentu, tapi imajinasi sudah melayang pada
bagian lain, –misalnya sedang mengerjakan terusan bab 3, tapi kok yang
terbayang adalah endingnya — tunda saja dulu bab 3 itu, kerjakan
endingnya, mumpung lagi mood. Setelah itu baru balik lagi ke bab yang
tadi ditinggalkan. Daripada kita berkutat di bagian yang enggak
maju-maju, sementara ide cemerlang tentang bagian lain jadi tak tergarap
?
* Kalau
masih juga mandeg, kerjakan saja hal lain. Endapkan saja dulu FF itu,
jalan-jalan kek, nonton, baca buku, masak, (makan juga boleh) siapa tahu
kita menemukan ide segar dengan cara ini ..
G. PERNAK PERNIK PENULISAN
Pedoman menulis:
* Plot is what happens in a story,
* What happens is what the characters do,
* What the characters do is determined by who they are,
* Who they are is influenced by what happens
Bingung ya ?
Hoho .. maksud utamanya adalah bahwa sebuah cerita yang baik adalah
merupakan keterpaduan dari situasi dan karakter/tokoh. Apalagi kita
menulis fanfiction, berarti tokoh-tokoh dan karakternya sudah ditetapkan
oleh penulis asli (dalam hal ini JKR). Penulis yang baik tidak akan
membuat Hermione menjadi bodoh dan malas (kecuali dalam kasus amnesia
..), atau Ron menjadi sangat rajin tanpa sebab ( biasanya Ron jadi rajin
kalau ada maunya). Hal-hal seperti itulah ..
Kesamaan ide :
‘Aku punya
ide, gimana kalau Onew jadi bodyguard, terus Key jadi supir, habis itu
keduanya bla-bla-bla. Pas mau ditulis, eh .. kok ada orang lain yang
punya ide sama ya?’ Jangan kecil hati, tiap orang punya style penulisan
sendiri-sendiri. Dari gaya bahasa misalnya, ada yang suka
kalimat-kalimat panjang, ada yang pendek. Ada yang suka menuliskan dari
sudut orang ke-3, ada yang dari POV salah satu tokoh. Ada yang menulis
gaya ‘real-time’ ada yang suka pakai flashback. Ada yang suka pakai
bahasa sehari-hari (not to mention ‘bahasa gaul’, ini cuma cocok untuk
ficlet, FF yang pendek. Kalau FF panjang pusing bacanya) ada juga yang
suka pakai bahasa puitis dengan berbagai pengandaiannya. Jadi, satu ide
yang persis sama bisa saja ditulis dengan gaya yang berbeda-beda.
Contoh
gampangnya, cerita dengan tema Love/Hate. Dari benci jadi cinta atau
cinta segitiga, coba perhatiin deh. Banyak banget kan FF yang ngangkat
tema itu? Tapi ada gak yang gaya nulisnya sama? Enggak kan? Nah itu,
makanya kamu harus pinter-pinter ngatur bikin yang terbaik dengan tema
yang sama.
Jadi jangan
kecil hati kalau ide-mu sama dengan ide orang lain, karena tiap individu
pasti punya ciri mandiri dalam menulis .. kecuali kalau kamu kayak
Minho yang nyontek PR nya Onew.. alias? Plagiat!
Perlihatkan, jangan katakan :
Kamu mau bikin karakter Jonghyun sebagai seorang playboy? Bedain quote ini :
Jonghyun adalah si playboy sekolah yang selalu gonta-ganti pacar setiap minggu
Dengan
Jonghyun
memperhatikan anak baru yang sedang berjalan di koridor, gadis berambut
panjang dengan paras wajah lugu sukses menarik perhatian Jonghyun. “Hey!
Jangan bilang kamu ngincer dia.” Ledek Key. “Mungkin? Hahaha.” Taemin
menyikut lengan Jonghyun. “Sica mau kamu kemanain? Baru juga jadian 3
hari yang lalu.” Sindir Taemin. “Kan cuma buat cadangan, hahaha. Kalau
di tolak ya udah, kalau di terima? Ya tinggal putusin Sica. Gampang
kan?” Taemin memutar bola mata mendengar jawaban Jonghyun.
Beda kan?
Nah, FF kamu bakalan kerasa lebih hidup deh. Jadi usahain tuh karakter
tokoh tersirat bukan tersurat *halah*. Jadi biar aja reader yang
mengambil kesimpulan tentang karakter tokoh, kalau reader gak nangkep
maksud kamu? Ada 2 kemungkinan, kamu menjelaskannya kurang berhasil.
Atau si reader yang gak focus bacanya.
H. CROSSOVER
Pasti banyak
dari kalian yang gak cuma nge-fans sama SHINee kan? Pasti ada yang
ngefans sama BB lain, dan mau supaya kedua BB itu bisa masuk dalam satu
FF. Boleh kok, asalkan kita bisa mencampurkannya. Walaupun ini cuma
fiksi tapi setidaknya fiksi juga harus terlihat agak logis kan? Jadi
sebelum nyampurin tokoh SHINee sama SMASH misalkan, kita harus tahu apa
mereka sama-sama kenal? Yang aku bicarain di sini SMASH Korea loh ya
bukan Indon, soalnya kalau pake BB lain pasti saling kenal.
Kalau memang
kenal baru bisa di bikin dalam satu wadah FF. Bisa juga sih kalau kedua
tokoh sama-sama gak kenal, asalkan ada penggambaran logis bagaimana
antar tokoh pada akhirnya bisa saling mengenal ^^.
I. MARY SUE AND GARY/HARRY STU
Dalam sebuah
FF mungkin kita ngerasa gak puas dengan tokoh canon alias SHINee terus,
masalahnya SHINee kan cowok semua. Gimana kalau mau bikin cerita
straight? Otomatis kita akan memasukan OC atau artis lain kan dalam FF
tersebut.
Misalkan
kalian masukin seorang OFC nih, ceritanya dia tuh cantik, pinter, kaya,
baik apalah segala macem, terus cowok-cowok pada naksir sama dia tapi
dia cuma suka sama Onew seorang misalkan. Terus cerita berlanjut bla bla
bla tapi setelah di tilik-tilik tahu gak? Di teliti deh, ternyata
karakter OFC ini si penulisnya banget deh. Nah ini berarti FF yang di
tulis sebagai tumpahan obsesi sang penulis supaya bisa jadian sama Onew.
Perwujudan mimpi yang tak sampai, mungkin? Hohoho
Sebenernya
dalam kasus ini gak apa-apa, apalagi kalau penulisnya bisa ngarang
cerita dengan halus jadinya pembaca gak ngerasa. Tapi kalau pembacanya
aja udah ngerasa sebel dan bisa menebak, “Aaaahh ini sih author nye aje
yang pingin jadian ama si Nyunyu =.=” itu berarti kita udah nyiptain
tokokh Mary Sue. Tokoh perfect sebagai tumbahan ambisi self insert sang
author cewek, kalau cowok istilahnya Gary/Harry Stu ya.
Gimana cara
menghindari itu?? Stick to the canon, artinya tetap pada kerangka baku
yang ada. Jangan sampai si tokoh ciptaan kita mendominasi cerita,
apalagi sampai kerennya ngalahin SHINee -.-. Itu sih namanya ngajakin
flame war atau adu bacot sama Shawol. Hahaha
J. EDIT
Menulis itu
sebenernya kegiatan paling sederhana yang dari kita duduk di bangku
playgroup juga udah di ajarin. Ya gak? Aku inget banget dulu waktu TK
pernah ikut lomba mengarang cepat setengah jam sebanyak 1 lembar folio,
eh menang juara 2 dengan tulisan acak-acakan apalagi ceritanya akakakak
*ups*
Emang nulis
itu sebenernya gambang, tapi ternyata gak semua orang bisa menulis
sebuah karya dengan baik dan benar. Kenapa? Karena terburu-buru. Orang
yang terbilang amatir dalam hal menulis pasti gak sabar tulisannya di
baca orang dengan sejuta mimpi bakal di terbitin. Padahal karya atau
tulisan yang baik gak bisa hanya dengan sekali tulis, semua ada
prosesnya.
Dalam proses penulisan setidaknya ada 5 tahap :
- Tulis apa aja yang ada di dalem pikiran, imajinasi, mimpi, apapun deh
- Edit
- Edit
- Edit
- Edit
Edit,
berarti menyunting atau memperbaiki hasil tulisan. Kegiatan swa-edit
mesti di lakukan sang penulis itu sendiri, berulang-ulang sampai penulis
puas dengan hasilnya.
Apa aja sih yang perlu di edit?
Pertama, kesalahan ketik.
Karena
terburu-buru menuangkan ide takut idenya pergi lagi, akhirnya kadang
kita suka salah ketik. Aku juga kok, kadang mengapa jadi megpa. Terus
kadang juga system spelling and grammar di ms.word mengubah beberala
kata secara otomatis kayak panci jadi panic. Nah makanya itu kita harus
di baca ulang untuk memperbaiki salah ketik itu. Karena kalau saat di
publish masih ada salah ketik itu tandanya kita kurang teliti atau
bahkan gak kita baca ulang.
Kedua, pemakaian tanda baca.
Perhatikan
benar kapan saatnya memakai titik atau koma, tanda seru atau tanda
tanya, koma atau titik koma, kutip dua atau kutip satu, dll. Pemakaian
tanda baca tentu sudah pernah kita pelajari di sekolah. Kalau lupa,
tinggal membuka ulang buku panduan EYD-nya.
Buku acuan perbahasaan yang bisa kita pakai:
-tentu saja buku pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
-Komposisi, karya Gorys Keraf
-Buku Panduan EYD dari Pusbinbangsa
Ketiga, hubungan antar kalimat dan paragraf
Ini sih udah
jelas ya. Antar kalimat yang satu dengan yang sesudahnya harus ada
hubungan logis. Membuat hubungan antar kalimat, misalnya dengan
menggunakan kata referens, seperti: itu, ini, dia, mereka, dsb.
Kata-kata referens itu akan menjadi penunjuk yang menghubungkan satu
kalimat dengan kalimat sebelumnya.
Keempat, diksi atau pemilihan kata
Artinya
memilih mana kata yang sesuai dengan konteks kalimat. Dalam bahasa
Indonesia (juga bahasa Inggris), terdapat beberapa kata yang bersinonim.
Akan tetapi, kalau ditinjau lebih jauh, tidak semua kata yang
bersinonim mempunyai arti yang persis sama, sehingga tidak selalu bisa
saling menggantikan dalam kalimat.
Mari kita lihat daftar berikut.
Melihat,
menonton, memandang, menatap, memperhatikan, mengawasi, melirik,
mengerling, melotot, menjelit, mengintai, mengintip, mempunyai makna
kegiatan yang dilakukan oleh mata. Tetapi makna yang dikandung
masing-masing kata itu tidak persis sama. Contoh penggunaannya:
Lee Jinki
memandangi anak laki-laki di depannya. Dia memperhatikan rambutnya yang
coklat muda, pakaiannya yang longgar, postur tubuhnya yang kurus, profil
wajahnya yang pucat, dan perilakunya yang canggung. Terlalu canggung
bahkan untuk ukuran seorang anak yang baru saja akan masuk sekolah. Dan
saat anak itu menoleh ke arahnya, Jinki berkesempatan menatap matanya
yang sembab dan lelah. Rasa penasaran menggoda hatinya untuk berkenalan.
Pada
paragraf tersebut, terdapat kata-kata memandang, memperhatikan, menoleh
dan menatap. Tetapi dari konteks kalimatnya, kita dapat merasakan bahwa
artinya berbeda. Oya, kita juga perlu memperhatikan penggunaan istilah
denotatif dan konotatif, eufimisme, serta pergeseran, perluasan dan
penyempitan makna kata.
K. ALUR CERITA
Sebuah
karangan bisa dikatakan sebuah cerita, bila mempunyai plot atau alur
atau bisa juga jalan cerita yang jelas dan memenuhi standart alur.
Disana ada perkenalan, konflik, dan anti klimaks, dimana hal-hal
tersebut yang menjiwai sebuah cerita.
Singkatnya, sebuah cerita seharusnya mempunyai bagian-bagian :
1. Pengantar
2. Inti cerita, yang terdiri dari:
-konflik
-klimaks
-anti klimaks
-klimaks
-anti klimaks
3. Penutup atau ending
Penjelasannya begini :
1. Pengantar
Biasanya
bagian ini menguraikan sebuah pengenalan secara keseluruhan, seperti
pengenalan tokoh, setting cerita, dan waktu cerita itu ada. Biasanya
pada bagian ini kita belum menemukan konflik, walaupun ada yang sudah
mulai membuka konflik pada bagian pengantar, tetapi biasanya hanya
pembuka konflik, tidak langsung menciptakan konflik. contoh :
Namaku Choi Minho, aku adalah manusia, manusia biasa yang hidup dengan segala masalah…dsb
Itu dinamakan bagian pengantar,
mengenalkan karakter tokoh, dia siapa dan ada apa dengan dirinya. Tidak
harus seperti contoh diatas sih, bisa saja kamu mulai dengan…Pada suatu
sore, di rumah nomer 4 yang terletak di kawasan Yongsan-gu, pinggiran
kota Seoul…dsb 2. Inti cerita
Kita bisa
juga menyebutnya sebagai batang tubuh cerita ( kaya UUD 45 gak ? ), di
bagian ini kita menemukan sebagian besar roh cerita. Karena bagaimanapun
cerita dibangun dengan konflik atau sebuah masalah untuk menarik minat
pembaca, kalau tidak ada konflik, kan tidak akan ada cerita. Betul, kan?
Inti cerita terdiri dari :
-Konflik
Pada bagian ini mulai dibangun sebuah masalah, jika kita menginginkan sebuah cerita dimana Jonghyun susah payah mengejar seorang wanita, dibagian ini kamu bisa memulai menggambarkan betapa susahnya Jonghyun harus mendapatkan perhatian dari wanita tersebut. contoh : Jonghyun ingin marah rasanya, mengapa dia selalu merasakan gadis itu tidak sungguh-sungguh memperhatikannya…dsb
Pada bagian ini mulai dibangun sebuah masalah, jika kita menginginkan sebuah cerita dimana Jonghyun susah payah mengejar seorang wanita, dibagian ini kamu bisa memulai menggambarkan betapa susahnya Jonghyun harus mendapatkan perhatian dari wanita tersebut. contoh : Jonghyun ingin marah rasanya, mengapa dia selalu merasakan gadis itu tidak sungguh-sungguh memperhatikannya…dsb
-Klimaks
Kalau pada bagian konflik baru dibangun sebuah masalah, maka di bagian ini masalah sudah terbentuk dan tercipta suatu konflik yang akan mencapai penyelesaiannya, istilahnya kalau pertengkaran, bagian ini adalah bagian panas-panasnya, bagian yang menarik perhatian lebih besar, dimana pembaca dan penonton harus menahan nafas untuk mengetahui lanjutan ceritanya.
contoh : Gadis itu menggebrak mejanya, marah. ”Dia bukan pacarku !” serunya seraya berlari menjauhi Jonghyun…dsb
Kalau pada bagian konflik baru dibangun sebuah masalah, maka di bagian ini masalah sudah terbentuk dan tercipta suatu konflik yang akan mencapai penyelesaiannya, istilahnya kalau pertengkaran, bagian ini adalah bagian panas-panasnya, bagian yang menarik perhatian lebih besar, dimana pembaca dan penonton harus menahan nafas untuk mengetahui lanjutan ceritanya.
contoh : Gadis itu menggebrak mejanya, marah. ”Dia bukan pacarku !” serunya seraya berlari menjauhi Jonghyun…dsb
-Antiklimaks
Di bagian ini cerita mulai cooling down, artinya konflik sudah dapat diselesaikan atau bisa dibilang pada saat ini jalan keluar akan konflik mulai terlihat, perlahan-lahan konflik tidak dipertajam dan mulai cooling down. contoh : “Mungkin kita harus berhenti sekarang. Aku benar-benar tidak menyukaimu Jonghyun.” Jonghyun menghela nafas berat, tersenyum lalu mengangguk. Ia berfikir mungkin memang ini yang terbaik, mungkin gadis tersebut memang bukan jodohnya.
Di bagian ini cerita mulai cooling down, artinya konflik sudah dapat diselesaikan atau bisa dibilang pada saat ini jalan keluar akan konflik mulai terlihat, perlahan-lahan konflik tidak dipertajam dan mulai cooling down. contoh : “Mungkin kita harus berhenti sekarang. Aku benar-benar tidak menyukaimu Jonghyun.” Jonghyun menghela nafas berat, tersenyum lalu mengangguk. Ia berfikir mungkin memang ini yang terbaik, mungkin gadis tersebut memang bukan jodohnya.
3. Penutup
Pada bagian
ini biasanya merupakan epilog dari cerita itu, atau juga susananya sudah
mulai nyaman dan tenang. Sama sekali tidak ada konflik dan yang ada
hanya kedamaian dan tuntasnya cerita. Untuk cerita bersambung, biasanya
untuk penutup dibuat untuk menggiring kepada cerita berikutnya.
contoh:
Acara kelulusan berjalana dengan lancar, Jonghyun tahu bahwa ia tidak akan pernah melupakan semua yang terjadi di SMA nya. Termasuk gadis yang ia kejar selama 2 tahun belakangan ini, tapi mungkin ia bisa bertemu gadis itu suatu saat nanti. “Sampai jumpa semuanya. Nanti, saat kita sudah sukses jangan saling melupakan ya! Kita harus bisa bertemu lagi di sini dan saling berbahagia atas kesuksesan kita masing-masing!” seru Jonghyun riang di sambuat seruan setuju teman-teman seangkatannya.
Acara kelulusan berjalana dengan lancar, Jonghyun tahu bahwa ia tidak akan pernah melupakan semua yang terjadi di SMA nya. Termasuk gadis yang ia kejar selama 2 tahun belakangan ini, tapi mungkin ia bisa bertemu gadis itu suatu saat nanti. “Sampai jumpa semuanya. Nanti, saat kita sudah sukses jangan saling melupakan ya! Kita harus bisa bertemu lagi di sini dan saling berbahagia atas kesuksesan kita masing-masing!” seru Jonghyun riang di sambuat seruan setuju teman-teman seangkatannya.
L. JENIS ALUR CERITA
Sebuah
karangan dapat dikatakan cerita, entah itu cerpen ataupun cerbung maupun
novel, jika mempunyai plot atau alur cerita yang bagian-bagian plot
sudah diuraikan sebelumnya. Tanpa plot, sulit dikatakan bahwa itu sebuah
cerita. Karena sedatar apapun cerita yang kita buat, pasti mengandung
konflik, walaupun bukan konflik tajam, konflik merupakan emosi dari
sebuah cerita. Disana kita bisa paham apakah si tokoh sedih, gembira,
ataupun marah. Jika tidak ada penggambaran emosi, maka tidak tercipta
karangan yang menarik. Dan jika tidak ada konflik, apa yang menarik
pembaca untuk menyimaknya ?
Plot cerita
sudah diuraikan sebelumnya, bahwa paling tidak cerita itu harus memuat
pembukaan, konflik, dan penyelesaian konflik. Lebih detailnya, memang
cerita disarankan ada pembukaan yang menguraikan pengenalan cerita, lalu
penciptaan konflik, lalu klimaks yang merupakan bagian dimana konfliks
jadi sorotan utama, kemudian anti-kilmkas dimana konflik sudah mulai
turun, dan penutup dimana cerita sudah cooling down dan siap untuk
diakhiri. Jika bagian dalam karangan ada bagian-bagian tersebut, maka
karangan tersebut berhak dinamakan sebuah cerita.
Setelah kita
mendapati bagian-bagian cerita tadi, maka kita bisa lihat, ada
jenis-jenis plot, atau alur cerita. Ada beberapa jenis plot atau alur
cerita, yaitu :
*ALUR MAJU (PROGRESS)
Artinya plot
cerita berjalan berurut, dari pengenalan sampai penutup. Si pengarang
menguraikan cerita dimulai dari pengenalan tokoh, setting cerita, dan
waktu cerita itu terjadi. Setelah pengenalan dimulai membuka konflik
atau permasalahan, kemudian mempertajam permasalahan dan penyelesaian
masalah, semua disajikan secara berurutan.
*ALUR MUNDUR (FEEDBACK)
Artinya,
cerita bisa dimulai dari konflik dahulu, baru pengenalan kemudian
penyelesaian masalah, sehingga kita terkesan membaca sebuah cerita yang
bercerita tentang masa depan sang tokoh dahulu, baru mengetahui latar
belakang sang tokoh kemudian. Bisa dibilang cerita ini adalah alur
melompat, karena langsung menuju inti cerita baru pengenalan.
*ALUR BERCAMPUR (MIX)
Artinya
kedua alur tersebut bisa dipakai keduanya, ini bisa terjadi untuk cerita
bersambung atau novel. Misalnya diawal cerita sudah melakukan
pengenalan, kemudian ada konflik, lalu cerita mundur berbalik sebelum
peristiwa yang diceritakan terjadi, entah untuk melakukan pengenalan
lebih jauh atau untuk mempertajam konflik. Kita lihat pada cerita Harry
Potter dan batu bertuah, ada pengenalan pada Bab awal, lalu terjadi alur
maju sampai Harry mendapatkan surat untuk masuk ke Hogwarts. Ketika
Hagrid datang untuk menjemput Harry Potter, Hagrid sedikit menceritakan
masa lalunya, ini bisa dibilang cerita kembali ke belakang, ke waktu
sebelum setting yang dipaparkan si pengarang saat itu.
Untuk
membuat cerita memang bebas kita memilih, akankah kita memulai persoalan
dahulu baru pengenalan dan penyelesaian, atau diurutkan dari pengenalan
baru ke inti masalah, bagaimana kita sebagai pengarang bisa enak
membuat cerita dan dapat dinikmati pembaca. Dan bukan berarti dengan
adanya plot cerita dan jenis-jenis alur cerita, kita jadi terbatas
berekspresi. Ini hanya dipaparkan untuk kita jadikan pedoman, apakah
karangan kita layak disebut cerita atau tidak. Karena kalau cerita tanpa
adanya konflik, apa yang dapat kita rasakan? Bukankah ketika kita
membuat cerita untuk mengajak pembaca memahami emosi yang terjadi pada
cerita itu?
Lalu ada
pertanyaan, apakah harus selalu ada konflik dalam sebuah cerita ? Bisa
dikatakan, konflik adalah bagian dimana sebuah cerita itu ada. Dan
konflik sendiri tidak harus tajam dengan pertengkaran atau persaingan
satu tokoh dengan tokoh utama. Konflik batin atau kesedihan tokoh utama
juga merupakan konflik. Konflik pada cerita merupakan penggambaran emosi
pada cerita tersebut, entah itu cerita drama, aksi, atau misteri.
Pernah membaca cerita Atheis karangan AA Navis ? disana lebih
menggambarkan konflik batin si tokoh agama yang tidak merasakan
kedamaian dirinya dalam beragama sehingga akhirnya memilih menjadi
atheis, dan walau pada kenyataannya si tokoh mati dalam keadaan bingung.
Tidak ada konflik pertengkaran yang tajam, walaupun tidak bisa dibilang
cerita itu datar.
Atau mungkin
kita masih ingat karya Siti Nurbaya, Kasih tak Sampai nya Sutan Takdir
Alisyahbana. Disana juga bukan konflik pertengkaran yang lebih
ditonjolkan, lebih pada kesedihan dua tokoh utama yang cinta mereka
tidak pernah kesampaian sampai akhir hayat mereka. Perasaan sedih kedua
tokoh ini juga merupakan konflik yang cukup tajam.
Pada intinya
konflik adalah jiwa dari cerita, dimana pembaca bisa merasakan apa yang
dirasakan oleh tokoh tersebut, tidak harus dengan dialog, tetapi
penuturan si pengarang yang menggambarkan rasa hati si tokoh.
contoh
: Tetapi di sela-sela kesibukannya, Jonghyun tetap mengirimkan surat
untukku. Menceritakan tentang kuliahnya, tentang gadis itu yang masih
terkenang, tentang dosennya, tentang gadis itu yang sangat cantik,
tentang teman-temannya yang gila, tentang gadis itu yang masih tidak
bisa di lupakan, tentang hari-harinya, tentang kenangannya dulu dengan
gadis itu.
Uraian di
atas sudah menjelaskan, perasaan tokoh yang bosan selalu mendengar
cerita mengenai gadis tersebut disetiap percakapannya dengan Jonghyun,
dan perasaan bosan itu dipicu rasa cemburunya ada wanita lain diantara
keduanya.
Sekali lagi,
pembagian plot dan jenis alur cerita bukan untuk mematikan imajinasi
yang ingin kita tuangkan dalam cerita. Tetapi kedua hal ini untuk
membantu pengarang agar menjaga ceritanya jangan sampai melebar ke
hal-hal yang tidak perlu (OOT ?) hingga akhirnya malah cerita itu tidak
ada endingnya atau juga membantu seorang penulis yang selalu menulis
dalam mood, sehingga ada pedoman untuk menyelesaikan ceritanya.
Misalnya
kamu punya ide tentang Choi Minho yang seorang model top akhirnya harus
kalah oleh Kim Kibum, yang debutter, tetapi kamu belum ada mood untuk
menyelesaikannya dalam sekali tulis, maka kamu bisa membuat kerangka
karangan terlebih dahulu, bagaimana awalnya, mau dibuat bagaimana
akhirnya dan bagaimana merangkai plotnya. Sehingga kamu ada mood untuk
melanjutkannya kamu masih ingat apa yang ingin kamu selesaikan dalam
cerita tersebut, sehingga cerita tidak perlu melebar kemana-mana jadi
mirip sinetron Tersanjung yang tidak selesai-selesai masa tayangnya dari
TK sampe aku SD kelas 3 =.= begitu ( ekstrimnya begitu <—OOT).
Sudah jelas
kan, kala pembagian yang aku uraiakan diatas bukan untuk mematikan
semangat kita untuk menulis, tetapi lebih untuk menjaga jalan cerita
yang kita inginkan supaya tidak malah mematikan perasaan bosan kita
sendiri untuk menuntaskan cerita yang sudah susah payah kita bangun.
Rugi kan rasanya, ide sudah ada dikepala kita terpaksa kita hentikan
penggarapannya karena si penulis terjangkit rasa bosan terhadap karyanya
sendiri ? Nah, aku rasa cukup uraianku.
Mudah-mudahan berguna untuk kita membuat FF lebih ok dan bagus lagi. Selamat berkarya.
Note :
Artikel ini
di tulis oleh Wita dengan beberapa penyuntingan. Bagi yang mau ngambil
artikel ini mohon masukin credit dari artikel asli nya ya. Kita gak mau
di bilang sebagai pencuri soalnya ^^.
TAPI SEMOGA INI MEMBANTU YAAAA~ SELAMAT MENULIS PARA AUTHOR !!!
Source : http://ffhp5.proboards.com/index.cgi?board=FFHP5&action=display&thread=26
Dengan tambahan oleh : Lana [shiningstory.wordpress.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar